The Job

4.7K 696 45
                                    

Radit terkikik geli, menepuk kedua pipi Lyla dengan telapak tangannya yang dingin sehabis mandi. Mungkin ini sudah ketiga kalinya ia membangunkan wanita yang tertidur seenaknya. Entah bagaimana posisi itu diambil Lyla. Semula memang Lyla tertidur dengan posisi yang cukup tenang dan rapi, namun begitu Radit bangun lebih awal, wanita yang mengenakan kemeja putih kebesaran milik suaminya menguasai ranjang.

Radit bisa memastikan bahwa semalam wanita di sisinya itu tak sanggup tertidur, hanya pura-pura tidur. Dan saat pukul lima pagi, Radit beranjak dari kamar untuk bersiap jogging keliling kompleks, Lyla baru bisa tidur nyenyak. Satu hal yang membuat Radit terkejut sepulang jogging. Lyla sudah tertidur pulas dengan posisi yang entah, tak terdefinisi. Kepalanya sudah berbalik arah, tak lagi berada di bantal pada bawah kepala ranjang, tapi berputar. Lyla tidur seraya memeluk gulungan bed cover dan tak beralaskan bantal karena justru bantal itu ia gunakan untuk menumpu kedua kakinya.

"Hmm, ngantuk gue! Gila lo ya, jam berapa ini?" erang Lyla tanpa sadar seraya menampik tangan Radit.

Radit mendecak pelan, memaksa Lyla bangkit dengan menopang tubuh Lyla yang masih lesu. "Lo yang gila, tidur kayak kuda liar. Bantal di mana kepala ke mana." Radit kembali menepuk pipi Lyla. "Buruan bangun. Lo nggak mau, kan, kalo kena marah Eyang?"

Lyla mengacak rambut kecokelatannya yang berantakan. "Astaga ...," keluhnya lagi seraya berusaha menegakkan tubuh. Namun, tanpa membuka matanya, ia kembali berniat merebah.

"Yaelah, buruan!" Radit tak sabar, menarik tubuh Lyla untuk bangkit, kemudian menuntun Lyla ke kamar mandi.

Sementara Radit sibuk mengambilkan sikat gigi baru dan melekatkan pasta gigi di bulu sikat, Lyla hanya terdiam duduk di tepi bathtub, bersandar ke dinding dengan mata terpejam.

"Buruan, astaga! Repot bener punya bini begini!" keluh Radit sembari menarik lengan Lyla untuk bangkit dan berjalan ke depan wastafel. Ia sempat memberikan sikat gigi ke tangan kanan Lyla.

Wanita bermuka ngantuk itu membuka mata sebentar, memastikan sikat gigi di tangan, kemudian kembali memejamkan mata seraya menggosok gigi setelah berkumur sekali.

Radit menyalakan shower di atas bathtub, mengulurkan tangan demi menyentuhkan untuk memastikan air dari shower itu hangat. Namun, ia kembali mendecak seraya berkacak pinggang saat menyaksikan Lyla yang masih asyik terpejam. Alih-alih kesulitan membangunkan Lyla, pikiran iseng dan kekanakan muncul begitu saja. Ia meraih gagang shower dan mengarahkannya ke arah Lyla.

Lyla memekik, terkejut dengan kemejanya yang mulai basah kuyup. Matanya pun membelalak seketika.

"Ups, sorry! Nggak sengaja, gemes gue liat mata lo yang nggak mau melek," celetuknya santai.

"Don't move!" ancam Lyla seraya menunjuk Radit dengan sikat gigi yang masih penuh dengan busa pasta gigi. Lalu dengan tergesa ia berkumur, meletakkan sikat gigi pada gelas di tepi wastafel.

"As you want, Beib!" goda Radit sembari mengusap hidungnya sekali. "Tapi sorry, gue udah mandi. Apa lo mau gue ngeliatin lo mandi di sini?"

Lyla berdecak, berkacak pinggang seraya membuang muka. Namun, beberapa detik kemudian ia berusaha mencekal lengan Radit, berusaha meraih shower dalam genggaman Radit.

Lyla berjinjit, mencengkeram kaus oblong suaminya demi meraih paksa. Hanya saja Radit lebih tinggi, ia sengaja menjunjung handle shower lebih tinggi.

"Ck, olahraga dong, La. Masa pendek terus nggak tumbuh-tumbuh," ejeknya, membuat Lyla naik darah. Radit tersenyum, ada perasaan aneh yang tiba-tiba menyeruak saat wanita pendek di depannya ini berekspresi. Entah itu ekspresi marah atau kesal, semuanya tampak begitu menarik perhatian Radit. Hal itu membuatnya ingin mengulang dan mencari cara agar Lyla terus meluapkan emosi. Ini menyenangkan.

The Wedding (Radit & Lyla)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang