You Are Jerk, Jack!

11.4K 474 6
                                    

Musim panas berlalu begitu saja menyisakan daun-daun yang kini berguguran dari ranting. Jack tak menemukan apa yang menyedihkan dari musim ini, daun-daun kekuningan jatuh ke tanah, diinjak lalu berakhir di pembuangan sampah atau beberapa menjadi kompos para petani di pinggiran kota. Rapuh. Begitu para penulis selalu mengisahkan musim gugur.


Jack melangkah, menyesap kopi yang mulai dingin. Jip-nya terpakir gagah di seberang jalan. Janjinya bertemu Julia hari ini berakhir manis. Yeah, perpisahan yang sungguh manis mengingat gadis yang menjadi kekasihnya selama sebulan belakangan ini memilih menyerah dan dengan lantang meneriakkan kata putus. Sungguh, Jack tidak berpikir akan berakhir secepat ini mengingat perjuangan mati-matian gadis itu untuk mendapatkan status sebagai kekasihnya.

"Sial!"

Matanya melotot memandang jauh ke depan. Tongkat bisbol mengacung di tangan seorang gadis. Oh tidak! Sekarang gadis itu mengangkatnya.

"Brengsek, hentikan!" Jack memaki, berteriak untuk menghentikan satu pukulan yang bisa menghancurkan benda kesayangannya.

Malang. Sungguh kisah yang malang. Jack berpikir kisah perpisahan manisnya memang terlalu manis kalau semakin dipikirkan. Barulah sekarang ia sadar, yang terlalu manis itu selalu berujung pahit. Pandangannya kini nanar melihat kaca jip-nya yang bersisa retakan di tiap sisi, sedangkan di bagian tengahnya telah terbentuk lubang menganga.

"Kau?" ia beralih pada seseorang di sebelahnya, meraih tongkat bisbol dari tangan gadis itu lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. Namun tangan Jack berhenti, mengingat ia tak mungkin memukul gadis itu jika Jack tak ingin berakhir di tahanan yang pasti akan mendapat hukuman lebih kejam lagi dari orang tuanya.

"Apa yang kau lakukan, sialan?!" Jack bertanya, menjatuhkan tongkat bisbol di bawah kakinya.

"Tidak ada. Aku hanya ingin melakukannya." Jawab gadis itu santai. Tanpa menunggu berlama-lama gadis itu segera berlalu dari hadapan Jack. Meninggalkan Jack dengan segala sumpah serapah dan kata-kata kotor yang menjadi angin lalu.


***

"Ini warna asli rambutmu?" Kate sesekali mengurai rambut panjang di jemarinya, memberi sentuhan-sentuhan akhir pada hasil kerjanya. Ia sangat menyukai rambut pirang alami dengan gelombang kasar. Hingga kadang-kadang ia merasa kesal pada orang-orang yang mengubah warna rambut mereka menjadi hitam.

Kate entah kenapa bisa terlahir dengan rambut hitam pekat. Sedangkan ayah dan ibunya sama-sama pirang, adik-adiknya juga demikian. Ia masih ingat masa kecilnya yang mencari-cari siapa orang tua kandungnya sebenarnya, dan jawaban paling mengecewakan adalah ternyata ia mutlak putri kandung dari pasangan pirang itu. Tentu saja ia tidak berpikir membenci orang tuanya, Katie hanya benci merasa berbeda dari keluarganya.

Lalu dari mana gen rambut hitamnya itu berasal?

"Jangan pernah mewarnainya dengan sesuatu yang mengerikan. Rambutmu sangat bagus begini," kata Katie lagi, beralih mengambil duduk di sebelah pelanggan tetap sekaligus temannya itu.

Julia tertawa, "kau selalu mengatakannya setiap kali aku ke sini."

Katie ikut tertawa, namun selanjutnya ia menyipitkan mata seolah menaruh curiga. "hei, kali ini pria seperti apalagi yang kau kencani?"

"Apa terlihat jelas kalau aku akan berkencan?"

"Kau tidak akan repot-repot menata rambut jika bukan untuk berkencan dengan pria baru," dengus Katie.

Julia tertawa, mengangkat kedua bahu seolah ia tidak yakin. "aku juga kurang tau dia pria seperti apa. Ini pertemuan pertama kali setelah beberapa kali bertegur sapa di facebook lalu seminggu terakhir ini dia meneleponku setelah akhirnya aku menyerah untuk memberikan nomor teleponku." Aku Julia. Seseorang dari kota berbeda dengannya dan sedikit menaruh minat pada pria itu.

Double J (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang