enam

8 1 0
                                    

.

"Happy Birthday, Sister. Maaf aku tidak bisa mengucapkannya langsung kepadamu," - with love, MG

.

Seorang gadis dengan Summer Jumpsuit dan kaca mata berlensa bundar warna birunya, nampak tertawa lebar bersama dengan seorang gadis lain dengan rambut merahnya yang berkibar.

Mereka terus menertawakan seorang pria yang tengah dikejar oleh gadis lainnya. Hingga keduanya masuk ke dalam air dan saling menciprat dengan tawa yang menggelegar.

Sebuah dering telfon masuk mengganggu konsentrasi dari hiburan mereka dan salah satunya langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?" ucapnya sedikit keras dan menutup ujung ponselnya untuk meredam suara luar ruangan yang lumayan berisik di sekitarnya.

"Halo? Melia, apa ini kamu?" suara yang dalam dari seberang telepon langsung menyadarkannya dan munyuruhnya untuk segera beranjak menuju daerah yang lebih sepi.

"Iya? Apa ini nomor Jovian?" terdengar suara kekehen dari seberang sana dengan suasana yang terdengar sangat sepi dibandingkan dirinya yang notabene saat ini memang tengah berada di pinggir pantai.

"Benar. Kamu langsung mengetahuinya," pipi Melia langsung memanas mendengar pernyataan orang di seberang sana yang untungnya ia tidak akan tahu bahwa wajahnya saat ini sangat memalukan.

"Ada apa, Jovian?"

"Melia, bukankah kamu masih liburan musim panas?"

"Iya, memangnya kenapa?" ucapnya dan memilih untuk bersandar pada sebuah pohon kelapa yang lumayan rindang.

"Aku berpikir bagaimana kalau aku mengajakmu untuk makan malam. Apa kamu menyetujuinya?"

"Well, aku bukan gadis gampangan yang akan langsung menerima ajakan seorang pria tampan yang bahkan belum aku kenal."

Jovian terdengar tertawa dengan sangat kentara di sana. Bahkan ia terdengar susah payah untuk mengatur nafasnya sendiri. Membuat Melia ikut tertawa kecil mendengar untuk pertama kalinya Jovian dapat tertawa dengan lepas.

"Thanks, untuk pujiannya, by the way." ucapnya dengan nafas yang masih tidak beraturan.

"Your welcome,"

"Baiklah, kamu berhasil membuatku terpancing, Melia. Bagaimana jika, kita awali dengan, you know..., pergi ke konser atau karnaval, mungkin? Atau apapun?"

Melia tampak berpikir. Menimbang-nimbang tentang ajakan Jovian yang mulai terdengar menarik di telinganya.

"Memangnya masih ada konser musik? Bukannya sudah lewat, ya?"

"Kamu hanya belum tahu. Dan kalau memang sudah tidak ada konser, bagaimana kalau traveling? Kalau begitu akan kukabari lagi tentang rencana tersebut. Bagaimana?"

"Kurasa jawabannya tidak,"

"Kenapa tidak, Melia? Katakan alasannya,"

"Pokoknya tidak,"

Melia hampir mematikan sambungan dan tidak memberi kesempatan pada lawan bicaranya membela setelah ia teringat dengan rasa penasarannya tadi.

"Eh, Jovian?"

"Ya?"

Diam sebentar. Membuat suasana hening di seberang sana tetapi terdengar riuh suara ombak bersahutan disini. Melia menggigit bibir bawahnya dan tampak ragu-ragu.

"Boleh aku tahu, kenapa tiba-tiba kau mengajakku untuk..., keluar?"

Terdengar helaan nafas yang lembut menyapu pendengaran Melia. Entah kenapa, hal ini malah membuatnya nyaman.

SCANDALTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon