Chapter 7

3.5K 443 74
                                    

Jeonghan akan menikmati setiap takdir yang ia tulis, baik senang ataupun sedih.

Mereka, Yoon Jeonghan dan Kim Mingyu, mengawali semuanya dengan hubungan yang telah hancur, tak lagi diinginkan. Mereka memang tak ditakdirkan untuk satu sama lain, namun keduanya selalu berusaha untuk saling melengkapi. Jeonghan terjatuh, terluka, dan Mingyu membantunya untuk berdiri, mengobatinya sedikit demi sedikit.

Jeonghan mendengar, selalu siap untuk mendengar, segala kisah masa lalu Mingyu. Dalam kisah bahagia, Jeonghan tersenyum, dan dalam kisah sedih, Jeonghan memberikan kedua tangannya untuk mendekap Mingyu. Tak ada kecemburuan dalam hatinya, ia tak akan pernah bisa sesempurna Jungkook dalam hidup Mingyu. Dirinya adalah Yoon Jeonghan, ia tak akan pernah bisa menjadi seperti Jeon Jungkook, dan Mingyu bersyukur atas hal itu.

Mingyu mengisi kekosongan sosok soulmate dalam kehidupan Jeonghan, tapi tidak menggantikan. Choi Seungcheol tetaplah pemilik tattoo yang sama dengannya, Jeonghan tak akan pernah bisa memungkiri soulmate yang telah diberikan Tuhan untuknya. Jeonghan kadang berpikir bahwa mungkin Seungcheol digariskan dalam takdirnya untuk menghadirkan Mingyu dalam hidupnya, menghujaninya dengan kasih sayang yang menjadi haknya. Kini, Jeonghan dapat menulis sendiri takdir yang akan dijalaninya, dengan Mingyu berdiri di sampingnya.

Belum genap tiga bulan mereka bersama, masih banyak hal yang perlu dipelajari satu sama lainnya, namun Jeonghan belum pernah sebahagia ini sebelumnya. Tak ada ikatan lain yang membelenggu selain tattoo hitam di pergelangan tangannya, dan Jeonghan menerima kehadiran Mingyu dengan mudah dalam hidupnya. Jeonghan memang tak tahu hal bernama cinta selain apa yang diberikan Jisoo dan Jihoon, namun emosi yang kini dirasakannya pada Mingyu mungkin mendekati kata itu.

Selalu ada Mingyu dalam setiap cerita di kesehariannya, sesibuk apapun composer kenamaan itu. Dia bilang, Jeonghan terlalu berharga untuk dilewatkan hanya demi materi semata. Cheesy? Mungkin, tapi Jeonghan memberikan senyuman terbaiknya saat kalimat itu terucap dari bibir Mingyu.

Tujuh hari dalam seminggu, wajah Mingyu selalu tertangkap maniknya ketika ia menutup mata, begitu pun ketika ia membukanya. Punggung bertemu dengan dada, lengan Mingyu yang kekar selalu terselip untuk memeluk pinggangnya. Nafas Mingyu menggelitik tengkuknya, pun kecupannya di sana memberikan sensasi aneh di sekujur tubuhnya. Kemudian, Jihoon akan memarahinya karena terlalu sering tak berada di apartemen, dan Jeonghan akan pulang dengan wajah yang tertekuk.

Kata 'pertama' mungkin sudah terlalu banyak Jeonghan berikan pada Mingyu, dan ia masih menantikan momen pertama lainnya. Kencan pertama, kekasih pertama, pertengkaran pertama, ciuman pertama, hubungan sek—oke yang satu itu memang belum tejadi, dan Jeonghan tersipu malu tiap kali memikirkan kemungkinannya. Kemudian, Jihoon—pasti—akan menjambaknya jika tahu Jeonghan justru menantikan hal itu.

Berbicara mengenai Jihoon, laki-laki itu tersenyum hangat ketika Jeonghan mengatakan bahwa ia dan Mingyu telah meresmikan hubungan mereka di bawah status sepasang kekasih. Tentu saja, Jihoon lah sosok yang membawa Mingyu dalam kehidupan Jeonghan. Bahkan, Jihoon memeluknya dan berkata, "Apapun asalkan kamu bahagia, honey". Sejak awal, Jeonghan memang telah menerka bahwa Jihoon akan menerima segala keputusannya, meski hal buruk sekalipun.

Tapi tidak dengan kakaknya, Yoon Jisoo, yang memang cenderung konservatif. Maksudnya, sejak kecil, Jisoo selalu mengajarinya bahwa setiap manusia telah diciptakan berpasangan, dengan tanda hitam di pergelangan tangan sebagai pengikatnya. Dia bilang, tak ada orang lain yang patut dicinta kecuali soulmate yang ditakdirkan, karena sebuah pengkhianatan adalah hal terlarang baginya.

Ketika beberapa waktu lalu Jeonghan menggandeng tangan Mingyu memasuki apartemen Jihoon dan bertemu pandang dengan Jisoo di ruang tamu secara tak terduga, ia mengira Jisoo akan memarahinya habis-habisan. Pandangan mata Jisoo tertuju pada tangannya yang masih tertaut dengan Mingyu. Saat itu, Jeonghan berusaha untuk melepaskan jemarinya, namun Mingyu justru menggenggamnya dengan erat.

Kata TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang