Believe - Delapan

3.1K 252 4
                                    

Ali hanya diam tak menjawab pertanyaan Prilly. Sedangkan Prilly masih merasa tak enak, namun ia tak bisa mencegahnya. Ali menarik nafasnya dalam dalam dan menatap gadis didepannya ini.

"aku paham, inshaallah aku bisa jalanin semuanya"

"ya mungkin galau tanpa adanya kamu"lanjut Ali. Rasanya Prilly ingin meneteskan air matanya, lebay sih, eh enggak deh, eh gatau. Intinya sakit.

"jangan gitu, cuma beberapa tahun, nanti aku sempetin kok ke sini lagi"

"iya aku tau, tapi kamu kasih tau kabar ini pas kamu udah mau berangkat 2 jam lagi. Apalagi ini udah di Bandara, sakit kali"jujur Ali, Prilly merasa bersalah.

"niatnya kemarin, tapi kamu kan asik main ps sama bang Andra"Prilly menundukkan kepalanya tak berani menatap Ali. Uh, rasanya Ali ingin mencubit pipi sahabatnya ini.

"ahh, iya iya. Bego bet dah we, aduh" batin Ali

"ehm, maaf deh maaf." ucap Ali

"aku rela kamu tinggalin aku, asal gak lupa aja sama yang disini"lirih Ali, aish lebaynya kumat, tapi tak apa.

"mana mungkin, janji deh aku balik lagi sama kamu"Prilly mengacungkan jari kelingkingnya, Alipun menautkannya.

"janji"

###### 6 bulan kemudian...

Ali berulang kali terus merubah posisi tidurnya. Mencari posisi yang membuatnya nyaman, namun sulit.

"ah ilah, ngapa susah banget sih tidur doang?" gumamnya, ia mengucek matanya dan membulatkan matanya terkejut.

"ah, telat dah gue" Ali langsung bangkit dari tidurnya dan berlari ke kamar mandi. Sekarang pukul setengah sepuluh, sedangkan dia ada kelas jam 10. Semenjak Prilly pergi, Ali selalu ngaret. Gatau, itu faktanya.

Setelah selesai, Ali langsung menyambar tasnya dan berlari kecil menuju meja makan. Mengambil bekal yang sudah disiapkan beserta minum, lalu pergi ke kampus.

Ali mengendarai motornya menuju kampus, setelah sampai, ia langsung memarkirkannya. Berlari menuju kelasnya, dan ya dia telat.

"telat deh, masuk enggak ya? masuk dah" gumamnya. Ia melangkahkan kakinya untuk memasuki kelasnya, walaupun nanti kena omelan.

"permisi pak, maaf saya terlambat"keberuntungan berpihak padanya. Dosennya hanya mengangguk dan membiarkan ia duduk. Ali bernafas lega.

"sstt, Li, nih dari fans lo" Ali menolehkan kepalanya ke belakang. Rio, sahabatnya saat ini, yang selalu dititipkan surat oleh para fansnya lalu diberikan kepada Ali.

"ntar aja kalau udah abis jam-nya" Rio mengangguk. Mereka memilih fokus.

###

Prilly mengerjapkan matanya. Disini baru menunjukkan pukul 4 pagi. Ia menuju ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. Setelah itu, ia memilih duduk di sofa menunggu adzan.

"belum subuh, oh iya" Prilly mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan untuk seseorang. Siapa lagi kalau bukan Ali?

Selamat pagi!

Semangat kuliahnya!

Ali?

Aku syng kamu

Prilly paham, mungkin saja Ali disana sibuk. Ia memilih mengambil air wudhu, pasalnya suara adzan di ponselnya berkumandang. Setelah berwudhu, Prilly melaksanakan kewajibannya.

***

Pagi ini, Prilly memilih memasak makanan untuk ia makan pagi ini dan dibawa untuk kuliah. Prilly tinggal sendiri di apartemen, tapi terkadang Bella menginap. Bella juga kuliah disini, mereka bertemu saat dibandara London.

Short Story - APحيث تعيش القصص. اكتشف الآن