Tamu Tak Diundang

128 11 7
                                    

Sejuknya angin dipagi hari menerpa kulit Arthur perlahan. Lelaki itu masih tertidur lelap tanpa menghiraukan cahaya surya yang menyapa malu-malu dibalik celah-celah gordennya. Matanya terasa berat pagi ini, semalam suntuk ia hanya mempelajari berkas-berkas milik Jacob Lale. 

Dirinya masih tidak bisa menemukan hasrat dalam hatinya yang tergerak untuk membantu anak pengusaha perusahaan besar itu. Rasanya ada sesuatu yang salah, pembunuhan yang sepertinya menyimpan misteri sendiri membujuk Arthur untuk tidak menolong Jacob.

Suasana matanya yang semula gelap, berubah menjadi terang benderang seiring dengan suara gorden yang terbuka. Lelaki itu menggeliat, membuka matanya paksa dan cukup terkejut melihat seseorang yang berdiri anggun didepannya. Menatapnya dengan mata coklat yang sendu dan senyuman manis diwajahnya.

Arthur segera bangkit dengan cepat, duduk diatas kasurnya dengan wajah yang sangat terkejut. Wanita asing ada dikamarnya sekarang dan membuka gordennya tanpa malu.

"Halo, Arthur!" Wanita itu bersuara ramah, menatap lelaki yang ia panggil itu lembut.

Arthur mengernyit, menatap wanita didepannya dari atas ke bawah. "Siapa kau?" 

"Anne."

Anne berjalan mendekati Arthur, menatap mata biru samudera Arthur lekat. "Matamu indah." lanjut Anne lagi.

Arthur menatap Anne tajam, menyingkirkan selimut dikakinya lalu beranjak dari kasurnya. "Siapapun kau, keluar dari kamarku." ucapnya dingin.

Anne memandang Arthur masih ramah seperti tatapan awalnya, dibibirnya yang manis tercipta senyuman kecil. "Aku tidak mau. Aku mau kau membantuku." 

"Kau gila!" Arthur memaki, "Keluar dari kamarku, sekarang!"

Anne menyipitkan matanya, mencoba mengintimidasi lelaki yang berdiri beberapa langkah darinya. Alih-alih mengintimidasi, tatapan itu malah membuat Anne terlihat menggemaskan.

"Hanya kau yang bisa membantuku, Arthur."

"K E L U A R!" Lelaki itu mengeja setiap katanya, tak lupa telunjuknya ia acungkan menuju pintu kamarnya.

Anne menggeleng keras, mendekap kedua lengannya didada dan memandang acuh ke arah langit-langit.

"Mama yang mengizinkanmu kekamarku?" 

Anne menggeleng lalu kembali menatap Arthur yang terlihat masih geram, "George yang mengizinkanku."

"George?" Arthur bertanya tak percaya, lalu terlihat wajahnya yang semakin geram, "Kau menipuku. Keluar atau akan kupanggilkan security!"

Anne mendengus kesal, menghentakan kedua kakinya ketanah kemudian pergi dari ruangan itu melewati Arthur yang menatap Anne tak suka.

"Wanita itu merusak suasana hatiku dipagi hari."

-----------------------------------------------------

"Dimana mama, Bella?"

Seorang wanita berbaju pelayan yang sedang menuangkan segelas kopi untuk majikannya itu terhenti, menunduk dan menjawab seperlunya dengan sopan, "Nyonya Chloe telah pergi sejak pagi-pagi buta untuk menghadiri peresmian rumah makannya di Chicago."

Arthur menaruh segelas kopi yang sebelumnya telah ia esap, "Dia jadi ke Chicago? Aku kira dia tidak enak badan."

Bella menganggukan kepalanya, tanpa sepatah kata sebagai jawaban atas pertanyaan itu.

"Ohya Bella, tadi pagi ada seorang wanita bernama Anne memasuki kamarku, apakah ia wanita lain yang kembali dijodohkan Mama untukku?"

Pelayan itu mengerenyit bingung, berpikir sejenak dan menggeleng, "Tidak ada yang datang ke kamar Tuan Arthur sejak tadi malam, lagipula  saya rasa tidak ada tamu dirumah ini."

THE BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang