Chapter 3

1.4K 183 184
                                    

"Sungguh, Emily? Kenapa kau tidak bilang padaku kalau dosen filsafat sangatlah hot dan setampan itu!?"

Emily mendesah. Gadis itu hanya memandangi eksistensi Hermione yang kini berjalan mondar-mandir di dekat ranjangnya dengan pandangan lesu. Bibirnya mencebik putus asa. Setelah selesai dengan kesibukan kuliah, kini Emily hanya bisa pasrah menghadapi kehisterisan Hermione akibat insiden tadi siang. Insiden memalukan di tengah koridor kampus yang masih terbayang dalam benak Emily hingga saat ini. Ketika Jason McCann kembali menegurnya, lalu mengancamnya dan... sial, Emily benar-benar benci mengingatnya.

Sementara Hermione tidak menghiraukan ketidaknyamanan Emily. Ia masih membutuhkan penjelasan Emily lebih luas lagi. Gadis berambut cokelat itu bahkan rela meluangkan sedikit waktunya dan mampir ke apartemen Emily setelah pulang dari kampus. Hingga di sinilah ia berada, di dalam kamar Emily yang didominasi oleh warna abu dan putih pucat. Well, selera Emily terlalu membosankan. Tidak seperti Hermione yang mengecat kamarnya dengan warna pink dan gradasi marun.

"Emily! Jelaskan padaku!"

"Apa?"

"Astaga, soal dosen seksi itu!"

"Apa?"

"Jelaskan padaku! Bagaimana bisa kau tidak memberitahuku!?"

Emily mendengus. "Apa itu penting?"

"Tentu saja penting! Oh, sial. Dia punya rambut yang keren, dan wanginya kencang sekali." Hermione kembali histeris. Gadis itu mengacak rambutnya sendiri, lantas menyipitkan mata seraya berdecak gemas. "Dia memabukkan."

"Ew," balas Emily seraya bergidik. "Itu menjijikkan."

"Itu tidak menjijikkan! Itu seksi, kau tahu."

Emily terdiam menanggapi perkataan Hermione yang berlebihan, lantas memutar mata. Hanya alunan lagu Kiss It Better milik Rihanna yang terdengar di tengah keheningan, menyeruak dengan ketukan lembut dan cukup membuat Emily merasa tenang.

"Kau tahu nama dosen itu?"

"Tidak."

"Ayolah, Emily."

"Jasmine. Namanya Jasmine."

"Seriously!?"

Emily terkekeh. "Oke. Aku lupa. Kurasa namanya Javier."

"Oh! Nama yang keren untuk dosen seksi seperti dia. Mr.Javier yang tampan––"

"Tidak––tidak. Aku salah. Namanya Jonathan."

"Apa!? Jadi mana yang benar? Javier atau Jonathan––"

"Jordan." Emily kembali berucap. Mati-matian ia menahan tawa saat melihat ekspresi Hermione yang terlihat horor. "Jordan Freak. Itu namanya."

"Emily, kau sinting."

Emily terkekeh.

"Oh, ayolah. Jadi mana yang benar?" Hermione mulai berkacak pinggang. Wajahnya berkeringat dan ia menatap Emily dengan kedua mata yang membulat lebar. "Javier, Jonathan, Jordan atau... Jasmine?"

"Juliana."

"EMILY!"

"MAN, FUCK YO PRIDE! JUST TAKE IT ON BACK, BOY, TAKE IT ON BACK, BOY."

"KECILKAN MUSIKNYA!"

Dan Emily tak kuasa menahan tawa saat Hermione mulai melempar kuas blush on miliknya sendiri tepat ke arah tape yang menyala. Wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus. Well, waktu yang tepat untuk mengajaknya bercanda. Karena Emily benci topik ini, topik pembicaraan mengenai insiden memalukan tadi siang yang membuatnya muak. Emily tentu butuh waktu untuk menjelaskannya. Terlebih jika Hermione tahu kalau dosen filsafatnya adalah seseorang tak beragama.

AtheisDove le storie prendono vita. Scoprilo ora