Setelah kepergian Leon dan Vira, aku pun bertanya kepada Lagiaz agar bagaimana caranya aku bisa kembali ke tempatku semula. Yaitu berada di benua Arefier. Melihat dan mengingat bagaimana aku mendapatkan pengetahuan dunia ini.
Aku mengerti bahwa Makam Besar Fatera ini tidak menyatu dengan benua Arefier. Maka dari itu aku menanyakannya agar memberitahuku jalan keluar dari tempat ini. Tidak seperti Leon dan Vira yang telah mengetahui jalan keluar.
Di sisi lain aku seperti anak tersesat. Karena ketika aku terkirim ke tempat ini, itu semua berkat Eril yang menggunakan sihir teleportasi. Sehingga aku benar-benar tak tahu arah jalan kembali.
Untungnya Lageroz berbaik hati dan membuatkanku sebuah lingkaran sihir teleportasi. Akhirnya aku berpamitan dengan mereka. Sementara Eril masih tertidur di bahunya Lagiaz. Diam-diam aku menitipkan salamku kepada Lagiaz untuk di berikan kepada Eril.
Setelah semua selesai. Akhirnya cahaya putih dan juga kuning memenuhi penglihatanku. Tubuhku rasanya hampa dan begitu aku membuka mataku kembali. Kini aku berada tepat di tempat sebelum Eril berhasil menabrakku.
Tempat ini masih berada di jangkauan kota utama. Masuk ke dalam hutan dan di sinilah aku berada. Tepat berada di ujung tebing.
Untuk saat ini aku telah berhasil menjalankan misiku. Lalu selanjutnya aku harus pergi ke mana?
Namun sepertinya waktu memanggilku. Begitu aku ingin melangkahkan kakiku, teriakan yang kencang terdengar dari dalam hutan. Berkat itu aku pun langsung berlari secepat mungkin. Setidaknya walau aku tidak memiliki rasa empati dan simpati yang tinggi.
Aku penasaran mengapa ada teriakan. Bukankah sembilan bulan telah berlalu dan seharusnya mereka—para Player telah memiliki pengalaman untuk bertarung dan bertahan hidup di dunia ini. Karena itu lah aku penasaran mengapa ada yang berteriak.
Apakah ada keanehan yang terjadi atau kah ada pembunuhan antar Player?
Semua itu akan terungkap jika aku telah berada di sana. Dengan ringannya kakiku berpijak, sebuah tekanan udara meluap di bawahnya. Ketika terhentak, ketukan gelombang udara meledak dan kecepatan kakiku meningkat pesat seiring aku berlari layaknya tanpa beban.
Karena rasku memanglah ahli dalam kecepatan. Sehingga kecepatan serang dan gerakanku juga meningkat pesat. Lalu begitu aku berhasil sampai di sana ... aku cukup tercekat ketika sebuah Party sedang di sudutkan oleh seorang Player.
Party itu memiliki lima anggota sedangkan lawan mereka adalah dua orang Player. Tetapi tunggu sebentar ....
"Bukankah mereka yang menyerangku di Makam Besar Fartera, ya?"
Dua orang Player itu dari tim ekspedisi yang kupaksa untuk mundur dari sana. Tetapi mengapa mereka menyerang sebuah Party?
Sepertinya ada yang tidak beres dengan ini. Aku pun menelusup dan kini mengintip dari balik semak-semak. Tetapi entah bagaimana bisa mataku kini menangkap tatapan perempuan dari dua Player yang menyerang Party itu.
"Keluarlah~ atau aku akan menghukummu~"
Suaranya cukup nakal. Tetapi tidak aneh dengan penampilannya yang cukup terbuka dan menurutku berani. Lagi pula ia memiliki Blashunt sebagai rasnya. Sama dengan lelaki yang kini sedang berusaha membunuh satu Party itu.
"Ahh ... apakah kau menemukan mangsa baru, Fera?"
"Hngg ... sepertinya ada tikus yang bersembunyi di balik semak-semak itu~"
"Begitu kah? Keluarlah kau pengecut! Jika tidak aku akan membunuh mereka semua!"
Itu memang benar aku bersembunyi di balik semak-semak. Tetapi menyamakan diriku dengan binatang kecil seperti itu benar-benar membuatku jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vernoust Azuria [Hiatus]
FantasyAuthor: ReIN | Ilustrator: riv& #Wattys2017 [16+] Terjebak dalam Event Malam Walpurgis demi menemukan sang pembunuh. Ardi, seorang lelaki jenius yang kehilangan ingatannya dipaksa untuk melawan dunia yang ia buat sendiri. Pertemuannya dengan seo...