- 04

5.6K 1.5K 55
                                    

"Kurang lebih seperti itu, Yuta."

Akhirnya tujuanku sudah terpenuhi. Aku baru saja menjelaskan kejadian aneh yang menyelimuti diriku kemarin. Usai mencari-cari Taeyong pasca kedatangannya, lelaki itu tetap tak muncul bahkan jika itu sekadar menggangguku di malam hari.

"Apa kau tak merasa aneh dengan itu?" Yuta mengucapkannya dengan berhati-hati. Aku merasa dia sangat mengerti dengan jelas apa maksudku.

Aku terdiam.

"Kau bilang, dia akan selalu muncul jika kau sedang tidur." Lelaki Nakamoto ini mengambil jeda sejenak. "Lalu baru kali ini dia muncul pada pagi hari saat rumahmu dalam keadaan kosong."

Ya, benar. Itu benar.

Aku semakin gencar menerka-nerka apa maksud dari kehadiran Taeyong yang semakin misterius. Ditambah lagi, setiap diriku hendak memperkenalkannya pada Kak Yunoh, pasti ada saja hal yang membuat keduanya tak bisa bertemu.

"Jungreum, kapan kau pertama kali bertemu Taeyong?" Tanya Yuta.

"Waktu itu pukul 1 pagi lewat 27 menit. Aku sedang di balkon karena—"

"..."

"Aku sedang menghirup udara segar. Aku—aku hanya begitu penat saat itu."

"Menyendiri, bukan?"

Aku mengangguk. "Tiba-tiba terdengar bunyi aneh dari pekarangan rumahku. Begitu ku cek, ternyata itu Lee Taeyong yang sedang menatap balkonku."

"Kenapa ia menatap balkonmu?"


***


Malam itu, Ahreum begitu terkejut menemukan kehadiran orang lain di kediamannya. Pikirannya yang sedang kacau akibat keributan kedua orangtua membuat Ahreum begitu tertekan. Kehadiran lelaki asing itu bahkan membuatnya ketakutan.

"A-apa yang kau lakukan di rumahku?"

Lelaki itu terdiam seolah cemas.

Ketika Ahreum hendak berteriak, si lelaki segera mengatakan sesuatu. "Jangan! Aku tidak akan macam-macam."

Dahi Ahreum mengernyit. "Jika memang seperti itu, kenapa kau berada di rumahku? Ini masih pukul 1!"

"Tidak, aku hanya—"

"..."

"Aku hanya tak sengaja berada di sini. Oh, maafkan aku. Aku hanya ingin mengenalmu, juga. Hm, apa aku boleh tahu namamu?"


***


"Aku tak mengingat dengan jelas maksudnya, namun aku cukup terkejut. Semenjak saat itu dia sering berkunjung ke rumahku di jam yang sama."

"Bagaimana ciri-ciri lelaki itu?"

Kepalaku sedikit miring bak menyusun karakter yang kumaksud. "Rasanya aku pernah bertemu dengan Taeyong sebelumnya. Dia tampan, terlihat dingin, namun dia sangat baik."

Yuta terdiam, lagaknya agar aku terus melanjutkan penuturan ini.

"Aku tak ingat dengan jelas apa aku memang pernah bertemu dengannya sebelum ia masuk ke pekarangan rumahku untuk pertama kalinya."

"..."

"Tapi sekarang, aku sangat senang dengan kehadiran Taeyong, kok. Bahkan aku nyaman ketika bercerita dengannya."

Yuta mengangguk paham. "Bagaimana jika kau membicarakan hal aneh ini dengannya ketika bertemu lagi? Mungkin kau akan tahu apa maksud Taeyong seperti ini."

Mendengar masukannya, aku tersenyum tipis. "Ya, aku akan melakukan itu. Anyway, terimakasih sudah mendengarkanku."

"Tak apa, kurasa kau benar-benar membutuhkan pendengar saat ini." Kemudian Yuta berdiri seraya merapikan kerah kemejanya. "Aku akan pulang, sepertinya rawat jalanku untuk hari ini selesai lebih awal."

"Baiklah, selamat tinggal."

"Sampai jumpa, Jungreum."

Aku mengangguk, ikut melambaikan tangan kepada Yuta yang juga melakukan hal yang sama. Begitu Yuta berbelok pada penghujung koridor, secara bersamaan Kak Yunoh keluar dari ruangan yang terletak tepat di depanku.

"Kau berbicara dengan siapa?" Tanya kakak.

"Ah, temanku. Dia juga salah satu pasien di rumah sakit ini."

Kakak mengangguk paham. "Ahreum, kau harus masuk lagi. Dokter Moon akan memberi penanganan yang lebih untuk hari ini."

MOONLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang