✼ 3 ✼

2.6K 292 26
                                    

Dari sini saja, Revan sudah bisa mencium aroma sedap yang berasal dari dapur. Cacing di perutnya menjadi lebih agresif, ia pun menutup laptopnya sejenak dan keluar dari kamarnya.

Bisa dilihat, meja makan yang tadinya kosong melompong, kini sudah terisi beberapa piring dengan alat makan di setiap sisinya.

Hanna sepertinya tidak menyadari kehadiran Revan yang sudah berada di belakangnya karena gadis itu sibuk mengelap kompor yang terkena cipratan bumbu.

"Sudah selesai?" Tanya Revan membuat Hanna sedikit terlonjak.

"Ohh, sudah pak. Silakan dicicipi," ujar Hanna mempersilakan Revan untuk mencicipi masakannya.

Revan menatap berbagai macam makanan yang sudah tersaji di meja makan. Ia sudah tidak sabar ingin mencicipi masakan milik Hanna.

Hanna membuat tiga macam masakan antara lain, sayur labu siam tahu, ayam rica-rica dan balado telor ceplok. Memang terbilang simple dan khas rumahan. Karena hanya itu yang bisa Hanna masak, ia tidak terlalu jago dalam mengolah makanan western, maka dari itu Hanna memutuskan untuk memasak makanan simple khas rumahan.

Revan mulai mengambil sendok dan mencicipi sayur labu siam yang masih hangat. Hanna sudah mewanti-wanti responnya, namun lelaki itu hanya diam tanpa mengomentari apapun. Bahkan Hanna sendiri tidak bisa menebak apakah Revan menikmati masakannya karena dari ekspresinya seperti tidak menyatakan kenikmatan.

Baru dua sendok, Revan kini beralih pada ayam rica-rica yang bumbu dan rempahnya sangat melimpah, cocok sekali dibarengi dengan nasi. Maka dari itu Revan menyendok sedikit nasi dan memakannya bersama dengan ayam tersebut.

Kali ini respon Revan sedikit berbeda, walau tetap tidak berkomentar namun kini lelaki itu terlihat menganggukan kepalanya kecil lalu menyuapkan ayam dan nasi dengan porsi yang lebih besar.

Setelah menelan makanannya, Revan meneguk air putih dan mengelap bibirnya dengan tisu. Lanjut ke dish terakhir balado telor ceplok. Dibanding kedua hidangan sebelumnya, Revan lebih penasaran sama menu satu ini.

Ya, memang menu ini sering kita jumpai di beberapa rumah makan, bahkan tak jarang Mama kalian sering memasak ini di rumah.

Langsung saja Revan melahap potongan besar telor ceplok balado. Kali ini dirinya terdiam sesaat kemudian kembali mengunyah lalu menyendok sedikit bumbunya dan mencecap rasanya.

Rasanya sangat tidak asing bagi Revan. Ketika mencicipi bumbu balado yang pedas dan ada rasa sedikit manis, Revan merasa seperti kembali pada masa kecilnya.

Masa kecil dimana mendiang mamanya seringkali membuatkan menu simple ini untuk Revan. Bahkan hampir setiap hari mamanya selalu masak ini karena beliau tidak pandai memasak, jadi mamanya hanya bisa memasak menu simple ini namun Revan sangat menyukainya.

8 tahun berlalu sejak kepergian Mamanya, Revan tidak pernah lagi memakan hidangan ini. Menurutnya telur balado buatan orang lain tidak ada yang seenak buatan mamanya. Bahkan yang dijual di restoran mewah pun juga rasanya hambar menurut Revan.

Setelah sekian lama, Revan bisa merasakan makanan ini lagi. Tanpa berlama-lama, Revan langsung menghabiskan makanannya tanpa tersisa sedikit pun, bahkan Revan tak rela menyisakan sedikitpun bumbu yang masih menempel di piring.

Hanna dibuat melongo karena melihat tingkah Revan seperti orang yang tidak pernah makan selama 3 hari. Ia tidak menyangka telur baladonya membuat lelaki di hadapannya kalap. Bahkan menu lain pun sampai tidak tersentuh lagi.

Revan menyadari Hanna pasti sedang terheran-heran menatapnya, namun dirinya tidak peduli.

"Gimana, Pak? Apa ada yang kurang?" Tanya Hanna dengan hati-hati.

Buttercup Where stories live. Discover now