EMPAT

87 8 1
                                    


Bel pulang sekolah sudah berbunyi 30 menit yang lalu. Para siswa-siswi SMA Bina Nusantara pun mulai berhamburan keluar dari area sekolah dan ada juga yang masih tetap di sekolah karena kegiatan ekskul tambahan.

"Eh Lin, lo hari ini ada kumpul ekskul nggak?" Tanya Bella sambil beranjak dari bangku.

"Iya Bel."

"Hmm.. yaudah deh gue balik dulu ya, bye." Pamit Bella yang dijawab anggukan oleh Lintang.

Bella pun segera berlari menuju gerbang sekolah karena supir pribadinya sudah menunggu.

Dikelas XI IPA 1 hanya tersisa 3 makhluk, yaitu Lintang, Benaya, dan Rafif yang asyik bermain dengan polsel masing-masing.

"Anjing... pake handphone gue lowbatt segala lagi.. padahal tadi udah sampai klimaks." Gerutu Rafif sambil membuang pelan polselnya ke meja.

"Emang lo nggak ada powerbank?" Tanya Benaya.

"Kalo ada mah gue nggak bakal teriak histeris kayak tadi kali Ben. Eh iya btw lo bawa powerbank nggak?"

"Gue juga nggak bawa."

"Ah elah.. gimana nih.." Frustasi Rafif sambil mengacak-ngacak rambutnya. Kemudian pandangan Rafif menuju ke gadis di sebelah Benaya, dan ide konyol pun keluar dari otak Rafif menjahili teman barunya ini.

"Ah iya gue lupa hari ini gue harus jemput nyokap di bandara. Gue duluan ya Ben, sorry buru-buru soalnya daa.." Pamit Rafif sambil lari terbirit-birit keluar kelas.

Kelas pun kembali hening. Hanya ada suara Air Conditioner dan deru nafas kedua makhluk itu. Tiba-tiba dari arah pintu kelas muncul lah sosok yang ditunggu-tunggu oleh Lintang sejak tadi.

"Hai Lin, udah lama nunggunya?" Tanya Adam, teman ekskul Lintang sambil menghampiri Lintang yang juga menoleh kepadanya.

"Nggak juga kok Dam." Jawab Lintang sambil menyunggingkan senyumnya.

Alah.. bullshit. Lo disini udah lama bego. Batin Benaya.

Adam yang merasa ada yang memperhatikan pun menoleh ke kanan dan mendapati wajah Benaya yang datar dan terkesan dingin sambil memainkan polsel.

"Hei bro, lo anak baru kan? Udah kesebar gosip anak baru itu dan ternyata lo orangnya ckck."

Benaya hanya diam tidak merespon dan masih asik dengan ponselnya.

"Kenalin, gue Adam Perwira. Ketua ekskul Pecinta Alam di Bina Nusantara." Ucap Adam sambil mengulurkan tangan kanannya.

Benaya yang merasa diajak berbicara hanya memandang sekilas dan berdeham menanggapi.

Adam yang merasa bahwa dirinya diacuhkan oleh cowok di depannya pun hanya mengepalkan tangannya yang tidak disambut baik dengan Benaya.

Liat aja lo entar. Belom tau siapa gue disini. Batin Adam sambil tersenyum sinis.

Benaya pun segera beranjak dari bangku dan tidak meninggalkan sepatah kata pun kepada dua makhluk di dalam kelas dan langsung bergegas menuju ke parkiran sepeda motor untuk mengambil motor matic Vario nya.

*****

Sesudah rapat ekskul.

"Anak baru itu songong banget ya Lin, pengen gue hajar rasanya tuh anak biar kapok." Ucap Adam yang sudah menahan emosinya sejak tadi.

"Haha.. biarin aja lah Dam, mungkin dia masih belom bisa ber adaptasi dengan murid disini. Gue yang temen sekelasnya aja maklumin dia yang sikapnya agak yah.. terkesan dingin gitulah.. tapi lucu juga kalo dilihat-lihat hehe.." Ucap Lintang sambil menyengir tanpa dosa.

"Lucu lo bilang? Ah gue semakin semangat buat ngehabisin dia kalo lo bilang dia itu lucu." Ucap Adam dengan nada tidak sukanya.

"Apaan sih Dam, baperan amat lo jadi cowok ckck."

"Eh Lin, pulang bareng gue yuk?"

"Hmm.. nggak deh, gue naik angkutan umum aja, kalo nggak ya telfon abang gue."

"Halah lama lo, udah bareng gue aja, gratis tanpa dipungut biaya."

"Najong bahasa lo kayak SPG aja Dam haha... iyadeh gue pulang bareng lo, tapi gue sorry banget ya selalu ngerepotin lo Dam."

"Lo temenan sama gue udah dari SD Lin, nggak usah sok-sok sungkan gitu deh sama gue, lagian kan lo seneng kalo misalnya digonceng sama cowok kece kayak gue gini hehe.."

"Omongan lo semakin hari semakin nggak waras Dam, yuk ah buruan keburu sore, nanti abang gue nyariin adeknya yang super imut ini."

"Siap tuan puteri." Jawab Adam sambil meng-hormatkan tangannya layaknya upacara bendera.

Mereka pun berjalan menuju parkiran dengan lengan kokoh Adam yang berada di pundak Lintang.

"Udah siap?" Tanya Adam memastikan.

"Udah."

"Jangan lupa pegangan nanti lo jatuh kan gue juga yang rugi." Perintah Adam.

"Modus lo, nggak ah nanti dikira kesannya gue yang meluk-meluk lo lagi." Ucap Lintang dengan ekspresi jijik.

"Yaudah, jangan salahin gue kalau gue ngebut. Ready go..."

Motor Ninja warna hitam milik Adam pun melesat meninggalkan sekolah. Lintang yang tau kebiasaan Adam hanya menggelengkan-gelengkan kepala dan dengan terpaksa melingkarkan tangannya ke perut Adam hanya untuk keselamatan.

Adam yang merasa dirinya seperti dipeluk oleh gadis dibelakangnya pun hanya bisa tersenyum tenang.

Andai lo tau perasaan gue selama ini ke lo Lin. Batin Adam sambil fokus mengendarai motornya dan sesekali melirik gadis di belakangnya melalui kaca spionnya.

Chasing YouWhere stories live. Discover now