Orang tua Anne

108 8 1
                                    

Langit biru tanpa segumpalan kapas putih yang biasanya menemani, beberapa burung tak terlihat terbang dilangit sebiru samudera. Pengacara ternama New Orleans terlihat begitu tenang dibalik meja kerjanya. Tanpa suara, hanya gerakan mata yang terlihat fokus sedang mempelajari beberapa berkas kasus besarnya kali ini.

"Permisi, Pak!"

Marie terlihat berdiri diambang pintu dan seperti biasanya Arthur mengangguk lalu sekertarisnya itu memasuki ruang kerja lelaki itu. Marie duduk didepan meja kerja Arthur dan menyodorkan beberapa berkas.

"Tadi Tuan Henry Lale kembali menanyakan keputusan anda." 

Arthur berhenti membaca berkasnya dan menatap Marie, "Oh ya, katakan padanya aku tak dapat membantu Henry Lale."

"Kenapa Pak?" tanya Marie cukup terkejut dengan keputusan Arthur.

"Aku tidak dapat membantunya, seseorang telah memberikanku penawaran bagus." Lelaki itu berucap serius, "Jadi, sampaikan saja pada Henry aku tak dapat membantunya."

Marie terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan berlalu keluar setelah meminta izin pada Arthur, bossnya. Setelah kepergian Marie, Arthur mengecek handphone, membawa berkasnya lalu meninggalkan ruangannya.

-----------------------------

"Aku gugup, ini terlihat seperti aku ingin memperkenalkanmu pada orangtuaku."

Arthur memutar bola matanya saat wanita disamping kursi kemudi berbicara seperti itu. Siang ini, Arthur dan Anne berencana menemui orang tua Anne untuk memberitahu bahwa Arthur lah yang akan menjadi kuasa hukum Anne Austin. Anne memandang Arthur ceria lalu menusuk lembut pipi lelaki itu dengan telunjuknya. Seolah-olah pipi Arthur adalah sebuah bola yang kenyal.

"Anne, aku sedang mengemudi." Arthur berucap ketus.

Anne tersenyum lalu mengubah jari telunjuknya menjadi empat jari yang menusuk lembut pipi Arthur, "Aku hanya penasaran apakah tubuhmu sekeras kepribadianmu."

"Aku akan menurunkanmu disini jika kau terus menusukku seperti itu."

Wanita itu tersenyum, bukannya menghentikan kegiatannya Anne malah mengubah tusukan menjadi sentuhan lembut mengelus pipi Arthur pelan-pelan. Sekejap Arthur merasakan seuatu getaran dari pipinya mengalir keseluruh tubuhnya dan menyusup ke celah hatinya yang telah lama membatu.

"Hentikan, Anne!" teriak Arthur tegas.

Setelah diteriaki Arthur seperti itu, Anne menarik tangannya dan terkekeh pelan. "Ternyata pipimu cukup lembut, tidak sekeras hatimu."

Arthur mendengus kesal, namun tak lagi menyahut. Setelah beberapa saat akhirnya mereka berdua sampai disalah satu rumah di pemukiman kelas menengah di New Orleans. Arthur turun dari mobilnya dan berjalan memasuki rumah minimalis yang terlihat begitu hangat dari luar.

 Setelah beberapa lama mengetuk pintu, seorang wanita paruh baya berambut coklat membuka pintu tersebut. Lalu muncul lelaki paruh baya dibelakang wanita tersebut. Arthur memandang Anne sekilas dan akhirnya mengerti darimana kecantikan wanita berasal, kedua orang tua mereka walau tak lagi muda tetap terlihat tampan dan cantik.

"Arthur Amstrong." ucap Lelaki itu cukup terkejut melihat kehadiran pengacara ternama itu dikediamannya.

Arthur tersenyum ramah dan menjabat tangan lelaki itu, "Selamat siang, Tuan Michael Austine."

"Ada perlu apa kesini, Nak?" Michael menyahut lagi.

"Michael," Isobel, ibu Anne terlihat mengambil alih percakapan dingin kedua pria didepannya, "Silahkan masuk, Tuan Amstong. Mari kita berbicara didalam." 

THE BLUEOù les histoires vivent. Découvrez maintenant