[25]. Bitch

4.5K 184 35
                                    

-Maddi jane's POV-

Aku menangis memeluk lututku sendiri di pinggir kasurku. Justin berkhianat?

flashback on~

Setelah aku mandi aku memainkan hp justin , wallpaper-nya foto kami berdua aku--justin. Gallery nya hanya banyak berisi foto kami aku-justin-mom-dad .

Entah mengapa tanganku terulur melihat SMS nya . Dan disitu satu nomor dengan nama unknown , aku tertarik membukannya

Dada dan hatiku terasa sesak saat membacanya. Siapa wanita ini? apa dia pacar justin? Ia memanggil justin 'babe'. Setelah melihat pesan tadi aku buru-buru kekamarku. Aku duduk didepan meja rias menangkup wajahku , dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa padahal mataku terasa panas ingin menangis.

Pintu kamarku terbuka , aku tidak ingin melihat arah pintu karna aku tau pasti aku menangis. "maddi aku jalan sebentar oke?jangan tidur sebelum aku datang." Ucapnya. Aku hanya menjawabnya dengan deheman.

Munafik,batinku. Kenapa dia tidak mengajakku?Pasti ia ingin menemui wanita yang tadi memberinya pesan.

setelah ia benar-benar jalan . aku menangis deras dengan memeluk diriku sendiri.

flashback off~

Aku menangis dengan sesenggukan dengan memegangi dadaku. Aku mencoba menghentikan tangisku agar tidak pecah. Tidak lama pintu kamarku terbuka , aku menutup mataku dan masih sesenggukan.
"hey" Ucap justin ia menarik tubuhku di dalam pelukannya.

"go away!"Ucapku menangis.Aku memukuli dada bidangnya dan ia tetap diam memelukku. "Apa aku ini pelampiasanmu saat kau sedang bergairah? Aku hanya pengalihan? Aku jalang?Kau bahkan datang dan memelukku setelah kau bertemu wanita itu."Ucapku tenang.

"Kau bukan pelampiasanku , bukan pengalihan dan bukan jalang. Katakan apa salahku?!" Benar-benar polos justin.

"Kau pura-pura tidak tau atau kau tidak tau? Kau munafik." Desisku. Ia terlihat sedikit kaget dan aku merasakan detak jantungnya."Tidak usah kaget seperti itu."

"kau habis menemui wanita itukan?Yang memberimu pesan dengan sebutan babe"Lanjutku. Aku memberontak pelukannya itu. Memukulnya dengan sekuat tenagaku , hingga akhirnya aku lelah dan pasrah.

"itu bukan siapa-siapku , itu adala--" Aku memotong pembicaraan justin."pergi dari kamarku justin sebelum aku yang pergi dari sini" Ucapku tenang. Tidak lama kepalaku terasa pusing , aku memegangi pelipisku.

Pandanganku kabur dan tiba-tiba semua terasa menenangkan dan gelap.

                             ***

Aku terbangun dari tidurku , dan ini sudah pagi. Apa yang berat di perutku? Dan apa yang basah di kepalaku? Aku mencoba membuka mataku perlahan dan akhirnya terbuka. Tangan justin membelit di perutku , ia bertelanjang dada dan hanya menggunakan calvin klein-nya.
Sebuah tonjolan dibalik celana dalamnya itu. Aku menggelengkan kepalaku cepat dan memegang dahiku. Kompres? Apa justin yang mengompresku? Semalam badanku panas? Ia merawatku? Ia tidak kerja?Apa peduliku.

Aku mulai bangun dan duduk , pusingku hilang. Syukurlah kukira aku masih merasakan pusing sialan itu. Aku menyingkirkan perlahan tangan justin.

-Justin Bieber's POV-

Maddi memijat pelipisnya dan tiba-tiba ia yang sedang duduk menjadi terbaring. Aku mengangkatnya ke tempat nyaman di atas ranjangnya , ia tidak bergerak tetapi nafasnya masih teratur. Aku memegang keningnya badannya sangat panas.

Aku berdiri dan mengambil kompres untuknya lalu menempelkan dikeningnya , setelah itu aku mencium keningnya lama dan entah mengapa air mataku turun saat melihatnya , ia benar-benar tersakiti. Ia menyakiti dirinya sendiri , aku membelai pipinya yang sedikit kasar karna kering air matanya.

Ini pasti gara-gara wanita sialan itu. Hailey. Aku mulai melucuti pakaianku dan menyisakan calvin kleinku . Aku memperhatikan wajah maddi lalu mencium bibirnya lama , bahkan melumatnya. Lidahku masuk kedalam mulutnya , mengecup dan menggigit bibirnya.

Setelah itu aku memeluknya sambil mencoba menutup mataku."Kau menyiksa dirimu sendiri"Ucapku padanya.

                                  ***

Matahari menyinari kamar ini , Merasa silau aku langsung duduk. dimana maddi? Aku langsung bergegas dan berdiri , tiba-tiba pintu kamar mandinya terbuka dan terlihat maddi setelah mandi dengan mengusap rambutnya dengan handuk.

"Bisa kau pergi? Aku ingin memakai baju."Ketusnya dingin. Ini penyebabku , hatiku sedikit sakit melihatnya berubah.

"Maaf. aku akan pergi"Aku langsung pergi dan kembali menutup pintu kamarnya. Aku berjalan kekamarku dengan gontai dan gusar.

Aku menghempaskan pintu kamar mandiku dengan kuat. Lalu membersihkan diriku. Aku benar-benar mencintai maddi namun ia berubah. Wanita sialan dan bodoh itu adalah Hailey dia yang membuat hubunganku dan maddi merenggang seperti ini.

Aku bersumpah hailey bukan siapa-siapaku, ia hanya orang yang benar-benar kubenci. Setelah selesai mandi aku memakai baju santaiku . Aku tidak berniat bekerja karna aku ingin merawat dan menjaga maddi.

Aku melihat maddi dengan pakaian yang rapih sepertinya ia ingin pergi. "kau ingin kemana?" Tanyaku lembut.

"bukan urusanmu"Jawabnya datar dan dingin. "ini urusanku maddi"jawabku.

"Benarkah? jika kau tidak ingin repot-repot kau tidak perlu mengurusiku dan pergi sana." Hatiku benar-benar sakit dan semangatku hilang entah kemana. Senyumku adalah senyumnya - sedihku adalah sedihnya. Kemudian ia pergi tanpa berpamitan.

Aku menghembuskan nafas berat dan menuju ruang piano. Aku duduk didepan piano dan mulai menekan keyboard.

Ohh...Ohhh....uh...

Lately I've been thinkin',
Thinkin' bout what we had,
I know it was hard,
It was all that we knew, yeah

Have you been drinkin'
To take all the pain away?
I wish that I could give you what you deserve...

'Cause nothing can ever,
Ever replace you.
Nothing can make me feel like you do, yeah.
You know there's no one
I can relate to.
And know we won't find a love that's so true...

There's nothing like us,
There's nothing like you and me,
Together through the storm.
There's nothing like us,
There's nothing like you and me,
Together, oh

I gave you everything, baby,
Everything I had to give.
Girl, why would you push me away, yeah?
Lost in confusion,
Like an illusion,
You know I'm used to making your day.

Aku bernyanyi dengan butiran air mata yang mengalir di pipiku.

But that is the past now,
We didn't last now,
I guess that this is meant to be, yeah...
Tell me, was it worth it?
We were so perfect.
But, baby, I just want you to see...

There's nothing like us,
There's nothing like you and me,
Together through the storm.
There's nothing like us,
There's nothing like you and me,
Together, oh

There's nothing like us,
There's nothing like you and me,
Together through the storm.
There's nothing like us,
There's nothing like you and me,
Together, oh...

There's nothing like us,There's nothing like you and me,Together, oh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BROTHER AND SISTER!Where stories live. Discover now