satu

11 1 0
                                    


.

Melia terus menyusuri sepanjang trotoar jalan utama. Walaupun hari masih dibilang pagi dan banyak taksi berlalu-lalang, tetapi ia memutuskan untuk tetap berjalan ke arah toko neneknya. Veil'n Bouquet

Sepanjang perjalanan ia menghirup aroma kopi dan perut yang kenyang dari orang-orang di sebelahnya. Membuat perutnya langsung keroncongan meminta jatah sarapannya.

Melia mengangkat sebelah pergelangan tangannya. "Kurasa masih banyak waktu," gumamnya dan ia memutuskan untuk mampir dahulu ke restoran tempat sahabatnya kerja paruh waktu.

Brenda's Break

Melia membuka pintu restoran tersebut dan langsung disambut aroma kopi yang sangat kental dan roti yang baru keluar dari oven.

"Heaven"ucapnya dalam hati dan langsung berjalan kearah meja kasir dengan senyum yang semakin berkembang.

Ting! Ting!

"Well, hello Princess?" ucapnya dan langsung dibalas dengan keterkejutan seorang gadis dengan bun berwarna merah di depannya.

"You Bitch! What the hell you doing here?" umpat gadis didepan Melia tapi tak urung ia juga bahagia melihat sahabatnya datang menjenguknya.

"Bayiku lapar. Jadi, tolong kasih aku makan," ucap Melia memelas dengan muka puppy eyesnya.

"Siapa ayahnya? Apa ia bertanggung jawab?" balas gadis didepannya dan langsung membuat Melia menyemburkan tawanya.

"He's son of bitch. Now give me breakfast, or i'll call his anonimous daddy."

Chloe, sahabat Melia sejak sekolah menengah pertama itupun menuliskan sesuatu di secarik kertas dan menggantungkannya dalam daftar pesanan pelanggan.

"Have a nice breakfast and i'll call you tonight," ucap Chloe sambil tersenyum.

"Thanks sister. I call you back," balas Melia dengan sama-sama tersenyum. Meletakkan uang pesanannya dan beberapa uang tip.

Ia melangkahkan kakinya meninggalkan kasir dengan antrean panjang tersebut ke arah area tunggu dan membawa sarapannya ke tempat tujuannya semula.

Ia keluar dari restoran dan mendapati ponselnya terus bergetar di saku jaketnya.

'Granny is calling'

Langsung saja ia menggeser panggilan tersebut ke arah tombol hijau dengan senyumnya yang merekah.

"Good morning Mrs. Rosalie," ia mendengar suara kekehan di seberang sana yang tak urung membuatnya ikut tertawa juga.

"Morning Ms. Melia, apa kau akan datang mengunjungiku?"

"Tentu saja Granny. Aku sedang dalam perjalanan," ucap Melia sambil membuka kantong kertas di tangannya. Memastikan tidak ada yang kurang.

"Baiklah, terima kasih sayang kau sudah mau repot-repot mengunjungiku."

"Jangan begitu. Buat dirimu senyaman mungkin Granny. Aku tidak ingin penyakitmu kambuh,"

ia kembali menatap detik demi detik di pergelangan tangannya dan beralih ke lampu lalu lintas dengan sinar merah bagi pejalan kaki.

"Ah, kau anak yang baik. Untung kau tidak seperti kakakmu itu. Aku membutuhkan bantuanmu sayang, untuk membawa kiriman bunga-bunga segar ke taman gudang."

Melia menahan tawa mendengar sindiran neneknya untuk saudara kandungnya itu.

Ia kembali melangkahkan kakinya bersama puluhan orang lainnya dengan segala kesibukan mereka.

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang