Jasmine dan Adis begitu terkejut ketika melihat Aeera yang tiba-tiba berlari ke arah mereka dengan raut wajah cemas bercampur panik. Sontak mereka langsung melepaskan pelukan untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan Aeera. Yang pasti semuanya berhubungan dengan Bintang.
Gadis berperawakan mungil itu berusaha mengatur napasnya dengan baik. Jujur saja dada Aeera terasa begitu sesak untuk menceritakan kondisi Bintang kepada keluarganya. Masih terekam jelas di ingatan Aeera betapa kesakitannya jiwa dan raga Bintang tadi. Gadis itu melihat Bintang begitu terluka hingga membuat kondisi pemuda itu kembali memburuk.
"Lo kenapa Kak?"
Adis menghampiri Aeera. Berusaha menenangkan gadis itu sesabar mungkin.
"Bintang... Tante Bintang..."
Aeera semakin menangis ssmbil menghampiri Jasmine. Gadis itu langsung berlari dan memeluk tubuh wanita yang tak lain adalah sahabat terbaik ibunya itu.
Jasmine membalas pelukan Aeera dengan jantung yang berdeguk kencang. Firasatnya mengatakan ada hal buruk yang tengah menimpa anaknya yang lain. Ia yakin, karena dari tadi perasaan wanita itu sangat tidak enak. Apalagi tadi saat Jasmine meninggalkan Bintang. Pemuda itu terlihat sangat marah padanya. Dan baru kali ini putranya tersebut seperti ini.
"Kak, jangan buat gue takut. Bintang kenapa?"
Adis yang dasarnya emang kurang sabar lalu menarik tubuh Aeera dari sang bunda dan mengarahkan padanya. Gadis itu sangat penasaran dengan apa yang akan diberitahukan Aeera.
"Bintang collapse..."
Hanya dua kata. Namun dapat memberikan dampak yang cukup besar bagi Jasmine dan Adis. Belum selesai satu masalah yang menimpa mereka, sekarang mereka dihadapkan dengan masalah yang lebih berat lagi.
Tubuh Jasmine merosot ke lantai. Rasa bersalah langsung menyelimuti hatinya. Andai tadi ia tidak terlalu keras kepada Bintang. Ia yakin semua tak akan terjadi. Bintang pasti baik-baik saja.
"Bunda... Jangan seperti ini. "
Adis yang mengerti perasaan sang Bunda lalu membantu Jasmine untuk berdiri. Sungguh sedih hatinya karena cobaan yang datang silih berganti.
"Maaf... Apa kalian keluarga pasien?"
Dokter yang menangani Nara tiba-tiba keluar dari ruang gawat darurat. Membuat Adis langsung menghampirinya.
"Saya temannya dok. Bagaimana keadaan teman saya?"
Dokter tersebut lalu mengela napas. Membuat kecemasan Adis kembali menjadi-jadi.
"Pasien kehilangan banyak darah. Untuk itu kami membutuhkan segera donor darah. Stok di rumah sakit sedang kosong. Apalagi golongan darah pasien sangat langka."
Adis hanya diam. Rasanya gadis itu tak lagi dapat berkata-kata. Sungguh berat ujian yang diberikan Tuhan untuknya. Ujian yang datang dengan bertubi-tubi.
"Kalau saya boleh tahu, apa golongan darahnya dok?" tanya Aeera lirih.
"AB negatif. Sangat sulit menemukan golongan darah ini. Dan saya harap kalian segera menemukannya."
Adis terisak. Tubuhnya meluruh ke lantai begitu mendengar penjelasan dokter.
"Sayang... Kamu harus kuat."
Adis tersenyum masam sambil menganggukkan kepalanya. Rasanya sangat sulit. Tapi ia harus kuat. Minimal di dekat ibunya. Karena Adis tahu beban yang dipikil Jasmine juga sangat berat.
"Aku ga papa Bun. Bunda temenin Bintang aja. Lagian bentar lagi juga Oma Nara datang. Bunda tenang aja."
"Tapi sayang, golongan AB negatif itu sangat langka. Di mana kamu bisa menemukannya."

YOU ARE READING
Bintang (pinky promise)
Teen Fiction#13 in teen fiction 10 Juli 2018 Perjuangan Bintang Nararya Abraham dalam menghadapi takdir yang di tulis Tuhan untuknya Disaat sedikit demi sedikit kebohongan mulai terungkap. mampukah Bintang bangkit dan meyakinkan saudaranya kalau semua ini akan...