Prolog

47 4 1
                                    


__

Wanita itu terus memandangi pria yang berdiri tegap memandangi sebuah jalanan lengang di depannya. Tatapannya berubah nanar ketika pria itu tertunduk dalam dengan bahu bergetar.

Pria jangkung itu menangis.

Ingin rasanya ia menjangkau bahu tegap di sana, kemudian memeluknya erat, berharap dapat mengurangi beban yang di derita calon suaminya itu. Namun, ia bersih keras mengontrol keinginannya tersebut. Situasi sekarang membuatnya harus ektra bersabar, pasalnya ... Yesung yang sekarang berbeda.

Tess tess

Perempuan yang kini berada di balik sebuah dinding halte lantas mendongak saat merasakan butiran air dari langit membasahi kulit serta gaunnya. Tampak tak mengkhawatirkan akan keadaannya, ia malah berpaling ke arah sosok pria yang juga sama bersetelan formal sepertinya, juga tak terpengeruh dengan adanya gerimis hujan.

Melihat taka da reaksi dari pria yang masih menjadi pantauannya sejak tadi, perempuan bernama Han Je Ri itu membawa penglihatannya ke berbagai arah, seolah mencari sesuatu.

"Ah itu dia." Desahnya lega saat berhasil menemukan apa yang ia cari. Tubuh mungilnya ia bawa menembus gerimis yang kian lebat, begitu cuek meskipun tubuhnya akan basah kuyup nantinya.

"Anyeong ..." ia sedikit bingung ketika hendak berbicara pada sosok bocah laki-laki dengan tiga payung di kedua tangannya.

"Kau ingin menyewa payung ini, Noona?" tawar bocah berpakaian lusuh tersebut pada Je.

"Yah. Tapi bukan untukku." Dengan seulas senyum lebar, Je mengarahkan telunjuknya pada objek favoritnya, Kim Jong Hoon atau biasa ia menyebutnya Yesung.

"Apa dia kekasihmu, Noona?" tanya bocah itu polos. Namun, bibir Je hanya mengulas sebuah senyum tanpa jawaban.

"Ini untukmu," Je mengeluarkan uang dari dompetnya untuk bocah penyewa payung.

"Aku tidak mempunyai uang kemb ..."

"Ambil saja sisanya, ya? sekarang, Noona minta tolong segera berikan payung itu padanya. Oke?"

"Terimakasih banyak."

Je menepuk bahu anak itu sebelum dia berlari menghampiri Yesung. Senyum yang semula terpampang indah di bibir plum nya kini memudar. Berganti dengan raut wajah sendu.

"Aku memang tidak bisa berbuat banyak untuk bisa melindungi, hanya hal sederhana ini yang bisa ku lakukan untukmu sekarang ini. Jangan sakit, kumohon." Lirihnya sebelum kembali melangkahkan kaki menjauh darisana. Berjalan menerobos hujan yang menghujami tubuh nya. Membiarkan puluhan pasang mata memperhatikannya tanpa ia peduli. Kedua matanya menatap kosong ke depan, pikirannya melayang pada masa-masa indah bersama tunanganya, yang seharusnya bulan depan mereka menikah.

__

oper ke wattpad.. hello readers!! karena imajinasi aku tentang bias mulai muncul lagi alhasil, jadilah cerita ini. semoga memuaskan dan ditungu vommentnya.. see you^^

SPRING FALLINGWhere stories live. Discover now