-4-

17.6K 1.8K 235
                                    

Karena cerita ini Na labeli dewasa, jangan shock kalau nanti-nanti lihat karakter Bang Bintang ya 😶 but i promise, gak akan sevulgar cerita-cerita badboy versi author lain 😂

Selamat membaca 💋

🌟🌟🌟

Setelah kejadian malam itu, aku tak sempat bertemu Farah karena ada proyek ke Sumatera selama hampir tiga bulan. Bahkan ketika Yayang akhirnya melahirkan, aku juga masih di belantara melakukan eksplorasi dan baru mengetahuinya tiga minggu sesudahnya.

Aku menyempatkan diri membalas chat yang dikirim Hanum, menelepon Kiara dan Farah untuk sekedar memberi kabar kalau ada kesempatan.

Ketika kembali ke peradaban, yang pertama kali kutemui justru Hanum, membuatku sedikit menyesal karena memilih pulang ke rumah lebih dulu dibandingkan ke tempat Syuja demi menghindar dari Ara.

Sebenarnya, hanya ada Mbak Yani sendirian ketika aku tiba di rumah. Aku meninggalkan pesan akan tidur sebentar setelah membersihkan diri. Dan setelah tidur selama lima jam, sosok Hanum terlihat memasak di dapur bersama Mbak Yani. Usut punya usut, Bunda yang saat ini tengah di rumah Budhe, mengatakan pada Hanum tentang kepulanganku dan menyuruhnya ke rumah. Dan di sinilah dia sekarang, sibuk menyiapkan makan malam untukku. Dia seolah lupa bagaimana dia mengabaikanku di pertemuan terakhir kami.

"Kamu tidak perlu repot-repot, ada Mbak Yani yang biasa melayani saya," kataku saat kami sudah duduk di meja makan.

"Enggak repot kok Mas. Lagipula, ada yang ingin aku bicarakan sama Mas."

"Apa?"

"Selesai makan ya, Mas."

Tak ada lagi percakapan sesudahnya kecuali dentingan sendok dan garpu di atas piring. Beberapa kali aku memergokinya mencuri pandang, tapi dengan sengaja aku mengabaikannya.

"Jadi, sudah mengambil keputusan?" tanyaku setelah makan malam berakhir dan kami duduk di ruang tengah.

"Sudah," jawabnya mantap, "aku akan melanjutkan perjodohan kita."

Sesuai dugaan, meski selama ini kami hanya komunikasi via chat, tapi aku tahu kalau dia akan memilih meneruskan perjodohan kami. Dia menghujaniku dengan perhatian ketika aku di luar pulau, perhatian yang mustahil diberikan pada seseorang yang tidak disukai.

"Aku memilih jalan berbeda dengan yang Mas ambil," kata Hanum seraya menatapku lekat, "berjuang untuk mendapatkan hati orang yang aku cintai."

Aku meresponnya dengan tersenyum tipis.

"Aku harap, Mas enggak akan larang aku."

"Dan kamu tidak akan memaksa saya," sahutku spontan.

Hanum menggelengkan kepalanya cepat. "Aku enggak mau Mas membalas perasaanku karena terpaksa, karena itu," tatapan Hanum benar-benar tak berpaling dariku, "aku akan melakukannya pelan-pelan, sampai Mas membuka hati karena kemauan Mas sendiri. Membalas perasaanku dengan perasaan yang sama."

"Keyakinanmu patut diacungi jempol."

Hanum tersenyum mendengar perkataanku barusan. "Mas, janji ke aku bisa?"

Salah satu alisku refleks terangkat agak tinggi.

"Beri diri Mas sendiri kesempatan untuk mengenalku lebih jauh, jadi jangan dulu terburu-buru menolakku."

"Apa saya pernah mengatakan kalau saya menolak?"

Sekali lagi Hanum menggelengkan kepala. "Tapi Mas seperti setengah hati saat kita bersama." Kepekaannya mirip sekali dengan Farah, keras kepalanya juga, aku rasa Hanum adalah versi kalem dari Farah.

Lost Star (Tidak Lengkap, Sudah Terbit di Galaxy Media)Kde žijí příběhy. Začni objevovat