Chapter 1

3.6K 69 9
                                    

"Dan ternyata itu, kamu. Dan aku pun tak pernah berpikir bahwa hari ini aku berdiri di sampingmu. Bukan sebagai orang yang kamu cintai atau orang yang mencintaimu. Tetapi sebagai seseorang yang masih setia mencintaimu."

**

Devira Rivalia Rossalyn, 21 tahun adalah mahasiswi Agroteknologi semester 6 di Universitas Yudhistira, salah satu PT swasta favorit di Jakarta. Tinggi. Manis. Sederhana. Charming. Dan yang lebih penting mandiri. Dia cukup populer di kalangan mahasiswa karena prestasi dan keramahannya.

"Pagi, Vira."

"Hai, Vira."

"Vira..."

Sudah tidak asing bagi Devira, atau lebih akrab disapa Vira, ketika berjalan di korodor kampus selalu mendapat sapaan hangat baik dari rekannya, kakak tingkat maupun adik tingkat bahkan mahasiswa yang beda fakultas juga tidak segan menyapanya.

Siapa yang tidak kenal dengan Devira Rivalia Rossalyn? Aktivis kampus yang sudah sangat akrab dalam kegiatan amal, mahasiswa berprestasi dan juga artis UNDHIS (Universitas Yudhistira). Bakat musiknya sudah tidak diragukan lagi. Berkat pretasi yang diperolehnya tersebut, Vira mendapatkan beasiswa full semester.

"Vir, lo ntar malem free nggak?" tanya Rena, salah satu teman Vira.

"Kenapa?" jawab Vira.

Saat ini Vira dan kedua temannya, Rena dan Yuli, sedang nongkrong di salah satu kantin fakultas.

"Mau ngajak ke party-nya Si Roy. Dia kan ultah hari ini." kata Yuli.

"Roy?" tanya Vira.

"Itu anak PA yang rada gondrong yang dulu pernah sekelas bareng kita pas matkulnya Pak Didin pas semester 2," jawab Rena.

"Lo ngerti kan kalo malem minggu gini shift kerja gue nambah," jawab Vira.

Kedua temannya hanya dapat menunjukkan tampang kecewa mereka. Mereka tahu benar kalau mengajak Vira untuk kegiatan party atau hang out adalah hal yang jelas tidak akan berhasil. Hal tersebut karena Vira selalu menghabiskan waktunya untuk kerja part time di salah satu caffe sebagai waiters.

Sudah bukan rahasia lagi jika sang idola kampus ini adalah seorang waiters. Karena sudah sejak SMA dia memiliki kerja part time. Dan hebatnya pekerjaannya ini tidak pernah mengganggu kegiatan akademik yang selalu dia jalani dengan tekun.

Tidak jarang orang bertanya-tanya kepada gadis itu, kenapa harus bekerja keras? Satu-satunya alasan yang selalu dia gunakan adalah untuk kelangsungan masa depannya.

Semenjak kedua orang tuanya meninggal saat usia baru menginjak angka 13 tahun tapatnya ketika dia berada dibangku SMP, kehidupannya berubah. Bukan meninggal sebenarnya, lebih tepatnya menghilang. Kedua orang tuanya menghilang bersama dengan pesawat yang mereka tumpangi. Hidup atau meninggal pun tidak jelas. Karena pesawat beserta semua isinya menghilang dari radar dan belum ada seorang pun yang berhasil menemukannya.

Sebenarnya cukup dengan peninggalan kedua orang tuanya kehidupan Vira dapat tercukupi. Tapi juga namanya manusia. Keserakahan adalah salah satu sifat alamiah yang sulit dihilangkan. Sehari setelah kedua orang tuanya dinyatakan meninggal tiba-tiba keluarga ayahnya datang dan membuat Vira mau tidak mau harus meninggalkan hak-haknya demi ketenangan hidup dan keselamatan dirinya sendiri. Masa yang cukup kelam baginya saat itu. Sejak saat itu Vira memutuskan untuk hidup sendiri.

Malam harinya suasana kafe tempat Vira bekerja cukup ramai berhubung hari ini adalah malam minggu. Biasanya kalau malam minggu begini ini menyediakan panggung live music untuk musisi jalanan. Tidak jarang juga Vira menampilkan bakatnya di panggung tersebut. Dan rencananya malam ini dia akan mempersembahkan sebuah lagu khusus untuk pemilik kafe yang kebetulan hari ini sedang memperingati hari ulang tahunnya.

MARRY BOY[FRIEND]Where stories live. Discover now