4a

70K 5.6K 157
                                    

Ratna menggeliat dalam tidurnya. Perasaan hangat dan nyaman yang melingkupi dirinya membuat Ratna tidak ingin membuka mata. Namun tubuhnya menginginkan hal lain. Dia harus segera ke kamar mandi.

Perlahan Ratna mengangkat kelopak matanya. Yang pertama dilihatnya adalah dada bidang tempatnya membenamkan wajah. Dia bergerak hendak menjauhkan diri namun sebuah lengan kekar membelit pinggangnya. Ratna mendongak dan tertegun melihat wajah tampan polisi yang selama ini selalu mengganggunya.

Akal sehat Ratna menyuruhnya untuk segera melompat menjauh lalu memaki lelaki itu karena telah berbuat kurang ajar. Tapi hatinya berkata lain. Ada perasaan aman dan nyaman dalam dekapan lelaki itu. Sialnya, tubuh Ratna setuju dengan kata hatinya.

Mengunci rapat akal sehatnya, Ratna semakin membenamkan diri dalam pelukan lelaki itu. Ratna menghirup dalam-dalam aroma tubuh Freddy. Seharusnya tubuh orang tidur beraroma tidak sedap. Namun menurut Ratna aroma tubuh Freddy sangat lezat. Ratna terkikik kecil ketika menyadari dirinya mengumpamakan aroma tubuh lelaki itu dengan aroma makanan.

"Hmm, kau sudah bangun?"

Ratna tertegun ketika mendapat sebuah kecupan di puncak kepalanya. Freddy semakin menarik wanita itu ke dalam dekapan. Salah satu kakinya membelit kaki Ratna, memeluk wanita itu seperti guling. Ratna diam saja diperlakukan seperti itu, malah dia amat menikmatinya yang membuat dirinya sendiri kaget.

"Freddy, aku harus ke kamar mandi." Bisik Ratna setelah beberapa saat.

Freddy bergumam tanpa membuka mata. "Bisakah ke kamar mandinya nanti saja?"

"Aku sudah tidak tahan."

"Aku juga sudah tidak tahan."

Ratna mencubit pinggang Freddy ketika menyadari maksud kalimatnya. Lelaki itu hanya menyeringai sebagai tanggapan.

"Aku serius."

"Hm, jam berapa ini?"

Ratna menoleh untuk melihat jam di atas nakas. "Jam empat lewat sepuluh menit."

"Kalau kau berjanji kembali ke sini setelah urusanmu di kamar mandi selesai, aku akan melepaskanmu."

Wanita itu mendengus kesal namun menuruti permintaan Freddy. "Baiklah, aku berjanji. Sekarang tolong minggir."

Dengan berat hati Freddy mengubah posisi tidurnya menjadi telentang. Begitu Ratna turun dari ranjang dan pintu kamar mandi tertutup, mata lelaki itu terbuka lebar. Kejadian semalam membanjiri benaknya hingga ia tidak bisa terlelap lagi.

Baru jam sembilan malam Gabriel bisa datang. Freddy sudah memindahkan Ratna ke kamarnya karena kondisi kamar Ratna seperti habis diterjang badai. Menurut Gabriel Ratna tidak mengalami luka secara fisik. Suatu perasaan aneh merayapi hati Freddy ketika mengingat saran adiknya.

"Sepertinya wanita ini mengalami trauma yang serius. Aku tidak paham tentang ini karena bukan bidangku. Sebaiknya kau membawanya ke psikiater."

Kondisi Ratna membuat insomnia Freddy kambuh. Instingnya sebagai polisi mulai bekerja. Seolah memecahkan sebuah kasus rumit, lelaki itu tidak bisa tidur karena mencoba merangkai segala peristiwa. Namun kenyataan membuatnya tersadar. Dia sama sekali tidak mengetahui kehidupan wanita yang telah mencuri perhatiannya sejak pertama kali Freddy melihatnya.

Sisi ranjang di sebelah Freddy melesak pelan. Freddy menoleh menatap Ratna yang sedang duduk di sisi ranjang. Pandangan wanita itu menyapu seluruh penjuru kamar.

"Kau bersikap seperti baru pertama kali masuk ke kamarku." Freddy menyeringai mengingat dirinya sering menggunakan berbagai alasan agar Ratna mau menyuapinya di ranjang.

Polisi Penggoda (TAMAT)Where stories live. Discover now