Chapter 2

2.1K 70 4
                                    

"Aku bukanlah orang yang pengecut. Keraguan yang sekilas muncul tidak ubahnya hanya ilusi. Meskipun kenyataan menikamku saat ini tetapi perasaanku tidak akan pernah berubah. Aku berdiri di sampingmu bukanlah keinginanku"

**

"Van, di panggil Pak Heru. Lo disuruh ngadep sekarang." kata Dani pada cowok yang tengah berkutat dengan laptop di perpustakaan Fakultas Ekonomi.

Cowok tersebut adalah Revano Rengga Atmadja, 22 tahun dan tercatat sebagai mahasiswa semester akhir jurusan Manajemen Bisnis. Revan atau lebih akrab disapa Vano di kalangan rekan seangkatannya dapat dikatakan "The most wanted boy". Tinggi. Tampan. Gagah. Cool. Pinter. Tajir. Masa depan terjamin sebagai pewaris Atma Grup. Hampir tidak ada kekurangan yang tampak pada sosok Revan. Satu penggambaran Revan yang jelas, perfect.

Dan tidak diregukan lagi bahwa dirinya menjadi elu-elu di kalangan mahasiswi di Universitas Yudhistira. Hanya saja para mahasiswi tersebut cenderung mengagumi dari jauh dan tidak mampu berbuat apapun mengingat sosok Revan yang cukup mampu membuat mereka takut. Meski perfect, Revan juga dikenal misterius, pendiam, irit senyum dan terkesan dingin. Hanya pada mereka yang dekat dengannya saja dia sedikit lunak. Namun selunak-lunaknya Revan pada teman dekatnya, ada satu orang lagi yang mampu membuat Revan tersenyum dan menghilangkan kesan dingin. Orang itu adalah Sarah, kekasih Revan sejak beberapa bulan yang lalu.

Sarah Lasmita Vetranda, 21 tahun tercatat sebagai mahasiswa jurusan Desain Grafis di Universitas Yudhistira merupakan gadis beruntung yang mampu mendapatkan hati seorang Revano. Keduanya dikenal sebagai perfect couple. Tidak ada yang meragukan lagi mengenai keserasian dua muda-mudi itu. Meskipun tidak termasuk dalam "the most wanted girl", Sarah cukup populer di kalangan mahasiswa.

Hubungan Revan dan Sarah berawal dari acara MAKRAB mahasiswa Universitas Yudhistira (UNDIS). Saat itu Sarah yang merupakan mahasiswa baru secara tidak sengaja menumpahkan segelas jeruk limao ke kemeja Revan yang saat itu terpaksa datang untuk melihat acara MAKRAB atas bujukan Dani. Saking ramainya acara malam itu mengakibatkan tubuh Sarah terdorong dan tanpa sengaja menabrak tubuh Revan.

Jujur bukan Revan yang memulai. Hubungan itu mengalir begitu saja karena sejak kejadian itu Sarah semakin gencar mendekatinya. Awalnya Revan cukup risih dengan kelakuan Sarah sampai suatu hari Sarah kecelakaan saat berniat menyelamatkan mama Revan yang secara kebetulan bertemu di pusat perbelanjaan. Dari situ sifat Revan mulai melunak. Hingga tepatnya 8 bulan yang lalu Revan meresmikan hubungannya dengan Sarah. Seperti kata pepatah, cinta akan tumbuh karena terbiasa – witing tresna jalaran saka kulina. Kalimat inilah yang dapat menggambarkan bagaimana hubungan Revan dan Sarah.

Meskipun demikian Revan bukanlah cowok plin-plan yang tidak mampu berkomitmen. Bagi Revan apa yang dia ucapkan pertama kali adalah apa yang harus dia pegang teguh. Keputusan apapun itu selalu dia ambil dan jalankan sesuai dengan apa yang dia katakan. Patang bagi Revan untuk mengingkari apa yang sudah dia katakan. Menurutnya, bukan seorang laki-laki apabila lari dari apa yang dia katakan. Lelaki ya yang bertanggungjawab atas segala hal yang keluar dari mulut dan pikirannya.

Setelah mendapatkan pemberitahuan dari Dani tadi, dia langsung membereskan barangnya dan bergegas menuju ruang kerja dosen pembimbingnya tersebut. Beruntung dia memperoleh Pak Heru sebagai dosen pembimbing skripsinya sehingga TA-nya berjalan dengan lancar.

**

Setelah perbincangannya dengan Pak Heru selesai, Revan bergegas pamit meninggalkan ruang dosen tersebut. Baru saja menutup pintu, handphone dalam saku kemejanya berdering menandakan ada panggilan masuk.

Sarah, batinnya ketika membaca caller ID pada layar handphonenya,

"Ya?" jawab Revan.

"Sayang, temenin yuk. Ada beberapa barang yang ingin aku beli. Aku butuh gaun untuk acara minggu depan." kata Sarah di seberang.

MARRY BOY[FRIEND]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz