Minggu

3.4K 115 4
                                    

Tak ada sepi yang lebih mencekam dari sepinya jalanan perkotaan dini hari. Seorang gadis dengan jaket tebal berjalan sendirian di jalanan itu. Ia berjalan tidak seimbang. Mukanya merah dan matanya kepayahan untuk tetap terbuka. Tidak sampai 10 menit sejak ia keluar dari bar di sudut jalan namun ia sudah tidak kuasa mempertahankan kesadarannya.

Keesokan paginya, gadis itu bangun disambut oleh sakit kepala yang amat sangat sehingga ia memejamkan matanya dan mengelus kedua pelipisnya dengan jari telunjuk dan jari tengah.

"Bagaimana? Sudah mendingan kah?" gadis itu membelalakkan matanya setelah mendengar suara berat yang ternyata berasal dari pemuda yang berdiri di celah pintu ruangan itu.

Pemuda itu memberi secangkir teh hangat kepada sang gadis. Mereka saling melempar senyum.

Gadis itu mulai bertanya dengan ragu, "Maaf, tapi mengapa Anda bisa berada di kamar saya?"

Pemuda itu tergelak, "Maaf, tapi tolong Anda perhatikan baik-baik ruangan ini. Apa benar ini kamar Anda?"

Gadis itu tertawa, "Iya, ini kamar saya. Saya sudah menempati kamar ini sejak lahir. Tidak mungkin saya tidak mengenalinya."

"Jadi, mengapa Anda bisa berada di.." pemuda itu tiba-tiba keluar melalu jendela. "..sini?" sang gadis terdiam dan segera melongok ke jendela.

Pemuda itu menuruni tangga yang terhubung dengan balkon ruangan itu.

"Hei! Anda mau kemana?" teriak sang gadis.

Pemuda itu hanya tersenyum dan melambaikan tangannya. Gadis itu balas tersenyum walau penuh keheranan dan penasaran akan pemuda tadi.

'Untung kamarku ada di lantai satu. Bisa bahaya jika ada orang yang melompat dari jendela ini begitu saja,' batinnya.

Ia menyeruput teh hangat yang sepertinya merupakan teh herbal karena dapat meringankan sakit kepalanya. Teh itu perlahan namun pasti membantu menjernihkan pikirannya.

Setelah tehnya habis, gadis itu menyadari sesuatu yang janggal, 'Tunggu, kenapa di balik jendela kamarku ada balkon dan tangga? Kamarku kan ada di lantai satu.'

"Ini bukan kamarku..," gumamnya perlahan.

Perlahan pula rasa merinding dan takut muncul dalam dirinya.

"..dan ini bukan teh herbal," perlahan pula ia kehilangan kesadarannya.

Terjerat Masa LaluOù les histoires vivent. Découvrez maintenant