22) Hit the Road

5.1K 478 11
                                    

Setelah sampai di depan rumah Nina, Oli membujuknya lagi agar tak perlu ikut malam ini. Namun, Nina tetap pada pendirian awalnya. Dia mau tahu apa yang membuat Oli lebih memilih tidak pulang ke rumahnya.

Hingga pukul setengah tiga pagi, Nina tak dapat memejamkan mata. Pikirannya terus melayang memikirkan apa yang akan dihadapinya. Nina tidak pernah begadang seumur hidupnya. Untuk apa? Itu hanya akan memberikan lingkaran mata panda yang akan mengurangi kecantikannya.

Memikirkan hal itu, Nina bergegas beranjak dari tempat tidur lalu membasuh muka. Dia duduk menatap wajahnya di cermin lalu mengambil krim malam dan mengoleskannya. Apa dia harus berdandan? Tapi dia tak tahu apa yang akan dilakukannya nanti. Nina lebih memilih bedak tabur yang terkesan ringan, namun tetap memberi kesan segar.

Haruskah dia memakai lipstik? Oh, sebenarnya mereka akan melakukan hal apa? Ok, lupakan lipstik! Nina memilih lipbalm dengan warna natural. Malam hari tak ada sinar ultra violet, tetapi tak akan Nina biarkan bibirnya terpapar udara malam.

Sekarang Nina memilih pakaian yang akan dipakainya. Dia tak mungkin memakai pakaian santai, tetapi menggoda. Oli itu anak laki-laki. Bagaimanapun juga, dia bisa saja berbuat di luar kendali. Nina segera menggeleng untuk menepis pikiran buruknya. Tunggu, tetapi Nina tak mungkin juga memakai pakaian berlapis. Dia tak ingin seperti ulat dalam kepompong. So eew!

Ponsel Nina berbunyi, pesan dari Oli bahwa dia sudah di luar. Nina segera membalasnya dengan mengatakan dia akan segera keluar menemui cowoknya. Nina sekali lagi menatap wajahnya di cermin. Atasan kaus santai dengan jaket yang menutupinya lalu Nina memakai celana jeans dengan sepatu angkle boot.

Nina segera masuk ke dalam mobil sport milik Oli. Ini mobil yang digunakannya saat mereka bertemu di rumah Wahyu. Oli menatap Nina dengan terpukau. Nina menyadarkan Oli dengan melambaikan tangan di depan wajahnya.

"Apa kamu selalu cantik seperti ini?" tanya Oli.

"Kalau enggak cantik, kamu enggak akan suka dong," jawab Nina santai.

Oli tertawa kecil mendengarnya. "Cinta, kamu kan tau, aku suka kamu bukan karena fisik semata."

"Aku tahu kok," balas Nina.

Jantung Nina kembali berdetak saat mobil membawa mereka pergi. Apakah akan terjadi sesuatu yang buruk? Nina sudah menyetel panggilan cepat di ponselnya. Mungkin saja dia akan butuh pertolongan nanti. Ini dini hari, siapa yang tidak khawatir coba?

Mobil Oli sampai pada sebuah jalan dengan banyak kerumunan. Ada beberapa mobil mewah berjejer. Anak-anak seusia Oli dan yang terlihat lebih tua lagi juga ada. Di samping jalan masih ada pedagang yang masih berjualan.

"Ada apa ini?" Nina bertanya sambil terus memperhatikan keadaan di luar dari jendela mobil. Dia tidak berani membuka kacanya.

"Malam ini ada balapan liar, Ta. Biasanya aku ikut," jelas Oli.

Nina menatap Oli sambil melebarkan matanya. Balapan liar? Nina pernah mendengarnya, tetapi tak tahu jika suasananya seperti ini.

"Ya, Ta. Ada perasaan lain saat aku udah di jalan. Ketegangan, kebebasan, bahkan amarah rasanya menguap. Saat aku menang rasanya lebih memuaskan lagi," kata Oli dengan jujur.

"Kalau kalah?" Nina mencicit.

"Aku nggak pernah kalah, Ta." Oli sangat yakin.

"Tapi tetep aja bahaya, Li. Ini balapan liar. Kalau ada kecelakaan gimana?" Nina sudah mulai gelisah di kursinya.

"Kok kamu malah ngarep aku kecelakaan sih?" Oli cemberut tak suka.

"Kamu atau siapapun ... balapan liar itu beda dengan balapan di sirkuit. Kalaupun ada accident, tim medis akan siap. Sedangkan di sini?" cecar Nina. "Mana kamu besoknya sekolah lagi. Atau kamu bolos, ya?" tuduh Nina.

High School BoyfriendWhere stories live. Discover now