Kenyataan (part 5)

1.4K 53 4
                                    

Sudah hampir 2 bulan enggak ada respon dari tubuh bang Adam. Para dokter bilang bahwa bang Adam udah ga ada kalo alat di tubuhnya di copot

Tapi gue ga mau mereka mencopot alat di tubuhnya itu. Dia pasti hidup! Pasti!

"Audy" panggil Vesil memeluk gue dari samping diikuti Nadia dan Anjani

"Maaffin kita ya baru bisa dateng sekarang" gue mengagguk

"Gapapa kok. Gue juga ga sendirian ada Mama sama Papa gue" kata gue lemah

Dan gue harap lo juga ada bang

"Dy..." gue menatap kearah Nadia

"Kaya nya kita dengerin aja deh kata dokter"

"Ga.akan." kata gue penuh penekanan

"Tapi..."

"Tuhan tau kita harus ngapain Nad"

"Iya. Emang lo tau harus apa?" Gue diam

"Dy. Dokter udah menangani banyak pasien dari mulai sakit yang biasa aja sampe parah. Dan dia cukup baik untuk memberitahu kan lo untuk mencabut alat itu, karena dokter yang jahat, dia bakal biarin abang lo dengan alat itu, biar rumah sakit ini selalu mendapatkan uang setiap harinya. Biaya... itulah yang dokter inginkan"

"Tapi apa? Dokter itu memberi tahu lo agar dia mencoba mencopot alat bantu itu. Biar lo dan keluarga lo ga bayar tagihan lagi"

"Jadi maksud lo bang Adam udah meninggal iya?" Tanya gue marah

"Kemungkinan itu bisa aja terjadi" jawab Vesil

"Ibu dan bapak lo sendiri pun nyetujuin. Lo ga boleh egois Dy, bisa bisa ntar lo sekeluarga ga bisa makan kalo menunggu bang Adam terus yang...yangg"

"YANG APA!" tanya gue marah pada Nadia

"Yang udah ga ada" hati gue tertohok. Apa iya? Apa benar?

"Baik! tapi kalo bang Adam bangun gimana?"

"Ya alhamdulilah dong" kata Anjani membuat gue dan yang lainnya diam

Ya hal itu harus di syukuri

Singkat Cerita

Gue, Vesil, Nadia, Anjani, Mama dan Papa menunggu gelisah di luar ruangan

Alat itu.. alat yang membantu bang Adam sedang di copot

Klik

Kita semua serempak berdiri dan menghampiri dokter itu

Namun yang gue lihat dari wajah dokter itu adalah... kesedihan

"Maaf tapi... saudara Adam tidak bisa di bantu... dia... dia sudah meninggal" mata dojter itu terbata bata

"ENGGAK! GA MUNGKIN" teriak gue histeris

"Adek adek, ibu dan bapak bisa liat di ruangan" gue segera masuk ke dalam ruangan itu dan yang gue lihat adalah tempat tidur yang di tutup oleh selimut putih polos

Namun di dalam selimut itu ada orang. Ada orang yang sedang terbaring tak bernyawa

"Adam..." seru Mama ga berani mendekat Papa dengan sigap memeluk Mama

Lagi lagi semua melambat. Gue berjalan pelan kearah tempat tidur itu dan membuka kain putih itu dengan sangat teramat pelan

Wajah itu....
Wajah yang selama ini membuat gue tertawa, tersenyum dan sekarang menangis

Tangis yang taakan terlupakan sampai kapan pun

"Bang Adam" seru gue pelan

"Bang Adam" gue tepuk pipinya pelan

"BANG ADAM!" Teriak gue lagi dan airmata itu kembali keluar membanjiri seluruh wajah gue

"Audy udah Audy" rengek Nadia menarik gue

"Ga. Ga. Ga. Ga. Ga. Bang Adam masih hidup!!!"

"Udah Audy" Vesil dan Anjani ikut menarik gue dan lagi lagi mereka memeluk gue dengan sangat erat dan tangis kami pun pecah dalam ruangan itu

Singkat cerita

Hari itu juga pemakaman di ada kan. Mengingat bang Adam meninggal di pagi hari

Semua orang datang untuk menyolatkannya dan mengangkatnya ke pemakaman

Gue lihat Papa. Papa berusaha kuat agar enggak nangis, gue dengan pelan mengelus lengan Papa dan seketika airmata Papa jatuh

Semua orang menangis, semua orang

Teman teman bang Adam datang, entah dari mana saja. Gue bahkan tidak mengenal satu pun teman bang Adam kecuali teman sekolahnya

Bang Iam... dialah orang yang paling lemah saat ini setelah gue, Mama dan Papa

Setelah selesai membacakan doa dan yasin. Satu persatu orang pergi begitupun sahabat gue

Gue yang nyuruh mereka balik, karena memang mereka semua terlalu lelah kalo harus menunggu gue lagi

Mama dan Papa dia sudah lebih dulu ke mobil

Tinggalah gue sendiri di sini. Gue menatap kayu yang bertuliskan

Adam Fachrizza
Bin
Al Facrhrizza
5 Desember 1998
26 Oktober 2016

Tanah itu masih merah. Dan mungkin besok tanah itu sudah mengering karena panas nya sinar matahari

Yang gue harapkan kali ini hanyalah, semoga aja dia tenang disana dan bisa bahagia tanpa ada rasa sakit yang dia alami belakangan ini

"I love u brother" setelah itu gue mencium pucuk kayu itu dan pergi

Dengan beban yang sangat berat di tubuh gue. Gue harus merelakannya

Meski itu berat...

Tamat

Dapet ga feel nya. Huwahhh 😭😭😭

Gue mewek pas buat. Tar kapan kapan gue revisi biar lebih dapet feelnya lagi, kalo perlu tar di tambahin lagi konfilk. Wkwk

BAKAL ADA EXTRA PART
STAY TERUS

Bakal ada penjelasan tentang kenapa Adam bisa inget pas lagi Amnesia

Byeee :*

Crazy Things [Brother Complex]Where stories live. Discover now