Musim kemarau di pertengahan tahun begitu panas, bahkan angin yang berhembus pun terasa hangat, daun-daun dari pepohonan mengering dan berjatuhan. Namun, sore itu ketika suhu udara mulai turun, tampak gadis kecil duduk menyendiri dan bersenandung kecil di ayunan yang berada di tengah taman, ia tak begitu peduli dengan beberapa anak lelaki yang bermain bola tak jauh darinya. Mata kecilnya berseri menatap sebuah kotak musik kecil yang ia genggam. Kotak musik hadiah yang ia dapatkan di hari ulang tahunnya yang ke lima beberapa hari yang lalu.Sesekali, dibukanya tutup kotak musik itu dan kepalanya bergerak riang mengikuti irama lagu 'Fur Elise' yang mengalun. Beberapa saat kemudian angin berhembus kencang, menyapu daun dari ranting pepohonan di dekatnya serta pasir yang ada di bawah ayunan. Angin membawa butiran pasir mengganggu pandangan mata gadis kecil itu, membuatnya praktis melindungi matanya dengan kedua tangan. Kotak musik yang digenggamnya itu jatuh di atas pasir yang dipijaknya.
Ia tersadar, "Kyaa! Kotak musikku!" pekiknya.
Dengan menahan matanya yang terasa perih, ia membungkuk dan mengambil kotak musik itu. Kotak musiknya terbuka, tapi tidak terdengar lagi lagu yang mengalun. Banyak butiran pasir yang masuk ke dalam kotak musik digital itu karena tiupan angin, sehingga mesinnya tidak bisa mengeluarkan nada lagi. Tapi, apalah yang diketahui oleh gadis kecil yang polos itu? Yang ia tahu, kotak musik di pangkuannya itu kini sudah rusak dan tidak bisa mengalunkan lagu lagi. Ia mengetuk-ngetuk, membuka dan menutup kotak musiknya berkali-kali. Namun, tetap saja kotak musik itu tidak berbunyi lagi.
Bibir gadis kecil berambut hitam panjang itu mencebik ke bawah dan butiran air mata mulai membasahi pipinya.
"Huaaa... Ayah!!" Matanya tertutup dan tangisnya pecah. Semakin lama tangisannya semakin keras. Namun, tangisnya perlahan mulai berhenti saat ia tiba-tiba mendengar alunan nada 'Fur Elise' lagi. Tapi, alunan itu bukan berasal dari kotak musiknya.
Ketika membuka mata ia melihat anak laki-laki yang tak dikenalnya berdiri cukup dekat di hadapannya. Alunan lagu yang ia dengar berasal dari kotak bertuas yang dibawa anak laki-laki itu. Tak lama kemudian, alunan lagu itu berhenti begitu juga tuas yang tadinya berputar. Dengan sedikit terisak, ia masih mengamati kotak yang sedang dibawa anak laki-laki itu. Kepalanya terteleng ke kanan dan kiri, mengagumi keindahan dari kotak bertuas itu. Sang gadis kecil mengusap air matanya dan mulai tersenyum. Sedangkan anak laki-laki itu kemudian mengulurkan kotak bertuas itu padanya.
"Ini untukmu," kata anak laki-laki itu. Ia sampai tidak ingat ada orang asing di hadapannya karena terlalu kagum memandangi kotak itu. Sang gadis menatap anak laki-laki di depannya.
"Apa?" tanyanya.
"Ini, untukmu." Dengan malu-malu, anak laki-laki itu mengulangi perkataannya.
"Ini?" Gadis kecil itu tak yakin, ia menunjuk kotak lagu yang ada di tangan anak laki-laki.
"Iya. Ini juga kotak musik. Ambillah saja," kata anak laki-laki itu sambil tersenyum.
Ini kotak musik juga? tanya gadis kecil itu dalam hati. Perlahan, gadis kecil itu mengambil kotak musik di hadapannya.
"Kamu harus memutar batang kayu itu kalau ingin mendengar lagunya," terang anak laki-laki itu kemudian. Gadis kecil itu tidak menjawab, diamatinya orang asing di hadapannya. Anak lelaki itu memakai jas biru gelap dan berdasi. Ada lambang aneh berbentuk lingkaran di bagian dada kanannya, seperti seragam sekolah mungkin, pikirnya. Dan tingginya? jelas anak lelaki itu mengunggulinya.
Namun, ia semakin heran ketika matanya tertuju pada kalung sepanjang dada yang dipakai oleh anak lelaki itu. Bandul kalung yang tergantung di depan dada anak itu lebih besar daripada liontin kalung yang dikenakannya. Bandul kalung itu berbentuk lingkaran, di tengah lingkaran itu ada bentuk seperti monster hewan yang asing baginya. Matanya menyipit, masih mengamati bandul kalung yang aneh itu, ia tersadar ketika tiba-tiba terdengar suara wanita dewasa dari kejauhan.
"Diego! Diego!"
Anak laki-laki yang ada di hadapannya terhenyak. "Iya, Ibu!!" Anak laki-laki itu membalas berteriak. Dari kejauhan, nampak seorang wanita muda sedang berdiri sambil tersenyum di samping jungkat-jungkit dan melambaikan tangan ke arah anak laki-laki itu, langsung saja anak itu berlari menghampiri dan menyambut pelukan ibunya.
Diego? Gadis kecil itu membatin dan mengucapkan nama itu berkali-kali sambil menatap anak lelaki asing tadi berlari menjauh. Sang gadis tersenyum dan mulai mengalihkan pandangannya ke arah kotak musik barunya. Kotak musik itu berbentuk balok dan terbuat dari kayu. Ada semacam tuas di salah satu sisi kanannya. Warnanya cokelat mengkilap dengan ukiran-ukiran melengkung yang indah di keenam sisinya. Sang gadis memandanginya dengan kagum, belum pernah ia melihat kotak musik seindah itu.
Tak lama kemudian, mata kecilnya menangkap sebuah stiker dengan gambar yang sama dengan bentuk bandul kalung anak laki-laki asing tadi di sisi bawah kotak musik. Stiker dengan lingkaran dan monster hewan aneh itu. Kemudian, tepat di samping stiker itu ada ukiran seperti sebuah huruf. Ia sudah bisa mengenal huruf dan ia yakin dengan apa yang dilihatnya. Huruf D? batinnya sambil meraba ukiran huruf itu dengan jari mungilnya. Sang gadis kecil terpaku sejenak, tersenyum simpul lalu bergumam, "Diego."
----------
Halo semua, perkenalkan aku Patricia si Peri Hutan (hahaha), panggil saja Pat. Aku mencoba membuat karya dengan judul lagu klasik favoritku, yaitu Fur Elise karya Ludwig van Beethoven. Di dunia nyata, aku hanya bisa memainkan versi pendeknya sih, wkwk. Versi panjangnya aku sedang berusaha mempelajarinya, doakan aku berhasil. :)
Cerita ini kubuat waktu kelas 2 SMA dan mengalami proses revisi berkali-kali. Saat itu, aku sdang suka-sukanya sama kotak musik (saat ini masih suka, sih). Dan tiba-tiba ide membuat cerita ini muncul :D Sebenarnya ini sudah kupublish di wattpad berbulan-bulan lalu,dan karena ada hal yang harus diperbaiki khususnya di penulisan, akhirnya kuunpublish dan sekarang kurepublish.
Terimakasih banyak sudah meluangkan waktu untuk membaca karyaku ini. Kutunggu kritik dan sarannya, apa pun itu sangat membantu, drop saja di komen atau inbox aku. Semoga kalian suka dengan cerita ini :D
Jangan lupa untuk mendukungku dengan vote dan komen :D
Salam Peri,
Pat.Magic Forest
27 September 2017 (republish)
17:40
KAMU SEDANG MEMBACA
Fur Elise [END]
Teen FictionHighest rank : 1 #kotakmusik 1 #piano Rissa, siswi kelas 12 Saint Sirius Senior High School menjalani kehidupan sekolahnya dengan sempurna disertai segudang prestasi di dunia piano dan akademik. Namun, ia tak pernah bisa lepas dengan kenangan cinta...