Nineteen

5.8K 294 0
                                    

Kamu itu kaya histeria, yang bikin aku deg deg-an pas di terbangin ke atas, tapi kamu malah biarin aku jatuh gitu aja dan terus terusan menerbangkanku dan menjatuhkanku.

---------


Sesampainya di dufan kami pun mengantri membeli tiket. Setelah mendapat tiketnya kami pun masuk.

"Eh Gila, naik itu yuk" ucapku sambil menunjuk sebuah permainan histeria.

"Ogah ah, ngeri" ucap Gilang.

"Masa cowok kalah sama cewek" ucapku.

"Siapa bilang?" Ucapnya tak terima.

"Gue, kan lo gak berani" ucapku sambil menjulurkan lidah.

"Gue berani, ayo" ucapnya sambil menarik lenganku.

Aku hanya pasrah dan mengikutinya menarik lenganku. Aku memang menyukai permainan ekstrim seperti ini.

Setelah mendapat bagian kami pun duduk dan langsung memasang seat belt dan memegang pegangan yang ada.

Aku melihat wajah Gilang sudah pucat pasi, dan ku rasa dia beneran takut.

"Lang? Lo gak apa apa?" Tanyaku.

Dia pun menoleh dan menggelengkan kepalanya.

"Muka lo udah pucet gitu" ucapku khawatir.

"Gue gak apa apa" ucapnya.

"Tap-"

"Dimohon untuk memasang seat belt kalian dengan kencang karena permainan akan segera di mulai. Berpegangan pada tempat yang sudah disediakan. 1....2......3...."

Ucapan dari speaker tadi pun selesai berbarengan dengan di mulainya permainan ini. Aku hanya mendengus geli melihat ekspresi Gilang.

"AAAAAAA!!!! MAMA GILANG TAKUT!!!!! AAAAA!!!" Raung Gilang.

Aku hanya tertawa dan sesekali teriak dan melirik ke arah Gilang. Dia benar benar pucat namun lucu.

Permainan selesai dan kami pun turun.

Huekkk huekkk huekk

astaga Gilang hendak muntah. Aku pun panik dan langsung mencari kantong plastik.

Aku menemukannya dan memberinya pada Gilang yang sedang menahan muntahnya agar tak keluar. Dia langsung mengambilnya lalu mengeluarkan isi perutnya sambil berjalan menuju kursi yang ada.

Huekkk huekk huekk

Aku pun pergi membeli air mineral dan memberikannya.

Aku yang tak pernah kuat jika melihat orang muntah pun terikut pusing dan eneg.

Aku memalingkan wajahku agar tak melihat Gilang muntah.

Akhirnya Gilang melepaskan kantong plastiknya dan mengambil air mineralnya lalu meminumnya.

Untung aku membawa tisu jadi aku berikan juga padanya.

"Payah lo, masa gitu doang muntah haha" ucapku.

"Sumpah ya Ca, gue gak mau naik ginian lagi" ucapnya.

"Iya iya enggak" ucapku lemas.

"Gimana? Udah enakan?" Tanyaku.

"Lumayan" ucapnya.

"Makan yuk, kasian perut lo baru aja di kuras" ajakku.

Dia pun mengangguk dan beranjak dari duduknya menuju tong sampah untuk membuang kantong plastik tadi.

"Enaknya makan apa ya Lang?" Tanyaku.

"Itu aja yuk" ucap Gilang sambil menunjuk sebuah foodcourt.

"Wah boleh tuh" ucapku menyetujui.

Kami pun berjalan beriringan menuju tempat yang ditujunjukkan oleh Gilang.

Sesampainya disana kami pun memesan makanan dan memakannya.

"Gimana udah lebih enak?" Tanyaku pada Gilang.

"Udah" ucapnya singkat.

"Main lagi yuk" ajakku.

"Tapi jangan yang bikin gue pusing lagi ya" ucapnya.

"Semau lo deh" ucapku.

"Oke ayo" ucapnya.

Kami pun berjalan melihat wahana wahana lainnya.

"Ca, naik bianglala aja yuk" ucap Gilang.

Aku pun hanya mengangguk menyetujui. Setelah mengantri kami pun mendapat bagian. 1  diisi oleh 4 orang, namun  kami hanya diisi oleh kami berdua karena tak ada yang mengantri lagi.

Bianglala pun naik perlahan. Rasanya kaya terbang ketika sampai di atas. Aku melihat keluar dan menikmati pemandangan dari atas.

"Ternyata Jakarta keren ya kalo diliat dari atas" ucap Gilang yang sudah berada di sampingku.

"Ya, walaupun yang kita lihat hanya macet, banjir dan polusi" ucapku sembari berjalan menuju tempat duduk.

"Ternyata Jakarta punya sisi indah juga" ucapnya.

Aku pun hanya mengangguk menyetujui.

***

Semoga suka.

Jangan lupa vote & comment

Salam author🐼

Double-You [COMPLETED]Where stories live. Discover now