3 - Hukuman berdua

85 4 0
                                    


"apa jangan jangan kau.... " ujar Fahri terpotong sambil cengengesan melihat muka Alva.

"jangan jangan apa hah? Emangnya kamu peramal? Mau cicip kaus kakiku yang seminggu belum dicuci?", balas Alva kesal.

"ehhmmm, enggak maksudnya jangan jangan kamu tambah benci sama dia, ee gituu", jawab Fahri asal ceplos.

'au ah gelap, serah dia lah, tapi aku rasa dia mulai peduli...', batin Fahri sambil memonyongkan bibirnya.

"oh iya Va, aku dengar dengar, Fhara mau nonton sama kak Arfi", ujar Fahri, dengan harapan Alva ada reaksi.

Seketika wajah Alva berubah 360 derajat, yang tadinya penuh emosi, sekarang menatap lantai dengan tatapan kosong.

"biarin, mau dia nonton kek, mau dia jungkil balik kek, mau dia terjun ke laut, aku gak peduli, lagian hidup hidup dia!", balas Alva.

"ya udah, selaw aja kelessss, aku Cuma kasih tau dengan hati bidadarii, kok dibales pake emosi", balas Fahri sambil berkeringat dingin.

Tring..tiring,  terdengar deringan ponsel Fhara.

"ya, halo kak?", sambut Fhara.

"jadi kan?", balas kak Arfi.

"ya, jadi!, jam 4 kan?" tanya Fhara.

"iya, sampai ketemu nanti.", balas kak Arfi.

"oke kak", balas Fhara sambil mematikan telepon.

Tidak sengaja Alva mendengar percakapan video call antara Fhara dan kak Arfi.

Fhara tersenyum menatap ponselnya, Lalu membalikan badan. Seketika wajahnya berubah saat melihat Alva.

'aduhh ada Alva', batin Fhara.

Alva pun berjalan mendekati Fhara, melewati Alva berkata, "gak sudi teman futsalku jalan sama kamu!".

"teman kamu?, tapi kok kak Arfi jauh lebih baik dan sopan sama perempuan di banding kamu?, coba kamu belajar dari dia gimana ngehargai cewek!", balas Fhara sambil meninggalkan Alva.

Alva emosi, dan meneriaki dengan ejekan disengaja, tapi Fhara hanya menutup telinga. Dan akhirnya,

"dasar cewek kampung!", teriak Alva.

Seketika murid murid lain di lorong koridor langsung memasang mata melihat mereka. Fhara langsung tersentak terdiam dan langsung menghampiri Alva dengan pukulan mautnya.

BUAK

"apa katamu!!!?!?", Fhara emosi maksmial.

Dan terjadilah berantem cubit, jambak, narik baju, dan cakar-cakaran ala berantem kucing yang disaksikan murid lain, sambil berbisik dan berteriak "ayo! Ayo! Alva, Fhara!".

kak Arfi yang melihat situasi itu tidak dapat melerai mereka berdua, dan memanggil guru BK. Dan bu Endang datang menjewer mereka.

"kalian ini! Seperti anak TK! Udah pubertas tapi kelakuannya masih kayak bayi rebutan biskuit! Ikut ibu ke ruang BK!", teriak bu Endang tepat di telinga mereka, dan membuat gendang telinga mereka hampir pecah.

"aduhh duhh, iya iyaa buu", teriak mereka kesakitan.

dan saat itulah mereka terduduk di ruang BK dengan kondisi rambut berantakan, baju disconnect, wajah kumal, bau badan yang menyengat karena keringat, dan nafas yang ngos-ngosan.

"apa kalian tidak malu dilihat siswa sejagat raya SMA ini!?", teriak bu Endang.

Dan di depan pintu BK saat itu banyak pasang mata bagaikan wartawan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 15, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Benci tapi ButuhWhere stories live. Discover now