"Bintang.... ayo pulang. Udah mau hujan.." ucap Aeera khawatir.
Bintang hanya diam saja. Perkataan teman-teman dan raut wajah kecewanya masih terngiang-ngiang di benak Bintang. Mungkin sebenarnya Bintanglah disini yang paling terluka. Tapi ini semua memang atas dasar kemauan Bintang sendiri. Jadi ia harus menanggung resikonya.
"Bintang, udah hujan ayo..." ucap Aeera sambil menengadahkan tangannya ke langit yang sudah mulai menjatuhkan rintik hujan.
Namun Bintang tetap diam. Ia masih betah duduk di lantai lapangan yang tak memililki atap ini.
"Aee, kamu pulang duluan aja." Ucap Bintang tanpa menoleh kearah Aeera.
"Ngga, aku akan temenin kamu disini bi." Jawab Aeera sambil duduk di samping Bintang.
"Kalo gitu biarin aku hujan-hujanan kali ini saja."
Aeera tak bisa berkata apa-apa lagi. Satu sifat buruk Bintang adalah pemuda itu kalau menginginkan sesuatu ia akan melakukan apapun untuk mendapatkannya.
Akhirnya yang ditunggu Bintang datang juga. hujan turun dengan derasnya yang langsung mengguyur tubuh mereka berdua.
Tapi mereka tetap duduk disana. Di bawah guyuran hujan. Aeera menatap sekilas wajah kekasihnya tersebut. Mata Bintang memerah dan dadanya naik turun. Bisa dipastikan kalau saat ini Bintang menangis dalam diam.
Aeera lalu memeluk lengan Bintang erat dan menyandarkan kepalanya ke bahu pemuda itu. Sekarang ia baru sadar, alasan Bintang ingin hujan-hujanan adalah ia ingin menangis. Dan hanya saat hujanlah orang-orang tidak mengetahui kalau ia sedang menangis.
"Sayang... udah?" Tanya Aeera yang mulau khawatir.
Bintang lalu mengangguk dan membantu Aeera berdiri. Setelah itu mereka berdua berjalan menuju mobil Bintang yang terparkir di tak jauh dari sana.
"Maaf ya Aee, gara-gara aku kamu jadi basah begini.." ucap Bintang menggigil. Ia baru merasakan tubuhnya sudah tak sekuat dulu. Buktinya kepalanya mulai pening akibat hujan-hujanan tadi.
"Bi, muka kamu pucat. Kamu bisa nyetir?" Tanya Aeera cemas.
"Aku Bisa..." ucap Bintang yakin sambil menghidupkan mesin mobilnya.
"Yakin?" Tanya Aeera memastikan.
"Iya bawel..." ucap Bintang sambil mencubit pipi Aeera gemas.
★★★
Akhirnya Bintang berhasil sampai kerumahnya setelah mengantar Aeera terlebih dahulu. Sebenarnya Aeera tadi sudah mengajak Bintang untuk mampir dulu karena wajah pemuda itu sangat pucat. Namun Bintang menolaknya karena ia takut akan merepotkan keluarga Aeera karena ia tahu penyakitnya ini bukan penyakit biasa.
Bintang melangkah teerseok-seok memasuki kawasan rumahnya. Rasanya pemandangan pemuda itu berputar-putar. Beberapa kali ia hampir terjatuh kalau saja ia tak berpegangan pada pilar yang terdapat di rumahnya.
Bintang menghela nafasnya berat. Setelah itu ia kembali berjalan menuju tangga. Nafasnya ngos-ngosan. Tapadal jarak antara pilar dan tangga hanya sekitat sepuluh langkah.
Pada saat ia hendak melanjutkan langkahnya, tiba-tiba ia berpapasan dengan Adis di tangga, Adis lalu menatap Bintang yang sedang tertunduk sambil memegangi perutnya.
"Lo kenapa?" Tanya Adis datar.
"Ga papa kak.." Jawab Bintang berusaha tersenyum. Lalu melanjutkan langkahnya.

YOU ARE READING
Bintang (pinky promise)
Teen Fiction#13 in teen fiction 10 Juli 2018 Perjuangan Bintang Nararya Abraham dalam menghadapi takdir yang di tulis Tuhan untuknya Disaat sedikit demi sedikit kebohongan mulai terungkap. mampukah Bintang bangkit dan meyakinkan saudaranya kalau semua ini akan...