BAB 1 : Diva

80 1 0
                                    


Jakarta, Februari 2017

BEEP BEEP BEEP, "DIVAAA ayo bangun sayang udah jam setengah enam!! Nanti sekolahmu telat", suara ibuku sudah menggema dari lantai bawah. Segera kumatikan alarm jamku yang sudah berbunyi sekitar 3 menit dan menyambar handuk yang sengaja kujemur kemarin sore di balkon kamarku. "Hmm engga kerasa udah di akhir kelas 11 aja, that means tahun depan I must be in the 12 grade", batinku sambil menggosok gigi. Asal kalian tau saja jika sudah mepet waktunya alias "gue bakalan telat", mandipun bisa ditempuh dengan waktu 3-5 menit aja lo hehehe.

Setelah selesai mandi, aku segera mengambil seragam putih abu-abu yang tadi malem bibi setrika. Sambil memakai seragam, aku melihat pantulan diriku di cermin, sudah setengah tahun mimpi itu terus menghantui tidurku. Iya Andra, dia adalah mantanku yang-sangat-aku-males-bahasnya sekaligus mantan-yang-pernah-paling-aku-sayang-tapi-bo'ong. Mendengar namanya saja badanku langsung merinding disko. Setelah selesai memasang dasi, segera kusambar tas dan handphoneku sambil berlarian di tangga samnil meilirik kearah jam tanganku, "Astaga! Sudah jam 06.10" batinku. Berarti waktuku tinggal 20 menit di jalan dan kalian tau bagaimana kondisi jalanan ibu kota yang ruwetnya melebihi es dawet kesukaan nenek.

"Div, ayo cepetan sarapannya", kata ibuku sambil sibuk mengoles selai coklat pada roti adikku

"Engga usah ma! Nanti Diva makan di kantin aja", teriakku sambil berlari.

"Diva, kamu belum pamit sama Ayah dan Ibu lo", ucap ayahku santai sambil meminum kopinya

"Oh ya lupa hehe. Ma Pa, Diva berangkat sekolah dulu dahh"

Tanpa basa-basi aku segera berlari ke garasi mobil dan melempar tasku ke bangku penumpang sebelah kiri. Oke Div, kamu cuma punya waktu 20 menit menembus lautan dawet.

Sekolahku berada di daerah Senayan, bisa dibilang deket kemana-mana sih walaupun deket jangan harap bisa sampai tujuan dengan cepat. Untungnya begitu keluar dari komplek perumahan jalan utama belum begitu ramai sehingga bisa ditembus dengan kecepatan 70 km/jam. Sumpah aslinya gue pernah ngebut dengan kecepatan diatas 85 km/jam di jalan raya karena bangun kesiangan! Apes banget gue waktu itu. "Kring-kring", mataku langsung berpindah fokus ke handphoneku, segera kuambil dan layar handphoneku muncul notifikasi Incoming Call dari Natasya,

"Eh Div, loe kok jam segini belom dateng sih?"

"Aduh iya Nat sorry gue agak telat nih bangunnya"

"Loe keenakan mimpi kali"

"Nanti bilangin sama yang lain pas istirahat buat kumpul di kantin ye"

"Loe mau nraktir?"

"Nanti aja bahasnya, gue lagi ngebut nih"

Tadi yang telpon itu Natasya, salah satu teman baikku. Bukan hanya Natasya saja, tapi ada 7 orang lainnya yaitu Fira, Tata, Alya, Putri, Karin, dan Rahma. Biasanya kami semua kalau isitirahat suka ngumpul di kantin sambil mesen bakso bu kantin ditambah es campur mang Ojak.

Akhirnya di detik-detik terakhir sampai juga di gerbang sekolah, kulihat pak Beno alias satpam yang super rempong itu sudah memasang kuda-kuda dibawah gerbang sekolah yang diatasnya bertuliskan "SMA BAKTI NUSANTARA" untuk meniup peluit yang suaranya ternyata cukup heboh untuk membuat para tukang telat yang tadinya masih berjalan-jalan santai langsung lari terbirit-birit memasuki halaman sekolah. Meskipun pak Beno orangnya super rempong, tapi jika sudah disodorin es campur, beuh dijamin beliau langsung leleh kerempongannya! Setelah mendapatkan tempat parkir, langsung saja kuparkir mobilku disebelah mobil sedan Civic hitam dengan plat nomor B 417 DRA yang sudah pasti pemiliknya adalah Andra. Dari awal perasaanku sudah tidak enak parkir disini, dan benar saja begitu aku menutup pintu mobil tiba-tiba Andra berlari menuju mobilnya.

"Pagi Div, tumben banget loe jam segini baru dateng?"

"Haha, iya gue kesiangan. Loe ngapain lari-lari begitu kayak habis ngeliat setan aja"

"Oh ini, bola basket gue ketinggalan di bagasi"

"Oh"

"Gue duluan ya Div!"

At least gue kagak bales pamitannya Andra. Bukannya apa-apa sih, tapi setiap dia pamit hal itu selalu meningatkanku tentang pahitnya ketika dia "pamit" dari hubungan kita berdua.

Finally tiba juga di depan pintu kelas."Hoi Div cepetan dong jalannya!", kata Natasya teman sebangkuku. "Iye iye oneng! ini juga gue udah duduk disebelah loe" balasku sambil duduk dan menata tas ranselku.

"Kucel banget sih muka loe Div"

"Gue abis ketemu setan"

"Eh setan? Loe habis ketemu tuyul?"

"Setan yang gue maksud itu mantan"

"Lah setau gue mantan loe itu manusia deh bukan setan"

"Aduh Natasyaku sayang kapan sih loe..."

Tiba-tiba Bu Tiwi guru bahasa Indonesia masuk ke kelas. Asli gue lumayan males sama nih orang, kalau njelasin kayak story telling anak TK! Dan biasanya Wayan, teman sekelasku pasti tidur di jam pelajaran beliau, ternyata orang yang lagi diomongin sudah bermimpi indah diatas jaketnya yang dijadikan bantal! Super sekali.

"Pagi anak-anak",

"Pagi bu!!"

Untungnya bab kali ini adalah musikalisasi puisi, bermodalkan gue yang bisa main instrument musik dan Natasya yang merupakan jebolan anak teater, cukup 10 menit tugas kami sudah kelar.

"Anak-anak, tugas musikalisasi kali ini akan ibu gunakan sebagai penilaian praktek akhir kelas 12. Ibu harap kalian mulai berlatih dan menyiapkan semaksimal mungkin untuk ujian praktek bahasa Indonesia. Sekarang kalian bisa istirahat".

I Was Diagnosed Fall In Love AgainWhere stories live. Discover now