- 01

10.6K 2K 59
                                    

"Jung Ahreum, ayo!"

"Ke mana?"

Taeyong tersenyum. "Hanya... temani aku beranjak."

"Oh, ayolah, Lee. Ini masih sangat gelap."

"Jadi, apakah itu artinya kau tidak mau?"

Ya. Clearly. Aku tetap bersikeras untuk tinggal di balkon tanpa hendak beranjak. Di bawah sana, Taeyong terus menerus membujukku untuk turun dan pergi bersamanya.

"Ayo, kemarilah."

"Tidak." Aku mengambil nafas sejenak, lalu menghelanya dengan keras. "Kuulang lagi, ini masih sangat gelap, Lee Taeyong. Besok aku harus ke rumah sakit."

Bibir Taeyong mengerucut mendengarkan penolakan yang penuh dengan penekanan. Dia hendak membuatku sedikit luluh. Namun, tetap tidak. Aku tak ingin menjadi gadis aneh karena berpijak tanpa tujuan di pagi buta seperti ini.

"Pulang saja, nanti aku akan menemanimu."

Taeyong menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kenapa kau terus-terusan ke rumah sakit? Kau bahkan terlalu semangat untuk seukuran orang sakit."

"Jika aku tahu mana mungkin alasan kakakku, mana mungkin—"

Tok tok tok!

"Ahreum?"

Reflek aku kebingungan karena suara kakak yang berasal dari ruang dalam rumah. Sepertinya ia terbangun karena suara percakapan kami. Aku cemas jika saja Taeyong akan tertangkap basah sedang menyelinap ke dalam beranda rumah.

"Ya, cepat pulang!" Bisikku menghentakkan kaki.

"Aku tidak mau." Tolak Taeyong. Kenapa dirinya bak berubah menjadi anak kecil di saat-saat yang tidak kuharapkan?

"Pergilah."

"Tidak."

"Lee Taeyong!"

"Ahreum, kau sedang berbicara dengan siapa?"

Sial, kakak pasti sangat curiga.

"Eh—tunggu, Kak." Balasku dengan membuat suara ini terdengar cukup parau. Aku lantas berjalan cepat menuju pintu kamar lalu membukanya. "Ada apa?"

"Kau berbicara dengan siapa?" Tanya Kak Yunoh, lagi. Kakak sekaligus satu-satunya saudara yang kumiliki.

Diriku lantas menggeleng pelan. "Ada apa? Aku sedang tidur, tadi. Aku tak berbicara dengan siapapun."

"Jadi, bagaimana saat kau berteriak?"

"Aku tidak berteriak."

Kakak sontak menerobos pintu, mendapati pintu balkon yang masih terbuka. Ah, sial. Kebohongan apalagi yang harus kukatakan?

Kulihat Kak Yunoh seperti mencari-cari sesuatu, sesuatu yang barangkali berbentuk seseorang bodoh yang menyelinap ke beranda sepagi ini.

"Kan aku sudah bilang, kak. Tidak ada apa-apa di sini. Tadi aku tidur."

Tuhan, semoga saja suaraku tak terdengar bergetar.

Tak lama berselang, kakak menutup pintu balkon dan mengisyaratkan agar aku kembali tidur.

"Tidurlah." Ujarnya di ambang pintu, berusaha terdengar santai namun terdengar sangat cemas bagiku. "Pagi nanti kita harus ke rumah sakit."

"Apa—"

"..."

"Apa itu harus kulakukan? Lagipula, bukannya aku sudah sembuh, kak?"

Wajah Kak Yunoh yang awalnya tampak datar, perlahan mengukir senyuman yang tipis. Ia menghela nafas dalam air wajah yang terpaksa bangun akibat kebodohan Lee Taeyong. "Kakak hanya tidak ingin kau sakit."

"Aku—"

"Kakak tidak ingin kau semakin sakit, Ahreum."

MOONLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang