supported him

4.6K 420 37
                                        

Ini adalah hari dimana akan menjadi sebuah sejarah dihidup Bintang. Tepat hari ini pemuda itu akan melakukan kemoterapinya yang pertama. Dimana sudah dari semalam Bintang sudah dirawat di sini untuk melakukan persiapan.

Bintang telah ditidurkan di tempat tidur tempat dilakukannya proses kemoterapi. Di ruangan ini sudah terlihat perawat telah menyiapkan segala keperluan. Bintang dapat melihat dengan jelas para perawat membawa beberapa kantong infus dan suntikan yang pastinya akan digunakan untuk pemuda itu. Semua itu jelas membuat Bintang mulai bergidik.

"Kamu siap?" Tanya Jasmine sambil mengusap pelan rambut Bintang.

Bintang menghela nafasnya berat. Kemudian ia mengangguk lemah menandakan ia siap melakukannya.

"Kita mulai?"

"Tapi ada satu syarat."

Jasmine mengerutkan keningnya mendengar pernyataan Bintang. Ia sedikit takut kalau nantinya Bintang akan berubah fikiran.

"Kamu mau apa?" Tanya Jasmine selembut mungkin.

"Aku mau selama proses ini mata aku ditutup."

Jasmine sedikit kaget. Ia tahu pasti ketakutan Bintang sehingga Bintang meminta hal ini. Tapi ia harus mengabulkannya. Jasmine tak mau kalau proses ini akan mempengarusi mental Bintang nantinya.

"Oke sayang. Bunda akan turuti mau kamu." Ucap Jasmine sambil mencium pelan kening Bintang.

Perlahan, Jasmine lalu mengambil sebuah scarf lebar dan mulai melilitkan ke mata Bintang. Setelah itu ia mulai mengikatkannya kemata Bintang.

Setelah yakin semuanya siap, Jasmine lalu mengisyaratkan kepada perawat untuk memulai tugasnya.

Salah seorang perawat lalu memegang sebelah tangan Bintang dan mulai memasangkan jarum infus ke pergelangan tangan kanan Bintang. Bintang sedikit meringis ketika pertama kali jarum tersebut menembus kulitnya. Namun ia berusaha menahan sakitnya. Bintang ingin membuktikan kalau ia bisa melawan rasa takutnya.

Setelah berhasil memasangkan infus di tangan kanan Bintang, perawat tadi lalu pindah ke tangan kiri Bintang. Sekarang ia harus memasangkan infus lagi ke tangan kiri Bintang. Kali ini kantongnya berisi cairan kimia untuk kemoterapi Bintang.

Bintang kembali meringis saat jarum suntik tersebut mulai memasuki punggung tangan kirinya. Kali ini lebih sakit karena perawat tersebut tak kunjung menemukan pembuluh darah Bintang setelah beberapa kali mencoba.

"Bunda sakit.." ucap Bintang lirih, ia lalu menggigit bibir bawahnya untuk mengurangi sakitnya.

"Suster, hati-hati!!" Ucap Jasmine memperingatkan. Hatinya sedikit sakit melihat Bintang mati-matian menahan rasa takutnya.

"Selesai..." Perawat tersebut lalu membereskan kembali alat-alat yang tadi digunakannya untuk Bintang.

"Bunda buka penutup matanya ya?" Ucap Jasmine lembut yang dijawab oleh anggukan Bintang.

Perlahan, Jasmine melepaskan ilatan sapu tangan yang tadi digunakan untuk menutup mata Bintang.

Setelah ikatannya dibuka, cahaya mulai menerobos masuk melalui mata Bintang. Pemuda itu mengerjapkan matanya berkali-kali. Baru setelah itu ia melihat kedua tangannya sekarang telah terpasang jarum infus. Persis seperti yang pernah ditontonnya. Satu tabung di sebelah kanan dan empat lagi di sebelah kiri Bintang.

"Bunda dadaku..." Bintang, menyentuh permukan dadanya dengan sebelah tangan, rasanya saat ini dadanya seperti terhimpit oleh sesuatu yang sangat berat membuat Bintang sulit bernafas.

Jasmine yang menyadari kalau efek obat Bintang yang mulai bereaksi langsung bertindak.

"Tarik nafas yang dalam." Ucap Jasmine menginstruksikan kepada Bintang.

Bintang (pinky promise)Where stories live. Discover now