Author 41.og | Cemburu 3

11 1 0
                                    

02.06.20.19.10.54.67.53.G.rt.Og

Tolong beritahu jika ada kesalahan dalam pengetikan.

~

Miya melangkahkan kakinya menuju dapur. Setelah selesai mengerjakan tugasnya perutnya berteriak lapar dan kebetulan ini sudah masuk waktu makan malam.

Sesampainya di ruang makan, Miya mendapati seluruh penghuni rumah sudah duduk di sana.

"Miya sini, malah berdiri aja di sana," Seru Hendra yang pertama kali menyadari kehadiran Miya.

Miya melangkah masuk ke dalam dan segera duduk di kursi yang biasa diduduki.

"Miya, kamu yang abisin buah di lemari?" Tanya bunda yang membuat Miya mengurungkan niatnya untuk mengambil nasi.

"I-iya, bun," Jawab Miya seraya menundukkan kepala. "Miya bikin salad buat bekal ke sekolah."

"Kenapa gak bilang dulu sih," Sahut Farida dengan kesal. "Kakak kan mau bikin pie buah."

"Maaf kak. Miya gak tahu."

"Makanya nanya dulu."

"Udah dong, kan aku udah bikinin kamu es krim," Bujuk Hendra pada istrinya. "Besok aku anter beli buah lagi deh."

Farida mengangguk setuju. Miya melirik pada keluarganya. Setelah memastikan jika tidak akan ada lagi percakapan, Miya memutuskan untuk mengambil nasi dan lauknya. Dan memakan makan malamnya dalam diam.

~

Miya menutup pintu kamarnya setelah selesai makan malam. Ia menghela napasnya lelah. Keluarganya memang seperti itu, bersikap dingin padanya. Bukan karena mereka membenci kehadiran Miya. Karena nyatanya memang seperti itu sedari dulu. Mereka akan memperhatikan Miya jika ia sakit. Selebihnya mereka percaya jika Miya bisa mengurus dirinya sendiri.

Tapi setidaknya kehadiran Hendra di rumahnya cukup membuatnya tidak terlihat menyedihkan. Contohnya seperti kemarin. Hendra rela menunggu Miya pulang hingga tertidur di sofa, yang bahkan belum pernah dilakukan oleh keluarganya.

Miya pun mengerti mengapa keluarganya seperti itu. Bunda yang masih terpukul karena bercerai dengan ayah yang dalam waktu dekat sudah menikah dengan wanita lain, sedangkan dirinya belum. Oleh karena itu ia menerima pinangan ayah Doni yang saat itu sudah memiliki kak Farida, terlebih bunda juga tidak bisa bekerja dan meninggalkan Miya yang masih kecil.

Seandainya saja ayah yang mendapat hak asuhnya, maka Miya bisa merasakan perhatian yang sesubgguhnya. Miya tersenyum kecil saat membayangkan jika ia benar-benar berada di keluarga ayahnya, pasti menyenangkan.

Miya menghela napasnya lelah. Sudah berulang kali ia memikirkan hal itu. Tapi nyatanya ia tak pernah rela meninggalkan bundanya yang sudah berjuang membesarkannya. Mungkin karena ini adalah waktunya untuk mengalah.

Miya menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Ia menarik selimut dan bersiap untuk tidur. Tapi getaran ponselnya di atas nakas membatalkan niatnya tersebut.

Miya mengambil ponselnya dan menatap sebuah pesan yang baru saja dikirimkan oleh Bagas. Miya tersenyum lebar setelah membaca pesan dari Bagas. Buru-buru dia membalas pesan Bagas. Dan setidaknya kehadiran Bagas mampu membuatnya merasa lebih baik, selalu.

~

Miya menghentikan tangannya yang hendak menyendok makanannya saat menatap Indra berjalan beriringan dengan siswi kemarin. Mereka berjalan sambil sesekali tertawa bersama. Bahkan Indra tidak melirik Miya yang baru saja dilewatinya.

"Mi, kok kak Indra sama cewek?" Tanya Tina yang juga menatap Indra.

Miya mengerjapkan matanya dan kembali pada kegiatannya yang tertunda. "Oh, itu temen sekelasnya," Jawab Miya dengan nada santai.

"Oh," Tina kembali memakan makanannya.

Ditengah menikmati makannya, Miya sesekali melirik pada meja yang ditempati Indra dan teman-temannya, termasuk siswi itu.

~

TBC

Sekedar info, aku mau fokus dulu sama cerita ini. Dan tenang saja aku masih bakalan nulis cerita lainnya sebagai selingan. Juga, aku gak punya jadwal update yang tetap.

Mohon bantuannya untuk memberikan vote dan komentar untuk cerita pertama aku di wattpad ini.

By Lilia631

WHO ARE YOU? [End]Where stories live. Discover now