10 - A Whisper That Bring Calamity

519 48 0
                                    

Suara-suara yang melengking seakan-akan menjerit ketakutan. Langit yang kelam dan suasana yang ganjal ini mengharuskanku mencari jalan keluar. Namun, Maria mengajakku berdansa dengan kasar.

"Ughkkss—apa yang harus kulakukan?!'

Bahkan suaraku pun menjadi lemas. Walaupun ini terasa aneh, aku sudah bisa menerimanya dengan akal nalarku. Sebuah game di mana aku bisa melihat darah dengan jelas. Bukan sebuah kepingan sistem data, melainkan cairan merah yang kelam.

Lagi-lagi ia mengeluarkan gelombang suara yang melengking. Mendengarnya hampir saja membuat gendang telingaku pecah. Bangunan di sekitarnya pun berubah menjadi remah-remah.

Jika kulihat dari arah gedung mati yang sekiranya hampir mendekati langit. Luasnya kota ini mungkin cukup besar dengan apa yang sebelumnya kubayangkan.

Melihat area dan luas wilayah ini, mungkin aku bisa meloloskan diri dari serangan suaranya. Hentakan dan getaran kembali dapat kurasakan. Begitu aku mendongakan kelapaku, wajah Maria muncul dari balik gedung.

Matanya yang merah dan perawakannya yang serba hitam dan mengerikan itu seperti sedang tersenyum begitu berhasil menemukanku. Aku mendecakan lidahku, menahan rasa sesakku kemudian bangkit, lalu berlari kembali.

Berlari dari kejaran sesosok monster berperawakan manusia, berwajah monster, dan berhati iblis. Berlari dan berlari. Tak mengenal arah dan terus berlari menjauhinya selagi aku mencoba mengisi HP-ku.

Menyelinap ke dalam bangunan mati dan mencari jalan alternatif untuk bersembunyi dari kejarannya. Seperti petak umpat yang berat sebelah. Aku di sudutkan hanya dari satu arah. Namun rasanya berbagai mata memandangiku dari berbagai arah.

Bunyi debuman kembali terdengar. Kali ini apa yang kulihat dari kaca berdebu, Maria sedang terdiam dan menusukan trisulanya ke tanah. Begitu ia merentangkan tangannya.

Tanah di sekitar areanya mencuat ke atas kemudian hancur berkeping-keping. Semua itu merambat dan terus menjalar seperti gelombang suara.

"S-sial itu kemari!"

Ketika aku berusaha untuk menghindarinya, sayangnya aku terbawa kemudian terlempar ke udara.

"Arghhhh!!!!—"

[Huaaaaaa!!!!]

Teriakannya kembali muncul ketika ia melihatku terbang di langit. Tubuhku tiba-tiba saja tertarik oleh daya gravitasi yang sangat kuat. Sehingga tubuhku mulai terjun dengan kecepatan luar biasa.

Namun setiap kali aku berteriak. Waktu di sekitarku seperti terjeda beberapa kali. Kemudian sosok Type 00 muncul.

"Hah? Apakah ini akhir darimu, replika?!"

Setelah itu waktu kembali berjalan. Lalu kembali terhenti sesaat, ia pun muncul kembali.

"Bagaimana rasanya di sudutkan seperti ini, huh?"

Kembali berjalan dan kembali terhenti sesaat.

"Kau kira hal seperti itu enak? Tidak, 'kan? Maka rasakan ketakutanmu sendiri!"

Di saat tubuhku telah berada di depan wajah Maria dan kami saling bertatap muka. Type 00 muncul kembali dengan tampilannya yang berbeda. Seluruh tubuhnya bagaikan robot yang rusak.

Matanya hilang satu dan mengeluarkan percikan listrik kecil. Sedangkan persendian bahunya terbelah, memperlihatkan tali-tali kabel dan juga sirkuit yang rusak. Untuk bagian perutnya berlubang dan terakhir adalah lehernya yang tersayat mengeluarkan darah merah.

"K-k-kau akan berakhir s-seperti diriku! Hahahaha ... a-aku adalah model yang tidak diinginkan! Kau pun sama, karena k-kau adalah model yang pertama!"

Vernoust Azuria [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang