30. Demam atau Hamil?

18.2K 1.7K 24
                                    

Kedua mata Alana perlahan terbuka saat udara dingin masuk ke dalam pori-pori kulitnya. Gadis itu perlahan membuka kedua matanya menatap ke sekitar. Kepalanya masih terasa berdenyut dan kerongkongannya masih terasa kering.

"Jam berapa ini?" Ia mendudukkan tubuhnya dan menatap sebuah jam yang terletak di atas nakas.

07.35 AM

"Astaga! Aku terlambat!!" Kedua matanya membulat.

"Kau sudah bangun?" tanya seseorang memasuki kamar tepat ketika Alana baru saja menyingkap selimutnya.

Bagas yang terlihat sudah rapi dengan seragam sekolah itu masuk ke dalam kamar dengan membawa sebuah nampan di tangan.

"Kenapa kau belum berangkat?" tanya Alana seraya menatap Bagas yang mendekat.

Bagas berdeham pelan. "Aku membuatkan bubur untukmu. Makanlah, aku tidak terlalu bisa memasak jadi mungkin rasanya tidak terlalu enak. Ta-tapi ini masih layak makan," ujarnya seraya meletakkan nampan itu di atas nakas.

"Kau ... membuatkanku bubur?" Alana berkedip dua kali dan menatap semangkuk bubur di sana.

"Hm. Aku mencari resepnya di internet." Bagas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Akan kumakan saat pulang sekolah. Sekarang aku bisa terla—"

"Kau beristirahat saja di rumah." Bagas menginterupsi.

"A-apa?"

"Kau sedang sakit, 'kan? Jadi untuk apa ke sekolah?"

"A-aku sudah sembuh. Aku sudah merasa lebih baik."

"Kau masih terlihat pucat, dan juga ... " Bagas menempelkan punggung tangannya di kening Alana hingga gadis itu termenung. "Badanmu masih panas. Kau di rumah saja. Kau bisa membuatku kerepotan jika sampai kau pingsan di sekolah."

"Tapi--"

"Makanlah selagi masih hangat. Kau belum memakan apapun sejak kemarin. Aku membuatnya dengan susah payah, jadi kau harus menghabiskannya. Paham? Jangan lupa setelah itu minum obatnya."

Alana membuang napas pelan dan melirik nampan di sebelahnya. Ia lantas mengangguk.

"Baiklah. Kalau begitu aku harus berangkat. Beristirahatlah." Bagas berjalan keluar dari kamar, meninggalkan Alana sendirian di sana.

Alana mengalihkan pandangannya ke atas nakas. Wangi dari semangkuk bubur dan segelas susu hangat terlihat menggiurkan hingga perutnya langsung berbunyi di detik itu juga. Ia pun mengambilnya dan meletakkannya di atas ranjang.

"Hm. Aku mencari resepnya di internet."

Alana terkikih. "Dasar bodoh. Kenapa harus repot-repot mencari resep di internet? Membuat bubur itu hal yang sangat mudah," ujarnya. "Tapi ngomong-ngomong dia tidak memasukkan racun, 'kan?" Alana kembali memeriksa bubur buatan Bagas. Setelah dirasa tidak ada yang mencurigakan, ia pun mulai menyuapkan sesendok bubur ke dalam mulutnya.

"Tidak buruk," gumamnya.

Di saat yang bersamaan ponselnya yang berada di atas nakas itu bergetar. Alana menghentikan kegiatan makannya dan segera melihat siapa yang menelepon. Ia sendiri bahkan tidak ingat kalau ponselnya ada di sana.

"Halo?"

"Kau sudah merasa baikan?" Suara khas ibunya terdengar khawatir.

"Hm?"

"Semalam Bagas menelepon Ibu dan dia berkata kalau kau demam. Bagaimana keadaanmu sekarang?"

"Bagas menelepon Ibu?"

Stupid Marriage (New Version) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang