5

48.4K 2.9K 19
                                    

-

Vina sudah merasa mendingan. Ia bangkit dari ranjang lalu pergi ke kelas. Mungkin ini kesempatan emasnya untuk tidak mengikuti beberapa jam pelajaran. Namun Vina merasa bosan di kelas.

Vina mengetuk pintu kelasnya lalu membukanya. Untung saja tidak ada guru di dalam kelas. Beberapa orang menatapnya yang baru masuk kedalam kelas. Vina melangkah menghampiri Alika, Nala, dan Aura yang berada di pojok belakang kelas. Mereka sedang asik memainkan ponselnya sambil duduk di lantai.

Vina duduk di sebelah Alika. Ia menepuk pundak Alika agar ia mengetahui kehadirannya. "Eh Na kok lo ke sini sih? Udah lo mendingan  istirahat aja sana di UKS," ucap Alika yang melihat Vina sekilas. Ia kembali fokus ke ponselnya. Vina bisa melihat Alika yang sedang fokus main Let's Get Rich.

"Gak ah bosen."

Vina melihat Aura yang ikutan heboh bermain Let's get rich juga di ponselnya. Seperti biasa Nala satu-satunya teman Vina yang sangat kalem. Nala sedang mengecek sosmednya.

"AGI!! KURANG AJAR LO! KOTA GUE NAPA LO AMBIL ALIH?" Teriak Alika kepada Aji yang juga sibuk dengan ponselnya. Ternyata mereka bertiga sedang main bersama. Aji tertawa kecil karena kemenangannya.

"IH ALIKA! GARA-GARA LO GUE BANGKRUT," gerutu Aura kesal. Ia menutup permainan tersebut lalu ia segera mengecek sosmednya seperti Nala.

"Anjir Giii ah gue kesel sama lo!" Ucap Alika ia juga menutup permainan tersebut.

"Traktirannya di tunggu ye Al, udah janji loh," ucap Agi sambil tertawa melihat Alika yang terlihat sangat sebal kepadanya.

"Ck, kepaksa deh ah gue harus ngorbanin uang jajan gue gara-gara ini," Alika berdecak sebal.

"Kita juga di traktir ya Al," Rizky terkekeh melihat Agi dan Alika.

"Gakk! Gue kan janjinya traktir Agi doang gak sama temen-temennya."

Mata Vina yang sedang memperhatikan Alika yang sedang ribut dengan Agi kini teralih pandangannya kepada Vino yang sedang mendengarkan lagu menggunakan earphonenya di bangku. Menurut Vina, diantara mereka berempat Vino itu yang paling santai di antara teman-temannya. Hanya satu hal yang Vina tidak suka tentang Vino, yaitu dia bisa di bilang players. Hal tersebut adalah hal yang paling Vina benci. Itulah alasannya mengapa Vina sangat tidak menyukai Vino walaupun dia pernah singgah di hati untuk sesaat. Yang namanya perasaan tiap detiknya pasti berubah kan?

Pandangan Vina dibuyarkan oleh bel pulang yang baru saja berbunyi. Ia segera bangkit lalu merapikan buku-bukunya. Jam kosong di jam pelajar terakhir itu hal yang semua murid sukai.

Hari ini Vina tidak membawa kendaraan ke sekolah. Ia berencana untuk pulang menggunakan transportasi umum. "Eh woy gue duluan ya," pamit Vina. Ketiga temannya mengangguk lalu Vina segera pergi dari kelasnya.

Baru saja Vina keluar kelas tetapi cuaca sudah tidak mendukung. Hujan tiba-tiba datang. Vina segera melangkah ke pintu masuk sekolah.

"Tau gini gue bawa mobil aja," sesal Vina.

Tak lama kemudian Kak Dhirga datang menghampiri Vina. Kak Dhirga melepas jaket yang ia pakai lalu ia pegang untuk melindungi kepalanya dan Vina dari hujan. Jantung Vina seketika berdegup lebih kencang. Lidahnya kelu, ia tidak bisa mengucapkan apapun. Aroma parfumnya makin membuat jantung Vina berdegup lebih kencang.

"Yuk," ajaknya.

Vina mengangguk lalu ia dan Kak Dhirga berjalan menuju mobilnya. Ia senang Kak Dhirga seperti ini. Namun yang baru saja Kak Dhirga lakukan membuat kenangan yang sudah Vina kubur dalam-dalam muncul lagi. Semua tentangnya. Ketika dulu ia berada di posisi ini namun yang berada di sisinya adalah Vino.

Vina duduk di sebelah Kak Dhirga yang berada di kursi pengemudi. Tubuh Vina agak basah terkena air hujan. Tubuh Vina menggigil di tambah AC yang berada di mobil Kak Dhirga. Kak Dhirga terus memperhatikan gerak-gerik Vina dari tadi. Ia sengaja belum menjalankan mobilnya. Ia mencoba untuk memahami Vina.

"Kenapa? Dingin?" Tebak Kak Dhirga. Vina menatap Kak Dhirga lalu ia tersenyum tipis. Kak Dhirga mematikan AC mobilnya. Lalu ia segera menjalankan mobilnya.

"Rumah lo dimana?" Tanya Kak Dhirga ketika mereka sudah berada di pertengahan perjalanan.

"Bentar lagi nyampe kok Kak di perempatan depan belok kiri terus masuk ke perumahan," jelas Vina.

Vina benci suasana ini. Vina benci suasana canggung. Sepanjang perjalanan di mobil tersebut hanya diisi oleh lagu-lagu yang diputar di radio. Sesekali mereka mengobrol dan seringkali mereka terdiam.

Tak lama kemudian mobil Kak Dhirga berhenti tepat di depan rumah Vina. Hujan sudah reda. "Makasih kak," Vina berterima kasih sebelum ia keluar dari mobil Kak Dhirga.

"Gue gak di tawarin masuk gitu?" Tanya Kak Dhirga dengan senyumnya.

"Nggak."

"Yahh," Kak Dhirga terkekeh.

"Yaudah gak papa gue juga ada janji mau main sama temen," lanjut Kak Dhirga. Setelah itu Vina segera keluar dari mobilnya lalu ia masuk kedalam rumahnya.

Vina masih penasaran, apa tujuan Kak Dhirga mengantarnya ke rumah? Vina berusaha untuk tidak ke ge'eran atau baper. Mungkin dia hanya ingin berbuat baik kepadanya.

*

Backstreet (END & PART MASIH LENGKAP)Where stories live. Discover now