Nobody Love You Like I Do

5.8K 417 1
                                    

"Kau yakin tidak akan dimarahi lagi?"

Julia mengangguk. Tadi siang ia sudah mengirimkan pesan ke ayahnya kalau ia ada acara sama teman dan akan pulang. Lagipula tadi ia tidak macam-macam, ia bahkan tidak menyentuh minuman-minuman yang ditawari Jack dan teman-temannya.

Jack keluar untuk membukakan pintu untuk Julia. Kebiasaan pria itu, sehingga sudah bukan pertanyaan lagi jika wanita akan tersanjung dengan perlakuannya. Tidak terkecuali Julia.

Saat membuka pintu, Julia ingin membuka jacket yang dipinjamkan Jack ketika di club, tapi Jack melarang dan berkata kalau Julia bisa mengembalikannya besok. Jack menunduk untuk membantu gadis itu melepaskan seatbelt.

"Biar aku sendiri saja, Jack." Cicit Julia.

"Kau lama. Aku tak punya banyak waktu." Kata Jack dengan suara kesal. Julia tahu ia memang terlalu bertingkat lamban jika sudah berhadapan dengan Jack. Reaksi tubuh dan otaknya sering kali tak sejalan.

"Sudah," kata Jack hendak berdiri. Naas kepalanya malah terkena atap mobil.

Julia meringis. "Kau baik-baik saja, Jack?" tanyanya. Jack masih menunduk memegangi tempurung kepala. Selanjutnya sebuah tangan ia rasakan mengusap kepalanya.

"Ah!"

Julia menjerit, kaget karena Jack tiba-tiba menahan tangannya yang mengusap kepala Jack. Ia memang lancang setelah dipikir-pikir. Julia jelas tahu kalau dirinya hanya berstatus kekasih. Gadis tidak menarik yang menjadi kekasih Jack oleh keterpaksaan dan lolos tantangan.

"Maaf, Jack. Tadi aku hanya spontan." Julia memberi alasan. Tentu saja itu alasan paling jujur yang ia punya. Namun tatapan Jack membuatnya terdiam. Beberapa menit yang tak terhitung, dunia menjadi sepi, hanya ada Jack dan Julia.

Jack menaikkan kepalanya lebih tinggi, menggapai wajah dan bibir gadis kekanakan itu. Bukan masalah kan jika ia mencium kekasihnya? Yeah, Julia kekasihnya bukan?

Sepasang bibir itu basah, lembut, dan Jack tahu ia adalah orang pertama yang singgah di sana. Julia Kaku dan terbata-bata. Namun itu seakan menjadi tantangan yang menyuruhnya terjun. Jack semakin panas dan ia tidak ingin berhenti.

Didorongnya Julia hingga berbaring dan bibirnya mencumbu setiap inci kulit wajah dan leher gadis itu. Tangannya meraba-raba di mana-mana. Menit-menit berlalu. Julia menyerah pada Jack.

"Tin!!!"

_

Jack tertawa bodoh. Klakson itu bergema kembali di telinganya seakan ia saat ini sedang menindih seorang gadis lugu di mobilnya. Tawa itu ia hadiahkan pada Julia karena jika saat itu tangan Julia tak sengaja menekan klakson mobilnya, mereka akan berakhir di kantor polisi dengan tuduhan berbuat cabul di dalam mobil.

Lagi-lagi ia bersyukur. Julia pasti akan mendapat amukan jika sampai hal itu terjadi.

Kembali ke saat ini ... Julia dan kekasihnya Harry ada di hadapannya. Baru saja berciuman dengan sangat panas. Ia mengamati wanita itu. Meskipun sudah menjadi wanita yang terlihat tangguh dan matang, namun Jack masih melihat Julia yang dulu di matanya, di senyumnya, bahkan di ekspresi wanita itu.

"Aku juga sangat menantikan bertemu denganmu." Jack akhirnya mengulurkan tangan, menyatakan sebaris kalimat yang hanya dimengerti dirinya sendiri. Julia balas tersenyum.

Harry mengajak mereka untuk duduk dan pria itu pamit sebentar ke toilet.

"Jangan coba-coba mengecoh dia, Jack!" ancam Harry sebelum melangkah pergi.

Double J (Complete) Where stories live. Discover now