Rasa Aneh

101 6 0
                                    

New Orleans, 20 tahun sebelumnya.

Suara tawa anak-anak terdengar dari bibir-bibir kecil yang ceria, di taman dekat pemukiman penduduk kelas menengah New Orleans anak-anak bermain dengan senang. Berlari, berayun dan bermain petak umpet. Semua dilakukan dengan senyum diwajah mereka yang polos. 

Diantara anak-anak tersebut, terdapat satu anak perempuan yang terlihat lebih bahagia dari anak-anak lainnya. Anak perempuan bermata coklat yang menggunakan celana jeans dan baju kaos selengan bercorak bunga-bunga, rambutnya yang lurus berwarna senada dengan matanya terkuncir satu dengan rapi tak menghilangkan kesan anak-anak berumur sepuluh tahun pada dirinya.

"Anne ibumu mencarimu!" 

Perempuan berkuncir kuda itu berhenti berayun, dengan sigap ia melangkah dengan cukup cepat menuju seorang anak perempuan lain yang sebelumnya memanggilnya. 

"Terimakasih banyak, Carie."

Seseorang yang dipanggil Carie itu mengangguk dan berlalu meninggalkan Anne. 

"Aw!" Terdengar rintihan kesakitan dan Anne membatalkan niatnya berlari keluar taman. Kepalanya menengok kekanan dan kekiri mencari asal suara rintihan tersebut.

 Saat ia menatap sekitar pohon besar ditaman,  Anne mendapati asal suara itu lalu berjalan mendekati seseorang yang terlihat memegangi lututnya.

"Lututmu berdarah!" seru Anne saat berdiri tepat dihadapan anak lelaki yang mungkin lebih tua dua tahun darinya. Mendengar seruan itu, anak lelaki dihadapan Anne mendongak menatap wajah anak perempuan yang berseru keras didepannya.

"Matamu," Anne membisu sejenak, "Indah sekali." Lalu ikut berlutut tepat dihadapan anak lelaki itu.

Anak lelaki itu menatap datar kearah Anne, seolah pujian yang dilontarkannya sudah tidak terlalu menggembirakan baginya. Anne menatap anak lelaki itu bingung, bukannya berterimakasih ia malah memberi Anne tatapan yang dingin.

"Lukamu tak apakah?" Anne melanjutkan percakapan yang sempat terhenti sejenak, menatap sedikit goresan berdarah dilutut kiri anak itu.

Anak lelaki itu menggeleng pelan dan dengan susah payah mencoba berdiri lalu berjalan. Beberapa langkah, anak lelaki itu goyah dan hendak terjatuh beruntung Anne sigap dan segera menompang lelaki itu dibahunya

"Aku akan mengantarmu kerumahmu." Anne berjalan menuntun langkah lelaki itu. "Rumahmu dimana?"

Anak lelaki itu menjawab singkat dengan nada datar, "Di seberang sana E27."

Anne mengangguk dan menuntun lelaki itu menuju rumahnya yang terletak tak jauh dari taman. Setelah tak berapa lama, kedua anak itu sampai didepan rumah bernomor E27. Dengan hati-hati Anne melepas rangkulan anak lelaki itu dan membantunya untuk duduk dikursi beranda rumahnya. Saat Anne hendak pergi, anak lelaki itu berucap, "Terimakasih."

Anne berhenti dan mengangguk, "Nama kamu siapa?"

"Arthur."

-----------------------------------------------------

Waktu sudah menujukkan pukul dua pagi waktu setempat, suasana rumah Arthur sudah hening. Tidak ada lagi derap langkah kaki para pelayan atau suara Chloe yang menelpon para kliennya. Disaat semua orang sudah terlelap tidak dengan pengacara muda yang sampai detik ini masih terjaga membaca berkas-berkas dan bukti-bukti kasus Anne dan Jacob. 

Tak jauh di sofa dekat meja kerja Arthur, wanita berambut coklat itu tertidur dengan lelap. Arthur menutup berkasnya, saat ia hendak menuju tempat tidur langkahnya terhenti didepan sofa. Wajahnya yang semula tanpa makna berubah menjadi senyuman kecil yang nyaris tak terlihat, wajah polos seorang Anne Austin saat tertidur berhasil membuat Arthur tersenyum. Lagipula, Arthur masih tak habis pikir apakah hantu juga perlu tidur?

THE BLUEWo Geschichten leben. Entdecke jetzt