-3-

18.9K 1.9K 228
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hari ini aku pulang ke rumah Syuja setelah menyelesaikan presentasi di depan orang-orang dari kantor Dinas ESDM. Sebenarnya aku enggan, tapi tak ada pilihan karena aku dan Syuja pergi menggunakan satu mobil.

Seorang wanita dengan perut membesar nampak duduk santai di depan televisi. "Ucha mana, Bin?" tanyanya ketika melihat kedatanganku.

"Ketinggalan," jawabku asal sambil membuka kulkas untuk membasahi tenggorokan dengan air dingin.

"Bintaaaaaang!!" rengeknya.

Aku tersenyum melihat ekspresi wajahnya meski dari kejauhan. Sejak hamil, wanita yang pernah mengisi hatiku selama bertahun-tahun ini memang jadi lebih manja.

"Ada apa?" tanya Syuja yang muncul kemudian.

"Uchaaaaa, aku enggak suka sama Bintang!" lapornya pada sahabat baikku.

Syuja menatapku sekilas, menyusulku berjalan ke arah dapur untuk mencuci tangan baru mendekat ke Kahiyang.

"Kalau suka sama aku, yang ada juga nikahnya sama aku bukan sama Syuja," sahutku sambil menyeberangi jembatan kecil di atas kolam ikan untuk menuju ruang kerja.

Dan rengekan Kahiyang kembali terdengar, membuatku mengulas senyum tipis tanpa mereka sadari.

"Gimana Bang presentasinya?" tanya Awang ketika aku sudah di dalam ruang kerja. Dia salah satu juniorku di kampus yang cukup sering ikut proyekan di konsultan kami.

Aku memberi kode dengan ibu jari, sementara Awang tersenyum puas.

Tak ada tanda-tanda keberadaan Kiara sejak kedatanganku beberapa menit lalu. Meskipun berusaha menghindarinya, tapi aku tak bisa menghalangi rasa penasaranku.

Ponselku berbunyi saat aku baru duduk, kulihat nama Farah muncul di layar. "Ya?" sahutku begitu menggeser simbol berwarna hijau.

"Bradaaaaaa!!"

Refleks aku menjauhkan ponsel dari telinga mendengar teriakan bar-bar Farah. "Kamu lagi di hutan?"

"Dih, orang hutan ngatain orang kota!!"

Aku terkekeh geli mendengar protesannya.

"Aku on the way bouldering, mau nyusul?"

"Sudah sampai mana memang?"

"Sampai ... ngisi chalk bag," jawabnya tertawa renyah.

"Itu namanya sudah siap manjat, Dora!"

Tawanya semakin pecah mendengar protesanku. "Ke sini kalau sempat ya?"

"Hmmm. Have fun, stay focus when you climb."

"I will, Nyet! Kabarin ya kalau mau jalan ke sini?!"

"Oke."

Setelah dia memutuskan sambungan, segera aku melangkah keluar ruangan.

Lost Star (Tidak Lengkap, Sudah Terbit di Galaxy Media)Where stories live. Discover now