Jasmine melangkahkan kakinya ke kamar Bintang dengan tergesa-gesa. Wanita yang masih kelihatan cantik diusia yang tak lagi muda itu sangat cemas melihat Tari yang tiba-tiba saja pulang dengan keadaan yang sedang menangis. Jasmine yakin ada yang tidak beres antara putranya dan Tari. Karena gadis itu terlihat sangat terluka ketika berpamitan dengannya tadi.
Perlahan Jasmine memutar kenop pintu kamar Bintang. Ketika pintu terbuka, Jasmine langsung melihat Bintang yang juga terlihat sedih. Pemuda itu sedang melamun. Sehingga kehadiran Jasmine di sana saja tak diketahui Bintang.
"Anak Bunda kenapa melalun? " tanya Jasmine sambil mengelus rambut tipis Bintang sayang.
Bintang yang baru menyadari kehadiran bundanya tersebut sedikit kaget. Namun pemuda itu tetap memberikan senyuman hangatnya kepada Jasmine. Seperti hal yang biasa dilakukannya terhadap wanita yang paling dicintainya itu.
"Bunda kapan masuk? " Bintang menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Jasmine hanya tersenyum. Ternyata Bintang benar-benar tak menyadari kehadirannya.
"Kenapa melamun sampai Bunda masuk pun kamu ga tau. " tanya Jasmine lagi.
Bintang lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Setelah itu pemuda itu menundukkan kepalanya. Ia tak tahu harus mengatakan apa kepada bundanya. Tapi ia juga yakin bunda pasti sangat ingin tahu tentang apa yang terjadi.
"Bintang mau cerita? "
Bintang kembali mengangkat kepalanya. Raut wajah pucatnya lalu menatap sang bunda sedih.
"Bintang sudah buat Tari nangis Bun. Bintang jahat banget sama dia. " Adunya.
Jasmine yang mengerti hanya menganggukkan kepalanya. Ia tahu pasti kemana arah pembicaraan Bintang.
"Bintang sayang Tari? " tanya Jasmine to the point
"Hah? "
Jasmine tersenyum. Ia tahu saat ini putranya sedang kaget bercampur bingung.
"Udahlah, kamu jujur aja sama Bunda. Semua kelihatan kok dari cara kamu melihat dia, dimana kamu selalu galauin dia seperti sekarang ini. "
"Tapi Bun, aku ga pantes buat dia. "
"Siapa yang bilang begitu? "
"Bun, Bunda tau kan maksud aku apa? "
Jasmine menghela napas berat. Ia tau arah pembicaraan Bintang. Wanita itu selalu sedih kalau Bintang mulai menyalahkan dirinya seperti ini. Jujur ia tak tega melihat hal itu. Karena menurut Jasmine putranya sama sekali tak bersalah. Semua yang telah terjadi kepada Bintang tersebut adalah sebuah musibah. Dan tak ada satu orang pun di dunia ini yang menginginkan hal itu terjadi.
"Bintang, mulailah untuk memaafkan diri kamu. Hanya dengan cara itu. Bunda yakin dengan begitu hidup kamu akan jadi lebih Indah. "
Bintang hanya diam. Jujur saja semua yang dikatakan Bundanya benar. Ia hanya perlu memaafkan dirinya sendiri. Tapi untuk saat ini semua tak mungkin bisa. Sebelum Bintang meminta maaf langsung kepada Orion.
"Setidaknya buka hati kamu untuk Tari. "
Pemuda itu tetap diam. Namun dalam hati ia mengangguk. Mungkin sudah saatnya untuk dirinya untuk kembali bangkit. Setidaknya ia tak boleh lagi menyakiti lebih banyak orang. Hidupnya harus bermanfaat. Setidaknya hanya itu yang dapat dilakukan Bintang disisa waktu yang dimilikinya sekarang.
🌠🌠🌠
Benar saja. Hari ini Bintang membuktikan janjinya. Saat ini pemuda itu sudah berada di depan gerbang sekolahnya dulu. Pemuda itu berusaha bangkit dari keterpurukan. Berusaha mengubur masa lalu yang belakangan ini selalu menghantuinya. Semua ini tentu saja karena sang Bunda. Walaupun secara langsung Bintang tak mendengarkan apa yang diucapkan wanita yang telan melahirkannya itu. Tapi dalam hati berbanding terbalik dengan itu semua.

YOU ARE READING
Bintang (pinky promise)
Teen Fiction#13 in teen fiction 10 Juli 2018 Perjuangan Bintang Nararya Abraham dalam menghadapi takdir yang di tulis Tuhan untuknya Disaat sedikit demi sedikit kebohongan mulai terungkap. mampukah Bintang bangkit dan meyakinkan saudaranya kalau semua ini akan...