Wattpad Original
There are 6 more free parts

Two

23.2K 1.9K 15
                                    

Aku berjalan memasuki Galaxy Club. Salah satu kelab malam mewah dengan tingkat keamanan yang ketat bagi para pengunjungnya. Hanya orang-orang tertentu yang dapat memasukinya. Tidak sembarang orang mendapat akses di kelab tersebut. Beruntunglah Salvatore memiliki jaringan di kelab itu sehingga aku dapat memasukinya.

Selain bar dan klab, terdapat kasino, arena bowling dan biliar. Tempat yang akan aku datangi adalah arena biliar. Menurut informasi yang Salvatore berikan arena biliar merupakan spot favorit Luca Huang. Aku melirik sekitarku, menimbang apa yang akan aku lakukan selanjutnya. Salvatore memang sialan karena tidak memberikan petunjuk yang jelas padaku sehingga aku harus mencari tahu dengan mandiri informasi terkait Luca Huang yang ternyata sangat sulit sekali untuk didapatkan. Awalnya aku memang menolak untuk melakukan ini. Mendengar bahwa Luca Huang bukanlah lelaki biasa yang bisa berkeliaran bebas. Pengawalnya di mana-mana. Ia memiliki banyak telinga dan mata yang dapat dengan cepat mengetahui sesuatu yang mengancamnya, mungkin itu alasan Boris terbunuh. Tetapi, setelah mendengar permohonan Salvatore, yang mana sekali dalam seumur hidupnya, membuatku luluh pada akhirnya. Mungkin inilah saatnya aku balas budi kepada Salvatore.

Aku memasuki arena biliar. Di sana aku melihat orang-orang sedang bermain biliar didampingi para wanita yang berpakaian ketat dan seksi dengan riasan tebal, ada juga yang sekedar duduk bersantai sambil meneguk minuman, dan sebagainya. Aku kemudian melangkah sambil mengedarkan pandangan. Beberapa orang memperhatikan diriku, seakan aku adalah orang asing yang baru memasuki klub tersebut, meskipun secara teknis benar, namun aku tak mempedulikan tatapan mereka. Aku mengitari beberapa meja biliar hingga kemudian pandanganku berhenti pada satu titik.

Luca Huang, ia lebih tinggi dari perkiraanku, mungkin tingginya sekitar 180 cm, dari setelannya yang terlihat pas melekat di tubuhnya, aku rasa bentuk tubuh yang ia miliki tidak perlu diragukan lagi, dan yang terpenting adalah lelaki itu lebih tampan ketika dilihat secara langsung. Tanpa sadar aku mengerjapkan mata berusaha menghilangkan pikiranku yang hampir saja terbuai oleh pesona dan aura dari Luca Huang.

Luca sedang bermain biliar ditemani oleh lelaki berpakaian serba hitam khas seorang pengawal. Empat pengawal berada di sisinya, aku yakin bahwa itu hanya sebagian kecil pengawal yang berada di sekitarnya. Sisanya? Bisa saja berkeliaran di tempat di mana tak ada seorangpun yang tahu.

Dahiku mengkerut. Aku tidak boleh bersikap mencurigakan bila tak ingin gagal padahal ini baru langkah pertamaku. Kuputuskan untuk mencari sofa kosong yang berada tak jauh dari posisi Luca berada. Untuk saat ini aku hanya perlu memperhatikan saja dari kejauhan dan berusaha untuk tidak terlihat mencolok.

"Sedang menunggu seseorang?" Tanpa kusadari orang asing duduk di sampingku.

Aku menoleh melihat lelaki yang tak kukenal dengan raut wajah tak senonoh kepadaku. Aku dapat mengetahui itu. Ingat, lingkungan di mana aku hidup adalah mayoritas para lelaki yang tentunya membuatku hafal dengan baik setiap gelagat mereka.

Aku hanya menyunggingkan senyum saja lalu kembali mengabaikannya.

"Sepertinya kau memang sendiri, Nona," katanya semakin mendekat.

Merasa tak nyaman, aku bergeser untuk memberikan jarak dengannya. Aku berusaha untuk tidak mempedulikan eksistensinya

"Bagaimana jika kau menemaniku saja?" ia berbisik di telingaku membuat tanganku mengepal tanpa sadar. Ia benar-benar mengganggu dan menyebalkan, rasanya aku sangat ingin memukul wajah lelaki itu agar menutup mulutnya.

"Maaf, Tuan. Bukan urusan Anda dan terima kasih atas tawarannya. Aku tidak tertarik," kataku berusaha untuk menjauh darinya namun ia menahan bahuku.

Lelaki itu menyeringai lalu mendekatkan wajahnya. "Sombong sekali," bisiknya lagi membuatku semakin jijik. "Tetapi, aku menyukainya."

DANGER: Hate and RevengeWhere stories live. Discover now