Part 2- So Close Yet So Far/2

18 3 7
                                    


Sejak tadi Je duduk tidak tenang di kusinya. Matanya terus mengitari private room. Berharap sosok yang ia tunggu akan datang. Namun, sudah hampir satu jam, ia tak juga melihatnya. Biasanya, Yesung akan duduk di meja dekat jendela.

Je ingat dengan cerita Yesung mengenai café ini. Pria itu membangun sebuah café saat masih menjadi anggota dari boyband terpopuler di Korea Selatan saat itu, yaitu Super Junior. Itu karena adiknya bercita-cita untuk menjadi barista, sehingga ia buatkan café yang bisa mewujudkan mimpi adiknya, Kim Jongjin serta mewujudkan mimpi ibunya yang mempunyai hobi memasak. Tidak hanya café, ia juga mendirikan sebuah shop yang memperjualkan berbagai macam kacamata, dan sebagian besarnya adalah desainnya sendiri, bernama Why Syle untuk ayahnya. Sedangkan perusahaan yang sekarang ia tangani adalah perusahaan keluarga hasil kerja kerasnya selama bekerja di industri hiburan.

"Jongjin-ah! Di sana!"

Seketika lamunan Je terhenti saat telinganya mendengar suara khas dan tidak asing. Suara dalam nan lembut. Kepalanya tertarik untuk menoleh ke sudut ruangan. Mata bulatnya fokus pada sosok yang baru saja duduk, tidak jauh dari tempatnya.

"Dong Wook Oppa."

"Hm?" Dong Wook mengalihkan tatapannya dari layar ponsel

"Dia datang." Ucap Je menyerupai sebuah bisikan. Ia masih terkejut, seolah bingung ingin berbuat apa. Ia ingin berjalan mendekati dan duduk di dekatnya, namun super ego menahannya.

"Je-ya?"

Je dan Dong Wook sama-sama menolehkan kepalanya ke sumber suara.

"Jongjin Oppa?" tak lama, Je kembali melirik ke arah Yesung sekedar ingin tahu reaksinya.

Benar saja. Pria itu seperti terkejut melihat keberadaannya. Perasaan takut kembali menyelimuti Je. Ia khawatir Yesung membencinya. Respon Yesung terakhir kali padanya memberi kesan tidak menyenangkan. Hal itu masih teringat jelas oleh Je dan membuat hatinya menciut, putus asa, dan sakit.

Dua hari tak bertemu, ia berharap mampu mengendalikan diri akan munculnya perasaan-perasaan negatif saat berhadapan dengan Yesung. Rupanya, masih timbul rasa inferior ketika berjumpa dengan Yesung. Ditambah, reaksi dingin Yesung setiap kali melihatnya.

Aku benci caramu menatapku

Sorot mata itu bagai tombak yang menghantam dada

Memberi rasa sakit meski aku menghampiri atapun melangkah pergi

Membawaku ke dalam situasi bimbang antara mendekat atau menjauh

Dua hal yang tak jauh berbeda apabila aku memilih salah satu di antaranya.

Sama-sama membuatku merasa jauh denganmu.

__

"Ekhm," Jongjin berdehem kecil sekedar menormalkan suasana yang tampak tegang. Ketegangan itu tentu berasal dari dua orang yang duduk berhadapan, dan sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Je, aku ada kabar bagus untukmu." Kata Jongjin. Membuat Je menengadahkan wajahnya, sesekali melirik pria di sebelah Jongjin. Namun, wajahnya kembali kecewa saat pria tersebut sibuk bermain dengan gadget di tangannya.

"Apa itu?" sahutnya kemudian membalas Jongjin.

"Eomma dan Appa akan mengumumkan hari pernikahan kalian lusa nanti, saat acara ulang tahun perusahaan."

"Apa?"

Jongjin memundurkan tubuhnya, terkejut. Dirinya diserang dua orang yang berseru kaget atas pernyataannya barusan. Siapa lagi kalau bukan Yesung dan Je. Bahkan keduanya silih melempar pandang akibat menyahut secara bersamaan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 29, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SPRING FALLINGWhere stories live. Discover now