Crey

1.4K 161 17
                                    

Disclaimer:

Boboiboy dan kawan-kawan punyanya monsta bukan punya saya....

Warning:

OOC Elemental siblings, OC (Yuto, Iori, Rei) 

Soft and week Halilintar, adult elemental siblings, two different world, etc

Selamat membaca... :))

-------

Halilintar tau ada banyak hal di dunia ini yang tak bisa dijelaskan dengan akal dan logika. Ia tau namun ia tidak pernah berpikir bahwa ia akan mengalami satu di antaranya. Ia sangat yakin bahwa kemarin, ia masihlah remaja berusia 15 tahun yang tinggal bersama adik-adiknya di pulau Rintis, Malaisya dan bukannya berada di kota Tokyo, Jepang dengan usia yang -baru ia ketahui setelah melihat kalender- telah mencapai 25 tahun. Ia juga yakin terakhir kali ia melihat adik-adiknya masihlah pelajar SMA yang memakai seragam untuk berangkat sekolah, bukan pria dewasa yang kini telah memiliki pekerjaan mereka masing-masing. Dan Halilintar juga yakin bahwa kemarin adik-adiknya adalah sosok yang paling membencinya di dunia dan bukannya....

"Kak Hali kenapa? Ada yang sakit? Mau Blaze panggilin dokter??"

Dan bukannya sosok yang begitu perhatian padanya seperti ini. 

Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ia sedang berada di dunia lain?

"Kak?" suara Blaze kembali terdengar. Sirat khawatir jelas terdengar disana. Namun Halilintar tidak tau harus bersikap seperti apa dalam situasi semacam ini. Terutama dengan kebingungan dan rasa takut yang memenuhi dadanya. Semua terjadi begitu saja bahkan sebelum ia sempat memahami apapun. Apa mungkin hal semacam ini bisa terjadi? Atau ia sedang berada di dunia mimpi?

Tanpa sadar Halilintar mencubit pipinya berusaha untuk memastikan. 

Ia meringis namun tidak ada suara yang terdengar. Tentu saja, karena ia bisu. Dan meski saat ini ia berada di dunia yang berbeda dengan waktu yang berbeda pula, ia yakin bahwa ia akan tetap bisu. Sebab yang membuat ia bisu bukanlah ketidakmampuannya dalam berbicara melainkan ketidakinginannya yang diawali oleh trauma hingga ia takut untuk kembali mengeluarkan suaranya. Dan meski saat ini ia berada dalam kondisi yang berbeda, bukan berarti trauma itu bisa hilang begitu saja. Tidak selama ingatannya tentang peristiwa menyakitkan dan mengerikan itu masih ada dalam benaknya.

"Kak Hali??!!" Blaze berseru panik begitu melihat sang kakak tiba-tiba saja mencubit pipinya dengan keras. Ia segera meraih kedua tangan Halilintar lalu menggenggamnya dengan kedua tangannya.

"Kak Hali kenapa?"

Mata sewarna ruby itu menatapnya dengan pandangan tidak mengerti dan takut. Ya, Halilintar takut. Tentu saja, sebab ingatan tentang apa yang dilakukan Taufan dan Blaze di ruang kesehatan sebelum ia pingsan masih membekas dalam ingatannya dan membuatnya sedikit takut dan was was. Blaze tampak menyadari itu dan melepaskan tangan Halilintar dengan tak rela.

"Maafkan aku...." gumamnya. Namun ketakutan dalam iris ruby itu masih tampak kentara. Blaze menghela nafas. Ia ditugaskan untuk menemani Halilintar sementara Taufan dan Gempa berbicara dengan Ice selaku dokter yang menangani Halilintar semenjak kasus bunuh diri itu. Ia tau kenapa ia yang diberi kepercayaan itu. Karena ia adalah tipe orang yang mudah menyesuaikan diri dalam situasi apapun. Dan situasi yang dimaksud disini adalah situasi canggung dimana setelah sekian tahun keempatnya memperlakukan Halilintar dengan buruk, mereka harus berubah dan melakukan hal yang sebaliknya. Tentu itu bukanlah hal yang mudah. Karena itu mereka menempatkan Blaze yang notabenenya bisa menangani hal semacam ini.

"Aku tau kalau selama ini kami sudah bersikap buruk sama Kak Hali." Blaze menunduk lalu memainkan jari-jemari kedua tangannya, pertanda kalau ia sedang gelisah. "Karena itu... Kami ingin minta maaf...."

TegamiWhere stories live. Discover now