44

22.4K 1.4K 71
                                    

"Kesalahan selalu menyambut penyesalan yang selalu datang di akhir."

***

Vina sudah menunggu satu jam lebih. Namun Vina belum melihat keberadaan Vino hingga saat ini. Secangkir teh panas yang dari tadi terletak di atas meja sudah mendingin.

Entah berapa lama lagi Vina harus menunggu Vino. Seharusnya Vino tidak membiarkan Vina menunggu. Seharusnya Vino membuat Vina bahagia. Seharusnya mereka bahagia bersama-sama di harinya.

Vina bangkit dari kursinya dia memutuskan untuk pergi dari café itu. Dia sudah tidak tahan lagi untuk menunggu Vino sendirian di sini.

Malam ini cuacanya sangat dingin. Rintik hujan membasahi kota pada malam ini. Vina mengusap-usap kedua lengannya untuk menghangatkan diri. Biasanya Vino lah yang menghangatkan Vina dengan pelukannya di saat seperti ini.

Mata Vina tertuju pada seorang lelaki bertubuh tinggi. Orang itu mengenakan jaket denim yang dipadukan dengan kaus hitamnya.

Vina terus memperhatikan orang itu. Dari penampilan dan cara dia berdiri mengingatkan Vina pada seseorang. Vina berusaha untuk melihat muka orang tersebut. Ternyata dia Vino Aldiansyah.

Namun Vina sama sekali tidak tersenyum melihat keberadaannya. Ada hal yang membuat Vina merasa begitu sakit. Vino sedang bersama seorang perempuan. Perempuan yang pernah singgah di hati Vino. Perempuan yang pernah membuat Vino bahagia juga sama seperti dirinya. Perempuan itu bernama Rayna.

Rayna langsung memeluk Vino dengan erat. Vina terkejut melihat adegan itu yang tiba-tiba.

Sakit.

Itu yang Vina rasakan saat ini.

Vina merasa seperti tertusuk hatinya. Rasa sakit kali ini jauh lebih perih dari sebelumnya. Bahkan Vina sampai meneteskan air matanya.

Vino langsung melepaskan lengan Rayna darinya. Dia segera menjaga jarak dari perempuan itu. Lalu Vino melirik Vina yang berada di depan café.

Vino juga terkejut melihat keberadaan Vina. Vino terkejut melihat Vina yang sudah menangis.

Vino meninggalkan gadis itu sendiri dan segera menghampiri Vina. Vino cepat-cepat menghampirinya, dia yakin Vina menyaksikan semuanya yang baru saja terjadi.

Kini Vino sudah ada di hadapannya.

"Jangan nangis sayang," ucap Vino yang segera menarik tubuh Vina ke dalam pelukannya.

Namun Vina menolaknya. Kini Vina tidak mau dipeluk oleh Vino.

"Brengsek," ucap Vina sambil menampar pipi Vino.

Vino mengernyit kesakitan namun dia berusaha untuk menahannya. Rasanya begitu sakit dan perih ditampar oleh orang yang dicintai oleh Vino. Tamparannya tidak begitu menyakitkan, namun rasanya lebih sakit jika Vina yang menamparnya.

"Kita putus!" Teriak Vina dengan tangisnya yang meledak.

Vino terkejut. Vina baru saja memutuskan hubungannya di hari seharusnya keduanya bahagia bersama.

"Sayang, Vino bisa jelasin, tolong dong dengerin dulu," Vino memohon sambil memegang kedua tangan Vina

"Apa yang mau dijelasin? Mau ngejelasin perasaan kamu ke Rayna? Iya kan?" Vina melepas genggaman tangan Vino secara kasar.

"Sayang, please listen," pinta Vino.

"Dengerin apa lagi? Ngedengerin semua bullshit-an lo lagi?" Vina sudah tidak lagi menggunakan aku-kamu.

"Vin, gue cape sama lo. Gue udah tulus sama lo tapi lo masih mainin gue kaya gini, cape Vin," Vina mengeluh.

"Aku juga tulus sama kamu Na, aku bisa jelasin dulu semuanya," ucap Vino.

"Kalo kamu emang sayang kamu gak akan gitu tadi," Vina pergi meninggalkan Vino.

Vina berlari secepat mungkin. Tubuhnya basah karena rintik hujan yang tidak berhenti dari tadi. Vino segera mengejar Vina yang baru saja pergi. Vino tidak akan membiarkan Vina pergi.

Menyadari hal itu, Vina berlari lebih kencang lagi. Vina sudah tidak mau lagi berurusan dengan Vino.

Kini baginya, Vino adalah seseorang yang akan mendatangkan luka. Bersamanya Vina selalu merasa sakit. Namun walaupun begitu pada kenyataannya Vina masih sayang. Vina tulus sayang sama Vino. Walaupun begitu Vina takut kehilangan Vino sebenarnya.

Kini Vina sudah tidak ada lagi jalan untuk berlari. Satu satunya jalan yaitu menyebrangi jalan. Jalan itu sangat sepi namun saat itu lampu masih bewarna hijau.

Vina tidak bisa berpikir jernih saat itu. Dia memutuskan untuk berlari menyebrangi jalan itu.

Seseorang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Orang itu mengklakson agar Vina minggir dari jalannya.

Vina shock melihat itu.

Bahkan Vina berpikir terlebih dahulu apa yang harus dia lakukan saking kagetnya dia.

Bruk.

Vina sudah tidak keburu untuk berlari. Vina terlanjur tertabrak oleh mobil itu.

Badannya terpental jauh dengan dilumuri oleh darah di seluruh tubuhnya. Vina sudah tidak sadar saat itu.

Sementara Vino berada di pinggir jalan melihat adegan itu semua di depan matanya.

Vino egois.

Saat itu Vino masih bisa menyelamatkan Vina dari mobil itu. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti. Vino tidak bisa mengorbankan segalanya untuk Vina. Vino masih egois.

Vino tidak percaya dengan apa yang baru saja dia saksikan. Vina tertabrak oleh mobil dengan kecepatan yang begitu tinggi.

Tatapan Vino kosong saat ini. Vino terjatuh dan berlutut di pinggir jalan. Air matanya kemudian mulai menetes mengeluarkan emosinya. Vino sangat menyesal dengan perbuatannya.

Andai saja waktu bisa diputar, Vino pasti akan memutarnya agar tidak kejadian seperti ini.

***

Vote dan comment buat next partt!

Instagram :

Putrizhr
Chachaii_

Hayy hayy gimana nih sama part yang ini? Duh kira-kira Vina kenapa-napa gak yah? Vino bakalan setia gak nih sama Vina. Penasaran gak? Hehe. Maaf yah baru update lagi, maaf juga gak sepanjang biasanya.

Semoga suka yah sama part ini!!

Tunggu part selanjutnya yaa!!

Backstreet (END & PART MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang