Part 2- So Close Yet So Far/1

11 4 1
                                    


Perlu kau tahu, jarak ini sungguh menyiksa

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Perlu kau tahu, jarak ini sungguh menyiksa.

Kau dekat, namun tangan ini sulit untuk bisa menggapaimu

Kau begitu dekat, namun aku tidak bisa apa-apa tatkala berada di sampingmu.

Kau begitu dekat, namun tak saling berbincang.

Meski begitu, sedikitpun aku enggan menyerah dalam keadaan seperti ini.

Ku harap kau memahaminya...

__

Je masih belum juga keluar kamar sejak dua hari yang lalu. Pasca ia mendengar kejelasan mengenai kondisi Yesung.

Yesung, pria itu didiagnosis mengalami amnesia disosiatif. Amnesia tersebut merenggut sebagian ingatannya, terutama menyangkut kenangannya bersama Han Je Ri. Ia hanya bisa mengingat kejadian lain, empat tahun yang lalu. Selepasnya, ia lupa. Termasuk perkenalannya dengan Han Je Ri hingga pertunangannya bersama perempuan yang sudah ia kenal selama tiga tahun itu.

Di luar dugaan memang atas peristiwa yang menimpa Yesung hingga Je harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya dilupakan oleh orang yang sangat ia cintai selama tiga tahun ini. Ia tak menyangka kalau takdir secepat itu merampas kebahagiaannya.

"Mungkin takdir ingin menguji seberapa kuat aku berada di situasi seperti ini? atau mungkin ingin tahu seberapa besar cintaku padamu, Oppa? Ini terlalu tiba-tiba, aku belum bisa menerimanya. Maafkan aku." Je kembali menangkupkan wajahnya diantara kedua lutut yang ditekuk.

Dua hari lamanya, ia hanya mengurung diri di kamar. Dirinya masih kaget dengan kenyataan, ia butuh menenangkan diri. Rela menahan rasa rindu ingin bertemu Yesung dan menemani pria itu di rumah sakit. Tapi, ia tidak bisa menemui Yesung dengan diri yang masih tidak stabil, ia tidak mau Yesung melihat dirinya kecewa, menyesal, hancur, dan sakit. Ia ingin menunjukkan kepada pria itu sebagai Je yang ceria seperti biasanya. Oleh karena itu, selama ini dia berusaha untuk kembali menata emosi dan pikirannya.

"Je ... kau benar-benar tidak ingin menyambut kedatanganku eoh? Jauh-jauh dari Belanda tidak sabar untuk bertemu denganmu, tapi kau lebih memilih mengurung diri. Keterlaluan! Yaa! Han Je Ri, bukakan pintunya, heish anak ini!"

Je mendongak, melirik sekilas ke arah pintu. Tatapanya datar menyadari suara nyaring dari luar pintu. Biasanya ia akan menghambur keluar dan memeluk pemilik suara itu, kali ini benar-benar tidak ada dorongan untuk beranjak dari kasur barang sebentar.

"Je, apa kau sekarang tidak mengenali suaraku eoh? Ini aku Lee Dong Wook."

Tanpa sadar bibirnya terangkat membentuk sebuah senyum kecil ketika ia mendengar pernyataan sepupunya itu. akhirnya, ia beranjak dari kasur dan berjalan untuk membukakan pintu.

"O?" kejut Dong Wook saat pintu bercat putih di hadapannya terbuka lebar dan menampilkan sosok yang dinanti sejak tadi.

"Kau Han Je Ri? Sepupu cantikku itu? kau benar-benar berantakan kali ini." Pria itu meraih rambut pirang Je yang acak-acakan sambil berdecak.

"Kalau keberatan melihat kondisiku yang buruk ini, kau bisa pergi." Jawab Je malas.

"Oke, meski aku sedikit kecewa kedatanganku jauh-jauh tapi diberi sambutan seperti ini. Aku mencoba mengabaikannya."

"Ck!"

"Temani aku."

"Apa?"

"Kau harus menebus kesalahanmu karena tak membukakan pintu saat aku mengunjungimu kemarin."

"Mana bisa begitu?"

"Apa yang tidak bisa bagiku. Kajja! Sekarang aku tidak ingin melihatmu tampil dengan lingkar hitam di matamu, lalu rambutmu ini harus dirapihkan! Kau benar-benar memprihatinkan, Je." Bah seorang stylish, Dong Wook memerintah Je untuk memperbaiki penampilannya.

"Aku belum mengiyakan ajakanmu, Dong Wook-ssi!"

"Ah, satu lagi! Karena barusan kau memanggilku tanpa embel-embel "Oppa" jadi kau tidak boleh menolak ajakanku. Itu hukuman." Tanpa dosa Dong Wook kembali memaksa Je. Sedangkan adik sepupunya itu mencebik kesal tanpa bisa membantah.

"Good girl!" decak Dong Wook kagum melihat Je menurut padanya dan kembali masuk ke kamarnya.

__

At Mouse Rabbit Café, 20.00 KST

"Oppa! Kenapa kau membawaku kesini?" Je memandangi bangunan unik di luar dari dalam mobil.

"Kenapa?"

"Kau tidak tahu apa? Ini café milik Yesung Oppa."

"Aku sama sekali tidak tahu tentang hal itu." Dong Wook mengamati bangunan yang dikunjungi banyak pelanggan itu dengan dahi berkerut. Ia membawa Je ke café tersebut karena rekomendasi dari Ibu Je tadi. Ia sendiri tidak tahu kalau café itu ternyata milik Yesung.

"Tadi ibumu menyarankanku untuk makan malam di café ini. Supaya kau bisa bertemu dengan tunanganmu itu."

Je terdiam. Pandangannya turun dan sibuk dengan pikiran-pikiran yang mulai muncul di benaknya. Di sisi lain, Dong Wook melihat gelagat aneh dari adik sepupunya itu. Ditatapnya kedua tangan Je yang saling meremas di atas pahanya, sesekali melirik ke arah café kemudian kembali tertunduk.

"Je .." Dong Wook meraih tangan Je dan menggenggamnya. Sehingga tangan itu tak lagi bergerak gusar, "kau hanya perlu menghadapi, bukan menghindari. Percayalah, jika kau menggunakan hatimu saat menghadapinya, dia akan mampu memaknai keberadaanmu. Dia akan kembali padamu. Meskipun ingatannya tak lagi menyimpan segala mengenai dirimu."

"Tapi ..."

"Apakah dulu kalian saling mengenal satu sama lain? Tidak bukan? Sama seperti sekarang. Keadaannya mengharuskanmu kembali ke peristiwa dimana dia tak mengenalmu. Kau perlu berusaha keras di sini. Kau tidak sendirian, ada keluarganya dan keluargamu yang mendukung kalian untuk kembali bersatu. Jangan merasa kau berada dalam keterpurukan seorang diri, Je. Mungkin jauh dari padanganmu, dia juga tersiksa dengan amnesia yang dialaminya. Bukankah dia sangat mencintaimu?"

"Ya. dia .. benar-benar mencintaiku." Lirih Je dengan kedua mata yang mulai berair.

"Baguslah kalau begitu. Dia butuh bantuanmu Je. Untuk kembali memulihkan ingatannya yang hilang, khususnya kenangannya bersamamu. Apa kau tidak ingin membantunya mengingat kembali?"

"Tentu saja aku mau."

"Kalau begitu ikut aku masuk. Semoga saja dia ada di sana." Dong Wook bergegas untuk keluar namun terhenti saat Je memanggil namanya.

"Terimakasih sudah mendukungku, Dong Wook Oppa."

Lee Dong Wook tersenyum membalas ucapan terimakasih sepupu dekatnya itu. sejak kecil, ia memang sudah menganggap Je seperti adik kandungnya sendiri. Je sangat berperan saat dia kehilangan adik perempuan satu-satunya sepuluh tahun yang lalu. Semenjak itu, ia memberi kasih sayang kepada Je seperti ia mengasihi adik perempuannya. sebelumnya, Dong Wook adalah pribadi yang tertutup, meski kepada saudaranya sendiri. Kematian adiknya tersebutlah mampu merubah Lee Dong Wook menjadi sosok ramah dan mudah bergaul. Tentu juga karena bantuan Je.

__

lagi naksir Lee DOng Wook, jadilah dimasukan ke dalam story ini :D lagi lagi dibagi dua bagian untuk part 2, happy reading and ditunggu vomenya ^^

SPRING FALLINGWo Geschichten leben. Entdecke jetzt