Part 1- At The Time/1

24 5 5
                                    


Di waktu saat ku hampir menyerah ...

Apakah ini sebuah hukuman ?

Mengapa kau ciptakan takdir semacam ini padaku?

Kelemahanku adalah dia.

Kekuatanku juga dia.

Aku lemah jika dia tak bersamaku, begitu sebaliknya aku akan kuat saat kami bersama. Lalu mengapa takdir begitu kejam seolah ingin membuatku lemah dengan keadaan seperti ini?

__

Je berjalan terseok melewati lorong rumah sakit. Kaki jenjangnya seolah tak selincah biasa saat ia berjalan, kini terasa begitu lemas seperti tak ada tulang dan energy di dalamnya yang mampu menyanggah tubuhnya. Kedua matanya mencari-cari ruangan yang ia tuju

Satu jam yang lalu, ia mendapat kabar dari ibunya kalau tunangannya, Kim Jong Hoon mengalami kecelakaan. Kabar tersebut membuatnya segera berlari menuju rumah sakit dan membatalkan jadwal pemotretannya ke New York. Ia bahkan lari begitu saja mencari kendaraan dan mengabaikan teriakan managernya. Pikirannya kalang kabut, Yesung-nya untuk yang pertama kali ia mendengar pria itu mengalami kecelakaan.

"Yesung oppa ..." cicitnya sesampainya di depan ruang operasi. Kedua orangtuanya berserta orangtua Yesung dan adik laki-lakinya sudah berada di sana. Memang tidak ada yang menangis, namun Je melihat wajah-wajah penuh kecemasan dan rasa khawatir.

Melihat kedatangan puteri sematawayangnya, Lee So Ra memeluk tubuh putrinya dalam. Membisikan kalimat-kalimat menenangkan. Bagaimanapun ia sangat tahu bagaimana perasaan Je sekarang.

" Ibu, dia akan baik-baik saja?" Je mendongak, menatap kedua mata teduh ibunya dengan mata berair.

"Ya, dokter akan melakukan yang terbaik untuk Yesung." Jawab Ibunya lembut.

"Bukan hanya dokter, tapi dia juga harus melakukan yang terbaik untuk keselamatannya. Ibu ..." Je menjeda kalimatnya karena suara yang tercekat di tenggorokannya.

"Aku, mencintainya. Aku tidak ingin kehilangannya. Aku ingin selalu bersamanya. Aku tidak bisa sendiri tanpanya. Ibu, aku ingin dia hidup."

Sejujurnya Je telah mengetahui kecelakaan seperti apa yang menimpa tunangannya itu. Semua media meliput, bahkan taksi yang mengantarkannya hingga ke rumah sakit memutar radio yang berisi berita mengenai kecelakaan yang di alami mantan penyanyi terkenal di Korea Selatan, yang kini telah menjabat sebagai CEO perusahaan property keluarga tersebut.

Kecelakaannya parah. Itulah yang membuat model cantik blesteran Korea-Kanada itu tidak bisa tenang.

"Je ..." Je menoleh lemah pada Kim Jongjin, adik dari Yesung. Pria berusia 27 tahun itu berjalan mendekat dengan sebuah box kecil warna pink dengan pita putih di genggamannya.

"Aku menemukan ini di tangannya. Benda ini berada dalam genggamannya saat dibawa ke rumah sakit." Jelas Jongjin.

Tangis Je semakin keras saat tangannya menerima box mungil tersebut, membuat siapa saja yang mendengar ingin mengeluarkan air matanya. tubuhnya mulai terhuyung lemas, namun ibunya dengan cepat menahan. Jongjin pun turut membantu Je yang mulai lemah. Sedangkan ayahnya pergi mencari suster.

"Je ... kau harus yakin dia, Kim Jong Hoon mampu melewati masa kritisnya." Kini tubuh lunglainya dipeluk erat oleh ibu Yesung, namun semuanya menjadi gelap setelah itu. Dia pingsan.

Andai aku bisa bernegosiasi dengan takdir,

Aku tidak akan lagi menyusahkanmu dengan tingkah kekanakkanku,

Aku tidak lagi merajuk agar kau menuruti semua keinginanku,

Aku akan lebih banyak mendengarkan nasihatmu,

Asalkan takdir menyelamatkanmu.

__

Satu bulan kemudian ...

Sama seperti hari-hari biasanya, Je tak pernah absen untuk mengunjungi Yesung di rumah sakit. Bahkan setiap hari sabtu dan minggu ia akan menginap untuk menemani Yesung, membacakan dongeng, menceritakan awal mula pertemuan mereka hingga akhirnya bertunangan. Semua Je lakukan agar Yesung segera sadar dari komanya. Selain itu, menebus kesalahannya pada pria itu.

Yah, kesalahan.

Asumsi itu muncul ketika Je membuka box kecil dari Yesung untuknya. Box itu berisi sebuah jepit rambut. Ia pikir sehabis mengantarkannya ke Bandara pria itu membeli jepit rambut tersebut. Je ingat kalau sebelumnya ia pernah memprotes tunangannya itu karena tak pernah betah diajak ke toko aksesoris wanita. Hingga Je pernah meminta untuk dipilihkan jepit rambut, namun Yesung menanggapinya bosan. Akhirnya Je tak jadi membeli jepit rambut yang ia taksir karena Yesung tak menanggapinya.

Melihat jepit rambut di dalam box itu, sama persis dengan yang ingin di belinya waktu itu. Yesung membelikannya, namun tidak di waktu yang sama. Melihat lokasi kecelakan itu terjadi berlawanan arah dengan jalan menuju bandara, namun dekat dengan toko aksesoris tersebut, artinya pria itu baru membelikannya setelah mengantarkan ke bandara.

Selama satu bulan ini, Je masih saja dirundung perasaan bersalah dan penyesalan. Mengapa ia harus kesal hanya karena hal sepele? Mengapa ia harus memaksa Yesung untuk memilihkan jepit itu dan membelikannya?

Satu hal yang perlu ia ingat. Ia harus menanggung konsekuensinya.

"Oppa, kenapa betah sekali kau terlelap? Kau tidak ingin bangun dan menikah denganku, eoh? Bukankah kau tidak sabar menunggu tanggal pernikahan kita?" Je menggenggam tangan Yesung hangat. Sesekali jemarinya memainkan cincin pertunangan yang masih tersemat di jari manis Yesung.

"Selama sebulan ini aku terus yang lebih dulu menggenggam tanganmu. Kau tahu kan selama ini kau yang selalu lebih dulu menggenggam tanganku. Kau berhutang padaku, Presdir Kim. Ck," bibir perempuan itu mengerucut sebal. Tatapannya masih mengarah pada kedua mata yesung.

"Aku rindu mata sipitmu. Aku rindu saat dimana kau menatapku tajam. Tidak hanya itu, aku juga merindukan mata segarismu saat kau tertawa. Ah, kau ingat tidak setiap kali kau memberiku sorotan tajam, apa yang ku lakukan padamu?" Je mengulum senyumnya, meskipun ia tahu tidak akan ada jawaban dari pertanyaannya namun ia tetap gigih bercerita pada orang yang dicintainya itu.

"Kau ingin aku mempraktikannya sekarang? meski kedua matamu tertutup? Ck, baiklah." Je tersenyum lalu berdiri. Kedua tangannya masih menggenggam jemari-jemari pendek Yesung. Kedua manik matanya bergerak mengamati pahatan wajah Yesung, lalu mulai mencondongkan tubuhnya. Mendekatkan wajahnya di atas muka Yesung.

"Seperti ini," bisiknya, kemudian mengecup kelopak mata Yesung lama. Bibirnya bergetar di sana, genggaman tangannya pun semakin mengerat. Tanpa sadar, setetes air mata keluar dari sudut mata Je yang terutup.

"Bangunlah ku mohon..." bisiknya dengan suara serak, seraya mengakat bibirnya dan kembali mengecup pada kelopak mata Yesung yang lain.

__

cut! hmm, segini dulu yaa... mau semedi cari inspirasi dari my husband (yesung) supaya next lebih greget hehe.. ditunggu voennta guys.. ^^

SPRING FALLINGजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें