5b

62.2K 5.2K 231
                                    

Freddy membuka pintu mobil untuk Ratna lalu mengulurkan tangannya. Ratna menerima uluran tangan Freddy dan membiarkan lelaki itu membantunya keluar. Ratna terdiam sambil menatap takjub rumah mewah orang tua Freddy.

"Wow, kau pasti punya banyak saudara." Ucap Ratna masih sambil memandang kagum rumah itu.

"Tidak. Hanya aku dan adikku. Kenapa?"

"Di rumah sebesar ini?" Ratna berdecak. "Panti Kurnia saja mungkin hanya sebesar halaman rumah ini."

Jantung Freddy seperti diremas membayangkan Ratna kecil yang tinggal berdesakan di rumah sempit sementara dirinya tinggal di rumah besar hanya bersama adik dan orang tuanya.

"Berhubung kau sudah punya rumah sendiri, jadi yang tinggal di sini sekarang hanya adik dan orang tuamu?" tanya Ratna lagi.

"Adikku juga sudah punya rumah sendiri. Dia tinggal bersama istri dan putrinya."

Ratna melongo menatap Freddy. "Maksudmu, di rumah sebesar ini orang tuamu hanya tinggal berdua? Kau yakin tidak ada hantu di rumah ini karena banyak ruangan yang tidak terpakai?"

Freddy terkekeh sambil membimbing Ratna menuju pintu depan. "Aku yakin tidak ada. Walau jarang dipakai, setiap sudut rumah ini selalu dibersihkan tiap hari."

"Siapa yang membersihkan?"

"Pelayan, tentu saja." Freddy menatap Ratna dengan sorot yang seolah bertanya, kau kira siapa?

"Itu artinya orang tuamu tidak tinggal berdua di sini."

Freddy menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Terserah kau sajalah."

Seorang pelayan yang tampak lebih muda dari Ratna membukakan pintu. Ratna bisa melihat dengan jelas binar kerinduan di mata pelayan itu ketika melihat Freddy dengan senyum lebarnya. Namun senyum itu berubah menjadi senyum kecut ketika melihat Ratna dan tangan mereka yang masih saling bertaut. Pelayan itu segera berbalik masuk setelah pamit untuk memberitahu kedatangan mereka pada orang tua Freddy.

"Ada apa antara kau dan pelayan itu?" tanya Ratna yang sudah duduk di samping Freddy di ruang tamu.

Freddy menatap Ratna heran mendengar nada ketus wanita itu. "Tidak ada. Memangnya kenapa?"

"Kau yakin tidak punya hubungan percintaan dengan pelayan itu?"

Freddy menatap Ratna lekat. Bibirnya membentuk senyuman tertahan. "Aku tidak pernah bercinta dengan pelayan. Kalau berhubungan sex mungkin pernah satu atau dua kali."

Tangan Ratna bergerak mencubit pinggang Freddy. Lelaki itu terkekeh sekaligus meringis. Jemarinya mencoba menarik tangan Ratna namun wanita itu semakin keras mencubitnya.

"Kau sangat menyeramkan kalau sedang cenburu, Darl."

"Aku tidak cemburu." Desis Ratna.

"Ayolah, Darl. Akui saja." Freddy semakin meringis karena Ratna menambah tenaga untuk mencubitnya. "Aku berani sumpah demi apapun tidak pernah berhubungan sex dengan pelayan rumah ini. Maksudku adalah pelayan di restoran yang kukenal sambil lalu."

Dengan kesal Ratna menjauhkan tangannya dari pinggang Freddy. "Dasar playboy. Aku yakin kau tidak bisa menjawab kalau aku tanya berapa banyak wanita yang telah kau tiduri."

"Jangan khawatir, Darl. Meskipun kau bukan wanita pertamaku, kau akan jadi wanita terakhir bagiku."

"Kumat." Desis Ratna pelan. "Aku tidak akan pernah jadi wanita terakhirmu. Untung saja waktu itu kita tidak jadi melakukannya."

Freddy tertegun. "Bagaimana kau tahu kalau kita tidak jadi melakukannya?"

"Aku pasti tahu kalau—"

Ratna terdiam sambil menatap sesuatu di belakang Freddy.

Polisi Penggoda (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora