sembilan

1 0 0
                                    

.

Suara bel terus menggema secara brutal di kediaman keluarga Luciusylvan. Jovian dengan tergesa-gesa berjalan menuju pintu utama tersebut untuk menghentikan aktifitas gila entah siapapun itu yang melakukannya.

"Selamat si-"

"Jovi! Aku disini!" serunya bersemangat. Ia membelah jalan yang terhalang oleh Jovian dan masuk ke dalam rumah tanpa seijin pemiliknya.

"Dimana Mama? Auw, badanku sakit semua," ucapnya yang kini telah menjatuhkan tas belanjaan dan memegangi pinggulnya kesakitan.

Jovian melihat keluar sebentar dan kembali menutup pintu utama. "Kakak sendirian? Dimana suamimu?"

"Ia terlalu sibuk dengan bisnisnya hingga tak menyadari bahwa istrinya sudah kabur dari rumah tanpa ia tahu," wanita itu meringis dan kembali memasuki rumah lebih dalam.

"Mama! Aku disini! Keluarlah!" ucapnya lantang membuat Jovian yang berada di belakangnya dan membawa semua tas belanjanya meringis menyipitkan mata.

Tak lama kemudian, Gabrielle datang dari arah kamarnya menuju ruang keluarga yang sudah dipenuhi oleh berbagai tas belanja dan sesosok wanita mungil dengan perutnya yang mulai membesar.

"Prim? Astaga, kenapa kau bisa ada disini? Dimana suamimu?" Gabrielle mendekati wanita hamil tersebut dan duduk disebelahnya.

"Aku bosan dirumah terus. Jadinya aku kesini, deh." ucapnya acuh tak memedulikan tatapan khawatir ibu mertuanya. Ia membuka tutup es krim dan memakannya lahap.

"Apa kau masih mual? Bagaimana perkembangan bayinya? Dan dimana Steven?"

"Yah, terkadang masih muntah-muntah tapi tidak sesering sebelumnya. Bayinya sehat, Ma. Dan Steven sekarang di rumah neneknya," ucapnya kalem sambil terus memakan es krimnya.

"Apa kakak benar-benar tidak tahu kalau kau disini?" Prim menoleh ke arah sumber suara dan menyeringai nakal.

"Auw, adikku ini sangat lucu. Jangan khawatirkan diriku, sayang. Aku baik-baik saja,"

"Apa kau lapar? Masih ada sisa sarapan yang terlalu banyak tadi. Atau kau ingin di buatkan sesuatu?"

"Ah, kedengarannya menyenangkan. Entah kenapa setiap aku hamil, nafsu makanku tak terkendali. Seperti monster saja,"

Kedua wanita itu tertawa bersama dan meninggalkan ruang keluarga menuju ke dapur. Jovian yang tidak ingin mengganggu mereka pun memilih menuju ke arah garasi.

Sebuah notifikasi masuk dari ponselnya. Ia meraba kantong celananya dan setelah dapat, ia menggeser ponselnya ke kanan.

From: Adelle
'Kita butuh bicara. Aku membutuhkan penjelasan darimu. Semuanya.'

Jovian menghela nafas pelan. Ia tahu hal ini pasti akan terjadi. Segera ia menulis dimana mereka harus bertemu dan menyalakan mesin motornya keluar dari pekarangan rumah.

Mungkin. Tapi Jovian tidak benar-benar tahu semuanya, 'kan?

*

Pukul 3.00 pm. Sudah 2 jam, Melia meringkuk di dalam selimut dan asyik menonton film serial kesukaannya di laptop milik Chloe. Tentu saja saat ini ia berada di kamar sahabatnya itu.

"Chloe, ambilkan mangkuk baru." ucap Melia sambil mengangkat keluar mangkok kosong dengan remah-remah pop corn dari dalam selimutnya.

"Yah, yang punya rumah jadi babu deh." ucapnya malas mengambil mangkok dari tangan Melia.

Melia menyibak selimutnya dan mengeluarkan laptop yang masih menayangkan film serial kesukaannya.

Disaat ia tengah sibuk memperhatikan serial film, sebuah notifikasi masuk dari ponselnya. Ia mendecak sebal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 30, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SCANDALWhere stories live. Discover now