chapter 6

7.8K 368 53
                                    

Author

Nafas arila memburu dan terdengar berat sebelum arila melepaskan rista, arila menekankan kalimat mutlak untuk rista bahwa ucapa nya tidak main-main dan tidak ada yang bisa mengubahnya baik rista sendiri atau orang lain.

" KAU MILIKKU RISTA HANYA MiLIKKU dan tidak ada satupun laki-laki yang boleh menyentuhmu sama sepertiku? kamu mengerti rista'' suara arila yang terdengar serak.

Disisi lain rista hanya bisa berdiam diri dan hanya bisa mengangguk takut dengan perasaannya saat ini, karena rista tau mana mungkin pria mempesona ini menyukai yang bukan siapa-siap, Rista hanyalah seorang gadis tidak cantik seperti kedua saudara perempuan.

Bunyi nada panggilan handphone arila menyadarkan rista dari syoknya, dan dengan mudah arila mengangkat rista balik ke kursi sampingnya. Dan rista buru-buru untuk melepaskan selt belts, takut arila bertindak jauh lagi.

" kamu harus panggil aku arila rista, tanpa embel-embel tuan karena aku tidak suka dan jangan membantah rista" suara arila yang tidak bisa di bantah

Rista menunduk diam karena punya ngebanta, {di dalam hatinya rista sangat kesal marah dan emosi tapi rista tidak bisa mengeluarkan kata-katanya kalo rista ngebanta pasti rista yang jadi korban, untuk sementar ini risata hanya bisa menggangguk} dan membiarkan tangan arila mengusap bibirnya yang basa dan terasa bengkak.

" bagus teruslah menjadi gadis yang penurut dan hilang keras kepalamu karena aku tidak suka, ayo lebih baik kamu turun nanti kamu telat masuk kelasnya" arila membuka pintu mobilnya untuk rista dan mengecup kening rista dengan perasaan yang hangat.

**

Rista berdiri kaku apa yang dilakukan arila yang telah mengecup kening nya dan merasakan perasaan yang hangat di dalam hatinya,

setelah melihat mobil arila pergi dari area kampusnya rista tersadar kembali dan mustahil rista bisa merakan perasaan seperti itu, karena rista tau tipe pria seperti arila hanya mencari kesenangan semata, rista tidak mau hatinya terluka.

Rista berjalan menuju ke kelasnya sambil melamun dan memikirkan apa yang akan di lakukan sama arila supaya berhenti untuk mengganggu ketenangan nya,

ketika rista sedang memikirkannya dari arah belakang pundak rista ada yang menepuk, rista segera menengok dan melihat sahabatnya dina dan rista langsung mengingat kejadian yang di club

" Ya? din kamu tega bangat tinggalin aku sendiri di sana dan di gangguin pria sialan yang ada di club " rista dengan suara yang kencang dan wajah yang kesal sama dina.

dina menutup kedua telinga dengan tangannya untuk menghindari serangan tuli mendadak karena suara kencang milik rista.

Dina sudah maklum dengan suara rista yang cempreng. Tetap saja dina merasa kesal kalau sahabatnya mulai berteriak. Berisik tau katanya membatin.



"  oke aku minta maaf sama kamu. aku nggak bermaksud untuk tinggal kamu.aku sudah bilang kamu kalau mau ke kamar mandi, dan kamu mau ikut nggak tapi kamu nya aja yang nggak dengar '' dina dengan suara yang pelan dan menjelaskan kepada sahabatnya yang sedang emosi.

" masa sih? Aku kok nggak tau ya'' rista dengan wajah bingung

" coba kamu ingat-ingat lagi" kata dina jangan teriak dulu

flasback

" leoni antarin aku ke kamar mandi soalnya aku mau pipis, dan rista kamu mau ikut nggak" dina dengan suara yang kencang karena musik di club ini sangat berisik.

" ayo kamu aku temanin kebetulan  aku mau kekamar mandi dan rista mau di ajak nggak" kata leoni

" aku sudah panggil tapi rista nya aja engga dengar, ayo lagian ada doni dan andre kan" kata dina sambil menahan kebelet pipis nya.

Prince Ice ObssesionWhere stories live. Discover now