Epilog

3.3K 179 11
                                    


2 bulan setelah pernikahan

Ketika membuka mata, yang dilihat Yumna pertama kali adalah wajah Fariz yang masih tertidur nyenyak sambil tangannya memeluk pinggang Yumna. Yumna tersenyum sangat bahagia, ia mengusap lembut rambut suaminya. Ia tahu bahwa suaminya baru sampai di rumah pada dini hari—baru tiba dari perjalanan dinasnya ke luar kota selama tiga hari.

Ia lalu melepaskan diri dengan perlahan, mengikat rambut hitam panjangnya asal dan bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah selesai shalat shubuh, Yumna lalu membangunkan Fariz dan membimbingnya yang merajuk setengah sadar menuju kamar mandi.

"Shalat dulu akang, nanti udah shalat bisa tidur lagi." Hibur Yumna, Fariz mengusap wajahnya kasar dan terpaksa masuk kamar mandi. Yumna menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum, suaminya ini memang sangat manja. Biasanya justru Fariz yang membangunkan Yumna untuk shalat Shubuh, sebelum ia berangkat shalat berjama'ah di masijid, tapi karena saat ini Fariz baru tiba satu atau dua jam yang lalu, membuat peran Fariz diambil alih Yumna untuk sementara.

Setelah memastikan Fariz telah memasuki kamar mandi, Yumna langsung bergegas ke dapur, menyiapkan sarapan ringan untuk Fariz, lalu dilanjutkan dengan membereskan rumah.

Ketika Yumna sedang mencuci peralatan bekas memasaknya, sepasang lengan besar memeluknya erat "Gak tidur lagi aja kang? Akang baru tidur sebentar loh, itu mukanya kelihatan cape banget." Ucap Yumna lembut sambil tersenyum.

Fariz memajukan bibirnya dan menggeleng pelan, masih menyenderkan kepalanya pada bahu Yumna. "Aku kangen peluk kamu, kalau aku tidur lagi kan gak bisa peluk kamu." Yumna terkekeh mendengar ucapan suaminya yang manja. Yumna langsung mengelap tangannya dan membalikan badannya, menatap mata suaminya yang sayu karena kelelahan.

"Hmm, yaudah kita ke ruang tengah yuk. Ndusel-nduselnya di sofa depan tv aja." Yumna tersenyum, lalu membimbing suaminya yang berjalan gontai secara berlebihan ke sofa depan tv rumah mereka.

Fariz langsung memeluk Yumna dan menyandarkan kepalanya pada bahu Yumna, memejamkan matanya, menikmati setiap usapan lembut Yumna pada puncak kepalanya. Yumna hanya tersenyum lembut, sambil terus mengusap kepala suaminya. Beberapa menit berlalu seperti itu, menikmati suasana dalam diam.

"Kang nanti sebelum berangkat, kita sarapan ringan dulu ya, biar nanti makan besarnya di tempat kondangan." Yumna terkekeh "makanannya kan enak-enak Kang, catering yang sama kayak pernikahan kita kemarin."

"Jam berapa akad nikahnya dimulai?" Fariz bertanya dengan matanya yang masih terpejam.

"Emm jam sembilanan deh kalau gak salah, tapi kita diminta datang lebih pagi kan? Jam delapanan lah udah ada di lokasi." Yumna mengingatkan Fariz.

Fariz lalu melepaskan pelukannya, dan duduk tegak. "Manja banget sih mereka, tinggal juga nikah pakai minta ditemenin segala." Yumna tertawa pelan mendengar suaminya yang mencibir. "Kamu kok ketawa sih yang?" Yumna lalu menatap suaminya jenaka. "Habisnya kamu lucu kang, ngatain orang manja padahal sendirinya juga manja banget." Yumna mendengus dibuat-buat.

Fariz terkekeh, lalu mencium pipi istrinya "Kalau aku kan manjanya sama istri sendiri, jatuhnya pahala. Kalau mereka kan jatuhnya gangguin aku yang mau manja sama kamu." Yumna kembali tertawa pelan, dan kembali meraih Fariz kedalam pelukannya, menepuk-nepuk punggung Fariz pelan.

"Yaudah, tidur lagi gih sampai jam setengah tujuhan, lumayan setengah jam. Nanti habis itu mandi terus sarapan, oke bos?" Ucap Yumna jenaka.

Fariz lalu mendongakan kepala, menatap lurus mata isterinya. "Mandi bareng juga ya, oke?" Yumna membelalakan matanya, "enggak! Nanti kita baru bisa berangkat habis dzuhur."

Let's not just be friendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang