8. Tetap Bersama

16.7K 760 92
                                    

***

Nafasnya tercekat seolah tak dapat keluar, begitu sulit meski hanya untuk menggerakkan tubuh sesuai perintah otaknya. Ia menegang hebat seolah waktu enggan bergulir agar dapat sedikit memberi tindakan, bahkan diotaknya hanya ada argumen tidak mungkin dan tidak mungkin.

Tatapannya tak lepas dari perut rata sosok yang baru saja mengatakan bila ada makhluk yang bersemayam disana, berupa kehidupan baru benih dari pria yang sangat ingin ia bunuh. Sosok pria yang ternyata sudah menodai adik yang sangat disayanginya.

"Du-dua minggu?"

Hanya senyum tipis yang menjadi jawaban dibarengi anggukan pelan. Hinata dapat menangkap raut bahagia dari sang suami meskipun keterkejutan pada wajah tan itu masih lebih mendominasi.

Kali ini Naruto terduduk bersebelahan dengan isteri mungilnya. Tangannya terulur memberi belaian lembut diperut yang kini bergelung nyaman benih buah cintanya dengan Hinata.

"Ba-bagaimana bisa?" Tetap menggumam sama sekali tak menghilangkan rasa terkejutnya. Kini ia menatap isterinya yang tersenyum malu dengan wajah merona.

"Naruto-kun pasti tau... Karena Naruto-kun yang membuatku hamil." Tangannya menumpu pada punggung tangan suaminya, memberi remasan disana seraya ikut bergerak mengelus peruttnya. 'Dan karena Naruto-kun yang setiap hari membuatku mendesah saat kita bercinta... Kenapa dia malah bertanya seperti itu? Padahalkan dia sendiri yang terus memuncratkannya didalam.'

"BOHONG!!!"

Teriak Neji membuat semua mata tertuju kearahnya, tapi tidak dengan Naruto yang masih betah mengusap perut rata sang isteri, dimana ada makhluk yang merupakan benihnya.

"Hinata! Katakan padaku jika itu bohong! Tidak mungkin kau mau menjual tubuhmu padanya—!!" Tunjuknya nyalang pada Naruto yang kini mengatensi pada telunjuknya yang mengacung.

Hinata menggeleng kuat, ia sedih bila sang kakak mengatakan menjual tubuh. Itu tidak benar! Naruto adalah suaminya, pria yang ia cintai, dan ayah dari calon buah hatinya. Tidak mungkin ia seperti itu, yang ada dan menjadi fakta adalah Hinata dengan senang hati melakukan hubungan badan dengan pria yang sangat dicintainya, bahkan kerap kali merindu akan sentuhan sang suami yang selalu membuatnya digagahi setiap malam.

"Neji-nii salah—" Kepalanya kembali menggeleng, senyum yang terlihat dipaksakan terlukis dibibirnya. "Aku tidak menjual tubuh pada Naruto-kun... Tapi aku pasti dengan senang hati melayani suamiku, pria yang aku cintai."

Deg

"Dan sekarang aku mengandung hasil dari buah cintaku dengan Naruto-kun. Aku, aku awalnya sangat terkejut, tapi hatiku sangat berbunga-bunga saat Dokter berkata bila aku mengandung, dan tentunya itu anak kami, aku dan Naruto-kun..."

Naruto membeku ditempat dengan rasa senang yang sangat membuncah. Dengan mantap dan penuh keyakinan Hinata berucap pada Neji bila hati dan apa yang dimiliki hanya untuknya, pria yang dengan sepenuh hati dicintai oleh wanita seperti Hinata, yah—itu dirinya, Uzumaki Naruto.

"Hinata... Kau tidak bercanda 'kan, sayang...?" Kali ini Kushina yang berucap. Matanya tak lepas dari sang menantu yang membalas perkataannya dengan senyum serta anggukan kepala pelan, sebuah jawaban singkat yang membuat wanita bermarga Uzumaki itu serasa tak menduga.

"Ettoo... Dan, te-tentang pe-perceraian itu, a-aku tidak setuju—" Menatap sang suami dengan pandangan cemas, kini ia memeluk lengan Naruto seolah memberi isyarat agar suaminya itu bertindak untuk menolak perceraian yang diusulkan sang kakak. "Na-naruto-kun... A-aku ingin tetap bersamamu. Kumohon, Naruto-kun menolak perceraian itu..."

My Little WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang