18. Permulaan

130K 9.1K 796
                                    

18+ Mengandung konten dewasa. Mohon pengertiannya bagi kalian yang belum cukup umur untuk tidak membaca. Kalian bisa skip chapter ini ke chapter 20. Thank you.

🍷📸

Apa yang bisa pria lakukan pada perempuan yang baru saja patah hati? Sebenarnya banyak. Tawarkan dia pundak untuk menangis, banjiri dia dengan kalimat-kalimat penuh penghiburan, atau curahi dia dengan berbagai pujian—misalnya tentang betapa istimewanya dia, tentang betapa mantannya itu seorang bajingan yang tidak pantas berbagi udara dengannya.

Mudah sebenarnya.

Tapi nyatanya Zach kehilangan semua tajinya saat ia harus berhadapan dengan Wyne Gunardi yang patah hati.

Jangan salah, gadis itu sama sekali tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda kronis hati yang hancur, sebaliknya ia justru terlihat seperti...ya, seperti Wyne Gunardi. Dingin, tenang, memiliki mata laser yang sanggup menembus isi kepalamu, dan—tentu saja—ketus bukan main.

"Kamu mau pergi ke mana sekarang?"

"Apa aku kelihatan seperti mau pergi ke Taman Impian Jaya Ancol?"

Tuh 'kan? Judes 'kan? Namun di balik semua tameng tangguh itu, Zach tahu betul apa yang sedang berkecamuk di dalam dirinya. Wyne Gunardi hancur. Ia hanya setengah mati menyembunyikannya di balik gunung es.

Zach menyerahkan helm dan jaket. "Semoga kamu tidak keberatan naik Veschy—Vespa Zachy."

Wyne memandangi Vespa Exclusive 2 keluaran tahun 1990 berwarna putih itu dengan tatapan tak berminat. Mungkin ia terlalu patah hati untuk peduli, bahwa Vespa antik dengan spesifikasi serba ori ini dibeli Zach dengan penuh perjuangan. Ia menabung hampir empat tahun lamanya, dan saking sayangnya dengan Veschy, ia lebih sering memandikan si Vespa ketimbang meladeni telepon dari cewek-cewek. Beneran!

Sedikit.

"Mungkin kamu mau jalan-jalan ke mal? Belanja sepatu? Shopping gila-gilaan sampai tagihan kartu kredit membengkak? Merenung sambil minum latte di cafe? Atau kamu lebih suka melakukan hal yang biasa pria lakukan : pergi ke bar dan minum-minum."

"Mari kita lakukan hal yang biasa pria dan perempuan lakukan." Wyne mengambil jaket kulit dari tangan Zach. "Kamu tahu maksudku."

Lalu ia mengenakannya tanpa canggung. Tubuh indah yang hanya berbalut gaun off-shoulder bridesmaid itu kini tertutupi oleh jaket Zach yang kebesaran. Sedikit pun Wyne tidak memutuskan kontak mata.

Zach terlihat tenang di permukaan, santai dan terkendali, kalem dan berkelas, sungguh hanya Tuhan yang tahu bahwa gairahnya saat ini sedang dibolak-balik seperti takoyaki.

"Wyne." Suara Ardan mengejutkan Zach. Wyne sendiri justru tidak terlihat kaget. "Win, tunggu dulu."

Dengan rambut dan kerah pakaian yang basah, Ardan mengejarnya sampai ke depan Vespa Zach. Wajahnya memelas. Ia langsung mengambil lengan Wyne yang baru saja selesai memasang resleting jaket, lalu menariknya menjauh dari sisi Zach.

"Aku salah, aku tahu aku salah, aku minta maaf, oke? Aku akan melakukan apapun untuk menebusnya. Mintalah apa saja dariku, Win, aku akan melakukannya."

"Permintaanku sudah jelas di dalam sana. Aku minta kamu menemui ayahku."

"Apa saja asal bukan itu."

"Astaga, Ardan..."

"Ayahmu tidak ada hubungannya dengan hubungan kita. Dia bukan penyebab semua masalah kita."

She's The Boss! Where stories live. Discover now